2024, Tahunnya Obligasi?
INFLASI tahunan Indonesia pada 2023 sebesar 2,61 persen, merupakan yang terendah dalam 20 tahun terakhir. Dengan inflasi yang begitu rendah dan suku bunga BI Rate yang saat ini 6 persen, hampir pasti bunga akan turun pada 2024.
Apakah ini berarti 2024 akan menjadi tahunnya untuk obligasi?
Secara teori, penurunan suku bunga akan membuat harga obligasi naik. Atas dasar itulah, muncul pandangan bahwa 2024 bisa saja menjadi tahun yang bagus untuk obligasi dan reksa dana pendapatan tetap.
Secara teknis, obligasi dengan umur lebih panjang akan lebih diuntungkan. Obligasi korporasi umumnya hanya 3-5 tahun, sedangkan obligasi pemerintah bisa 20-30 tahun, maka efek kenaikan harga ini akan lebih banyak dirasakan oleh obligasi negara dan reksa dana yang komposisi obligasi negara lebih besar.
Secara teori demikian, bagaimana realitanya?
Prediksi suku bunga akan turun dan lebih menguntungkan bagi obligasi dibandingkan saham sebenarnya sudah dari 2023.
Kenyataannya suku bunga BI Rate naik pada 2023, meskipun inflasi mengalami penurunan dan sudah mencapai target yang ditetapkan oleh pemerintah.
Harga obligasi dan kinerja reksa dana pendapatan tetap sempat naik dari awal hingga pertengahan tahun karena optimisme itu, tapi kemudian pernyataan “higher for longer” oleh Bank Sentral AS pada September menghapus semuanya.
Tidak hanya obligasi, saham juga ikut-ikutan anjlok. Sentimen buruk dari pernyataan “higher for longer” sempat bertahan hingga Oktober, namun ketika rilis data inflasi AS yang terus menunjukkan penurunan membuat pejabat bank sentral AS “melunak”.
Tanpa diduga, pada November dan Desember 2023, harga obligasi kembali rally.
Meski cuma dua bulan terakhir, rally yang terjadi sangat cepat sehingga kinerja hingga akhir tahun sudah positif kembali.
Tergantung seberapa besar komposisi obligasi pemerintah - korporasi, reksa dana pendapatan tetap yang dikelola Panin AM naik antara 4,5 persen - 7,7 persen tahun 2023.
Kenaikan yang lebih tinggi terjadi pada reksa dana pendapatan tetap yang lebih dominan di obligasi negara.
Berkaca pada 2023, ternyata inflasi rendah Indonesia dan suku bunga BI Rate bukan satu-satunya penggerak harga obligasi. Inflasi dan kebijakan suku bunga AS juga ikut berpengaruh.
Untuk 2024, menurut saya, juga sama. Meski inflasi Indonesia rendah dan BI Rate bisa diturunkan, jika di tengah jalan ada perubahan kebijakan atau pernyataan yang bernada hawkish dari AS (seperti menunda penurunan bunga, memperketat syarat kredit), bisa saja ada koreksi tajam lagi.
Terkini Lainnya
- PT Pos Buka Peluang ke Investor yang Ingin Memanfaatkan Asetnya
- Harga Emas Terbaru Hari Ini 14 Oktober 2024 di Pegadaian
- Awali Pekan, IHSG Menguat
- Harga Emas Antam Hari Ini Senin 14 Oktober 2024, Turun Rp 5.000
- APLN Dukung Pemerintah Sediakan Hunian Terjangkau dan Tingkatkan Kualitas SDM RI
- Harga Bahan Pokok Senin 14 Oktober 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni
- Ini Strategi BTN Dukung Program 3 Juta Rumah
- SKD CPNS 2024 Dimulai Rabu Pekan ini, BKN Siapkan 339 Titik Lokasi Tes
- Prabowo Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, OJK "Pacu" Target Kredit Perbankan?
- Industri adalah "Kunci"
- Cara Cek Lokasi ATM BRI Terdekat via HP
- Cara Bayar Cicilan KPR BRI, BNI, dan BTN via Mobile Banking
- Cara Mudah Menghitung Zakat Penghasilan
- Japfa Comfeed Tebar Dividen Interim Rp 813,93 Miliar, Cek Jadwalnya
- Mentan Targetkan Merauke Jadi Laboratorium Raksasa Pertanian Modern
- LRT Jabodebek Tambah Jadwal Perjalanan dan Beri Tarif Promo hingga Februari 2024
- BUMA Raih Pembiayaan Sindikasi 750 Juta Dollar AS dari BNI
- Intip Uang Pensiun Jokowi usai Lengser dan Jadi Rakyat Biasa di Solo
- Rizal Ramli Meninggal Dunia, Sri Mulyani: Selamat Beristirahat di Sisi Terbaik Allah SWT, Bapak
- Bantuan Pangan Beras 2024 Mulai Disalurkan