Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

- Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Tirta Karma Senjaya, mengatakan, Indonesia berpotensi menjadi pemimpin kripto di ASEAN.
Hal itu dikemukakan Tirta dalam gelaran Crypto Investors Outlook (CIO) 2024 di Hotel Le Meridien, Jakarta, Kamis (25/4/2024).
Tirta menyebutkan, transaksi kripto di Tanah Air mencapai Rp 859,4 triliun pada 2021. Pihaknya meyakini, volume transaksi kripto di Indonesia pada 2024 dapat menembus nilai tersebut.
“Transaksi tersebut dapat dicapai berkat dukungan serta animo masyarakat terhadap aset kripto yang meningkat sepanjang 2024,” ujar Tirta dalam rilis pers yang diterima , Senin (29/4/2024).
Untuk diketahui, pertemuan CIO 2024 merupakan edisi kedua yang sebelumnya berhasil digelar pada 2023.
Mengusung tema bertajuk “AI - The Future of Crypto Analysis”, pertemuan tersebut didukung platform CoinMarket Score.
Selain Tirta, sejumlah pihak didapuk sebagai narasumber, yakni Head of Strategy Nanovest M Yusuf Musa, Brenda Andina, serta kreator konten sekaligus edukator Web3 Andreas Tobing.
Pada kesempatan tersebut, Tirta menyinggung tentang adopsi aset kripto dan Web3 di Indonesia.
Pihaknya juga memaparkan informasi anyar mengenai ekosistem kripto di Indonesia yang berkembang signifikan, termasuk adanya 35 exchange kripto yang terdaftar di Bappebti.
“Empat di antaranya secara resmi telah menjadi anggota bursa kripto di Indonesia,” kata Tirta.

Siklus pasar kripto kini
Per 20 April 2024, Bitcoin telah resmi melakukan halving keempat, yakni peristiwa di mana imbalan Bitcoin kepada penambang berkurang setengahnya dari 6,25 menjadi 3,125.
Berbeda dari 2020 saat halving ketiga terjadi, pada halving keempat Bitcoin telah diadopsi oleh institusi besar.
Brenda mengatakan, harga Bitcoin saat ini dipengaruhi oleh institusi besar.
“Sejak Bitcoin mencetak harga tertinggi di atas 70.000 dollar AS dan koreksi hingga saat ini, kita melihat outflow BTC yang besar dari ETF Grayscale,” terangnya.
Brenda optimistis, ke depannya akan lebih banyak produk-produk baru dari institusi besar yang akan mendukung adopsi Bitcoin.
Terkini Lainnya
- MNC Land Kaget Proyeknya di Lido Disegel Pemerintah
- Kemenkeu Berencana Ambil Alih Tugas Pembayaran Uang Pensiun PNS
- Kala Menteri PU Berkelakar Anggaran IKN untuk Makan Siang...
- Pagar Laut di Bekasi Bakal Dibongkar Perusahaan Pemasangnya, Proses Hukum Tetap Jalan
- Efisiensi Anggaran, Ruangan Pusat Pelayanan Kemenhub Tak Sedingin Dulu dan Jadi Remang-remang
- BPH Migas Dapat Tugas Baru Awasi Penyaluran LPG 3 Kg
- 4 Tips Ampuh Strategi Pasang Iklan di Marketplace
- Airlangga: Inflasi Inti Naik, Tanda Konsumsi Masyarakat Meningkat
- Menko Airlangga Sebut Perpanjangan Subsidi Motor Listrik Rp 7 Juta Sudah Disetujui
- Kementerian PU Tolak WFA dan WFH, Sebut Urus Bencana Tak Bisa Pakai Zoom
- Efisiensi Anggaran: ASN Patungan Beli Galon hingga Hemat Tisu Toilet
- Modal Awal Rp 500.000, Suami Istri Ini Sukses Bisnis Sambal Khas Aceh
- Daftar Harga LPG 3 Kg, 5,5 Kg, dan 12 Kg Terbaru 2025 di Berbagai Daerah
- Anggaran Kemenhub Dipangkas, Pengamat: Subsidi Transportasi Publik Jangan Ditumbalkan
- Bulog Kenalkan Befood Punokawan pada School Edu Tour SD Labschool Cibubur
- 5 Fakta Karyawan PT Timah yang Dipecat Buntut Ejek Honorer Pakai BPJS
- Kekayaan Prajogo Pangestu Lenyap Rp 148,5 Triliun, Ada Apa?
- Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Penopang
- Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan
- Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL
- Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate
- Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil