Cadangan Devisa Merosot, Bos BI: Enggak Usah Insecure..

JAKARTA, - Posisi cadangan devisa (cadev) RI terus menyusut sejak awal tahun ini. Meskipun demikian, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo tidak "ambil pusing" terhadap fenomena tersebut.
Sebagai informasi, berdasarkan data BI, posisi cadangan devisa pada pengujung tahun 2023 sebesar 146,4 miliar dollar AS. Sementara itu, pada pengujung April 2024, posisi cadangan devisa sebesar 136,2 miliar dollar AS. Dengan demikian, cadangan devisa telah berkurang sekitar 10,2 miliar dollar AS sejak awal tahun ini.
Meskipun menyusut, Perry bilang, posisi cadangan devisa RI masih terjaga. Hal ini terefleksikan dari posisi cadangan devisa yang masih setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka itu masih lebih tinggi dari standar kecukupan internasional, yakni sekitar 3 bulan.
Baca juga: Cadangan Devisa RI Turun Jadi 136,2 Miliar Dollar AS, Ini Penyebabnya
"Cadangan devisa (juga) lebih tinggi dari ukuran IMF (Dana Moneter Internasional). Enggak usah insecure. Kami pastikan stoknya jauh lebih cukup dari standar internasional," kata dia, dalam media briefing, di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu (8/5/2024).
Lebih lanjut Perry menjelaskan, posisi cadangan devisa yang terus menurun tidak terlepas dari tren aliran modal asing keluar atau capital outflow di pasar keuangan RI yang sempat terjadi belakangan. Pasalnya, aliran modal asing merupakan salah satu pembentuk cadangan devisa.
"Oleh karena itu cadangan devisa akan naik ada inflow dan surplus neraca perdagangan. Dan tentu saja akan turun kalau ada outflow," tuturnya.
Selain itu, penurunan posisi cadangan devisa tidak terlepas dari langkah stabilisasi nilai tukar rupiah. Bank Indonesia mengandalkan devisa untuk melakukan operasi pasar.
Walaupun tengah berada dalam tren penurunan, ke depan, Perry meyakini, posisi cadangan devisa kembali meningkat. Hal ini seiring dengan aliran modal asing yang kembali masuk ke pasar keuangan RI.
"Kami memperkirakan cadangan devisa akan kembali naik dengan langkah kebijakan kemarin dan terjadi inflow meskipun pada kuartal ini ada kenaikan demand (dollar AS) dari korporasi dari dividen itu sudah biasa," ucap Perry.
Baca juga: Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Devisa RI Kuat, Tak Perlu Khawatir
Terkini Lainnya
- [POPULER MONEY] Jadwal dan Cara Cek PenerimaBansos BPNT 2025 | DPR dan Ditjen Pajak Sepakati Gunakan 2 Sistem Perpajakan
- Ketika Lampu Redup dan AC Semakin Hangat di Kementerian BUMN…
- Rahasia Sukses Menurut Steve Jobs: Bukan Soal Bakat, tapi Cara Berpikir
- Muslim LifeFair Bakal Digelar di Revo Mall Bekasi, Tawarkan Diskon hingga 70 Persen
- Dana IPO Bukalapak Parkir di Instrumen Investasi, Benarkah Akan Berubah Haluan?
- PLN Pastikan Sisa Token Listrik Diskon 50 Persen Tidak Hangus Meski Periode Promo Berakhir
- Bahlil Pertimbangkan Aturan Wajibkan Eksportir Batu Bara Gunakan HBA
- Pertamina Produksi 14,5 Juta Barrel BBM Rendah Sulfur untuk Kapal
- Mengapa Orang Kaya Rela Bayar Mahal untuk Terbang dengan Jet Pribadi?
- Tol Terpeka, Tol Terpanjang di Indonesia yang Mendukung Konektivitas Sumatera
- Isu Pengurangan Karyawan Imbas Efisiensi Anggaran, Ini Penjelasan RRI
- KAI Daop 1 Tutup Perlintasan Liar di Lintas Batuceper-Tanah Tinggi
- "Upgrade" Sistem Selesai, BSI Sebut Layanan Aplikasi BYOND Telah Normal
- Menteri Rosan: Insya Allah Danantara Bisa Diluncurkan Dalam Waktu Dekat ...
- Cara Beli Tiket Kereta Api Lebaran 2025 secara Online
- Ketika Lampu Redup dan AC Semakin Hangat di Kementerian BUMN…
- Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo
- Emiten Logistik Pertambangan MAHA Bakal Tebar Dividen, Simak Besarannya
- IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil
- Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023
- 5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?