Membedah Sumber Pertumbuhan Ekonomi RI yang Tak Lagi 5 Persen
JAKARTA, - Tren pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 5 persen secara tahunan (year on year/yoy) bearkhir pada kuartal III-2023. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, produk domestik bruto (PDB) nasional tumbuh 4,94 persen secara yoy pada kuartal III tahun ini.
Realisasi pertumbuhan itu lebih lambat dibanding dengan kuartal sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,17 persen secara tahunan. Meskipun melambat, Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menilai, kinerja perekonomian Indonesia masih terjaga di tengah ketidakpastian global.
"Dengan capaian ini ekonomi Indonesia tetap terjaga solid dan tumbuh positif," kata dia, dalam konferensi pers, Senin (6/11/2023).
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 4,94 Persen pada Kuartal III 2023
Jika dilihat berdasarkan komponennya, sumber utama pertumbuhan ekonomi masih berasal dari konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga memiliki distribusi sebesar 52,62 persen terhadap PDB dan tumbuh sebesar 5,06 persen. Dengan demikian, konsumsi rumah tangga membentuk 2,63 persen secara terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 4,94 persen.
"Konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang utama PDB," ujar Amalia.
Kemudian, penyumbang utama terbesar kedua masih berasal dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dengan distribusi sebesar 29,68 persen dan tumbuh 5,77 persen. Dengan demikian, PMTB menyumbang 1,81 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
"PMTB tumbuh positif didorong oleh pertumbuhan barang modal bangunan, kendaraan, CBR, serta produk kekayaan intelektual," kata Amalia.
Sementara itu, sumber pertumbuhan yang berasal dari perdagangan internasional yakni net ekspor terkontraksi. Tercatat ekspor dengan distribusi sebesar 21,26 persen turun sebesar 4,26 persen dan impor dengan distribusi negatif 19,57 persen turun 6,18 persen.
Selain kinerja perdagangan, sumber pertumbuhan yang juga menekan laju pertumbuhan ekonomi ialah konsumsi pemerintah. Sumber pertumbuhan dengan distribusi 7,16 persen ini mengalami penurunan sebesar 3,76 persen.
Sumber pertumbuhan ekonomi yang terakhir, yakni lembaga non profit yang melayani rumahtangga (LNPRT) dengan distribusi 1,21 persen mencatat pertumbuhan sebesar 6,21 persen.
Baca juga: Penyebab Ekonomi Indonesia Tumbuh di Bawah 5 Persen
Sumber pertumbuhan berdasarkan lapangan usaha
Jika dilihat berdasarkan lapangan usahanya, sumber pertumbuhan ekonomi didominasi oleh 5 sektor utama. Keempat sektor tersebut ialah, industri pengolahan, pertanian, perdagangan, pertambangan, serta konstruksi.
Industri pengolahan tercatat memiliki distribusi sebesar 18,75 persen terhadap PDB. Sektor industri ini mencatat pertumbuhan sebesar 5,20 persen.
Mengekor, sektor pertanian memiliki distribusi sebesar 13,57 persen dan tumbuh tipis 1,46 persen. Lalu, sektor perdagangan dengan distribusi 12,96 persen tumbuh 5,08 persen secara tahunan.
Selanjutnya, sektor pertambangan dengan distribusi sebesar 10,18 persen tumbuh 6,95 persen secara tahunan. Kemudian, sektor konstruksi dengan distribusi sebesar 9,86 persen tumbuh 6,39 persen secara tahunan.
"Lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi secara tahunan transportasi pergudangan tumbuh 14,74 persen, jasa lainnya 11,14 persen, dan akomodasi makanan minuman yang tumbuh 10,90 persen," tutur Amalia.
Dari 17 sektor industri yang dicatat BPS, hanya 2 di antaranya yang mengalami penurunan. Kedua sektor itu ialah jasa pendidikan turun 2,07 persen dan administrasi pemerintahan ambles 6,23 persen.
Baca juga: Awas, Risiko Ekonomi Indonesia Meningkat
Terkini Lainnya
- Panduan Gadai BPKB Motor dan Mobil di Pegadaian
- Pertamina Siapkan Ekosistem Bioetanol untuk Transisi Energi
- Apa Itu Stock Split: Pengertian dan Manfaatnya Bagi Investor
- Ekosistem Digital Makin Canggih, Bank Mandiri dan KAI Hadirkan Pembayaran Nontunai
- Kemendag Catat Mayoritas Harga Komoditas Produk Pertambangan Naik Per Oktober 2024
- LRT Buka Suara Soal Gangguan Perjalanan di Stasiun Dukuh Atas
- Cara Sampoerna Membangun Ekonomi Berkelanjutan lewat Program Pendampingan UMKM
- Harga Beras di Tingkat Eceran Maupun Grosir Naik Ketika Harga Gabah Turun
- DesktopIP dan Maju Maritim Indonesia Luncurkan MDI, Dorong Digitalisasi Maritim Nasional
- Bos OJK Sebut Sektor Keuangan Stabil di Tengah Tren Pelonggaran Kebijakan Moneter
- PMI Kembali Alami Kontraksi, Menperin Singgung Kebijakan Pemerintah yang Belum Pro Industri Dalam Negeri
- Masuk Tahap Akhir, OJK Tetap Minta Jiwasraya Tangani Nasabah Penolak Restrukturisasi
- Perusahaan Gas Samator Resmikan Pabrik di KIT Batang
- GoTo Impact Foundation Gelar “GIF Innovation Day” untuk Dorong Lahirnya Inovasi Lokal
- Tumbuhkan Investasi, PGN Dukung Akselerasi Pemanfaatan Pipa Cisem Tahap II
- OJK: 3.903 Nasabah Wanaartha Life Ajukan Tagihan Klaim ke Tim Likuidasi
- Harga Cabai Rawit Merah Rp 100.000 Per Kg, Stok di Aceh hingga NTT Defisit
- BPS "Pelototi" Kenaikan Harga Cabai Merah, Cabai Rawit, dan Gula Pasir
- Penyebab Ekonomi Indonesia Tumbuh di Bawah 5 Persen
- Maskapai Usulkan Tarif Batas Atas Tiket Pesawat Dihapus, Pengamat Sebut Harus Ubah UU