Bank Sentral Bersiap Turunkan Suku Bunga, Simak Strategi Investasi bagi Pemula
JAKARTA, - Perekonomian global tahun ini diproyeksi diwarnai sentimen penurunan suku bunga acuan bank sentral berbagai negara. Hal ini seiring dengan sudah turunnya inflasi ke level target masing-masing negara.
Perusahaan manajer investasi, PT Bahana TCW Investment Management menilai, kondisi tersebut menjadi momen yang tepat bagi investor pemula dengan risiko investasi konservatif untuk memulai investasinya.
Direktur Bahana TCW Danica Adhitama mengatakan, secara teori di saat tren penurunan suku bunga, deposito akan mengalami penurunan daya tariknya. Hal ini dikarenakan tingkat bunga deposito akan menyesuaikan dengan penurunan tingkat suku bunga.
Baca juga: Sinyal Negatif The Fed soal Suku Bunga Bikin Saham-saham di Wall Street Rontok
"Di saat bersamaan, instrumen investasi reksa dana yang memiliki porsi investasi dalam bentuk obligasi di dalamnya akan menjadi menarik," kata dia, dalam keterangannya, Kamis (15/2/2024).
Ia menjelaskan, hubungan antara perubahan suku bunga dan harga obligasi memiliki karakteristik yang saling berlawanan. Ketika suku bunga naik, harga obligasi cenderung turun, dan sebaliknya, ketika suku bunga turun, harga obligasi cenderung naik. Konsep ini dikenal sebagai hubungan invers atau hubungan berkebalikan dengan fungsi asalnya antara suku bunga dan harga obligasi.
"Kondisi seperti ini adalah waktu yang cocok bagi investor pemula untuk memulai investasinya," ujarnya.
"Di 2024, Reksa Dana Pasar Uang dan Reksa Dana Pendapatan Tetap merupakan salah satu instrumen investasi yang prospektif karena memiliki risiko yang relatif terjaga dan sangat cocok untuk pemula," sambung dia.
Namun sebelum mulai berinvestasi, investor diminta untuk mengenali profil risiko, guna mengetahui sejauh mana investor dapat menoleransi risiko investasi. Selain itu, profil risiko dapat menjadi alat bantu saat merencanakan investasi.
Danica mencontohkan, bagi pemula dengan profil risiko konservatif dapat memulai investasi dengan instrumen investasi seperti Reksa Dana Pasar Uang yang memiliki risiko relatif lebih aman dan tanpa dipotong pajak 20 persen layaknya deposito. Apalagi, deposito berpotensi mengalami penurunan imbal hasil.
"Maka bagi pemula dengan profil konservatif ke moderat dapat memulai investasi ke Reksa Dana Pendapatan Tetap dengan instrumen obligasi di dalamnya," tuturnya.
Setelah itu, investor perlu menentukan anggaran investasi yang ideal. Artinya setiap investor harus melakukan pengalokasian anggaran sejak awal yang diambil dari pendapatan pribadi, bukan dari sisa pemasukan setelah dikurangi berbagai keperluan rutin lainnya.
Dengan demikian akan membantu investor untuk konsisten melakukan investasi dan membantu dalam melakukan perencanaan untuk mencapai tujuan investasinya.
Baca juga: Reksadana adalah Apa? Ini Pengertian dan Jenisnya
Lalu, Danica meminta investir untuk memahami fitur dari instrumen investasi diminati. Mulai dari instrumen di dalamnya, jangka waktu, tingkat imbal hasil atau kupon dan fitur-fitur lain.
"Dengan memahami fitur-fitur investasi ini, investor dan nasabah dapat menyesuaikan dengan kemampuan dan membantu investor dalam mencapai tujuan investasinya," katanya.
Pada saat bersamaan, investor perlu memahami kondisi ekonomi. Pasalnya, instrumen investasi sangat berkaitan erat dengan kondisi perekonomian baik domestik dan global. Kondisi inflasi global, suku bunga dan perekonomian secara umum akan mempengaruhi kinerja investasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Danica menyadari, melakukan analisis komprehensif terhadap indikator ekonomi bagi masyarakat awam mungkin merupakan hal yang menyulitkan, dalam kaitannya dengan keputusan investasi yang akan diambil selaku investor.
"Untuk itu, masyarakat dapat memanfaatkan perusahaan manajer investasi yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam mengelola investasi," katanya.
Terakhir, setelah melakukan investasi, investor perlu melakukan diversifikasi. Diversifikasi sendiri merupakan langkah membeli beberapa jenis produk investasi untuk menghindari kerugian jika salah satu instrumen sedang mengalami performa kurang optimal.
Baca juga: Tren Dana Kelolaan Turun 3 Bulan Terakhir, Pasar Reksa Dana Aman?
Terkini Lainnya
- AI Jadi Senjata Industri Fintech "Lawan Balik" Judi Online
- Indonesia Emas, Wapres Targetkan 99,5 Persen Pekerja Terlindungi Jaminan Sosial
- Simak Daftar Kurs Rupiah Hari Ini di 5 Bank Besar
- Asosiasi Pengusaha: PR Besar Pemerintahan Prabowo Banyak...
- Siapa Marimutu Sinivasan? Obligor Kakap BLBI yang Diduga Mau Kabur ke Malaysia
- Indonesia-Jerman Perkuat Kerja Sama Bidang Ketenagalistrikan di Ajang ISEW 2024
- Turun Rp 2.000, Cek Harga Emas Antam Terbaru, Kamis 12 September 2024
- 5 Daerah dengan APBD Terbesar di Indonesia, Jakarta Peringkat Pertama
- Kebutuhan Alat Berat Pertambangan Meningkat, United Tractors Rilis Ekskavator Kelas 30 Ton
- Harga Emas Terbaru di Pegadaian, Kamis 12 September 2024
- Minta Hentikan Pemberlakuan PP Kesehatan, Pengusaha Akan Kirim Petisi ke Jokowi dan Prabowo
- Buntut Dugaan "Hack", Bappebti Panggil Indodax
- IHSG Bergerak di Zona Hijau, Rupiah di Pasar Spot Melamah
- Teknologi AI ALTiUS ERP Cloud Tingkatkan Efisiensi Industri Pertambangan
- Jadwal Commuter Line Basoetta dari Manggarai pada September 2024
- Soal Dampak Investasi dari Pilpres Satu Putaran, Ekonom: Investor Masih "Wait and See"
- IHSG Ditutup Melejit Usai Pemilu, Ini Daftar Saham yang Naik Paling Tinggi
- Masih Adopsi Tahap Awal, Pembiayaan Kendaraan Listrik Perlu Didorong
- Akses Stasiun Halim via Tol Ditutup 18 Februari 2024, Penumpang Whoosh Bisa Lewat Jalan Ini
- Satgas Pangan Polri Sebut Stok Beras Cukup