Soal HET Beras Premium, Pengamat: Kalau Dikembalikan ke Semula kayaknya Enggak Mungkin...
JAKARTA, - Pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai pemerintah akan sulit mengembalikan Harga Eceren Pemerintah (HET) beras premium ke harga semula, yakni Rp 13.900 per kilogram.
Adapun relaksasi HET beras premium dari Rp 13.900 per kilogram menjadi Rp 14.900 per kilogram telah berakhir pada 31 Mei 2024.
Khudori bilang, jika harga beras dikembalikan ke harga semula, akan membuat petani enggan untuk menanam lantaran merugi. Sebab, di sisi lain harga input untuk beras mulai dari biaya sewa lahan, pupuk, hingga pestisida sudah naik.
Baca juga: Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...
“Kalau dikembalikan ke semula kayaknya enggak mungkin, karena harga gabah naik, harga semua agro input itu naik. Kalau biaya produksi petani serba mahal, harga yang dilepas ke pasar murah, kan rugi. Itu yang membuat mereka tidak mau berproduksi,” ujarnya di Jakarta, Jumat (31/5/2024).
Lebih lanjut, Khudori mengatakan, berapa pun HET yang ditetapkan oleh pemerintah, sudah disetujui dengan banyak pertimbangan.
Namun, dia menduga HET beras premium akan segera dipermanenkan pemerintah dengan harga kisaran Rp 14.900 per kilogram.
“Enggak jauh-jauh dari harga relaksasi itu tapi yang Asti kalau dibalikkan ke harga semua tidak akan mungkin,” katanya.
Sebelumnya, Relaksasi Harga Eceren Tertinggi (HET) beras premium dari Rp 13.900 per kilogram menjadi Rp 14.900 per kilogram akan berakhir pada 31 Mei 2024.
Pemerintah sendiri telah memperpanjang relaksasi HET beras premium ini dari 10 Maret 2024 hingga 24 April 2024 dan kemudian diperpanjang menjadi hingga akhir Mei 2024.
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurti mengakui akan sangat sulit mengembalikan HET beras ke harga awal. Dia menjelaskan, HET beras premium bisa dikembalikan ke harga semula, yakni ke harga Rp 13.900 per kilogram, jika keadaan stok beras di Tanah Air melimpah sehingga antara permintaan dan ketersediaan seimbang.
“Memang biasanya sulit dikembalikan kalau sudah sempat naik, kecuali ada keadaan yang sangat luar biasa di mana panenya luar biasa banyak, besar, maka supply dan demand-nya bisa terjaga atau seimbang,” ujarnya saat mengunjungi MRRP Bulog di Karawang, Senin (20/5/2024).
Baca juga: Bapanas Ungkap Alasan HET Beras SPHP Naik
Terkini Lainnya
- Daftar Kantor Cabang BCA yang Buka Sabtu dan Minggu Tahun 2025
- Apa yang Bakal Indonesia Lakukan jika Uni Eropa Tetap Halangi Ekspor Sawit?
- Modal Asing Keluar Rp 9,57 Triliun, Pasar Keuangan RI Tertekan
- Cara Daftar Jadi Mitra Driver Taksi Xanh SM, Komisi Rp 8 Juta per Bulan
- Pagar Laut di Tangerang Dikabarkan Dicabut Hari Ini, KKP: Semakin Cepat Semakin Baik
- 10 Juta Orang Kaya Belanja di Luar Negeri, RI Kehilangan Rp 324 Triliun
- Jual Minyak Jelantah ke Pertamina Rp 6.000 per Liter, Ini Caranya
- Syarat dan Cara Mengurus BPJS Kesehatan untuk Bayi Baru Lahir
- Wamenperin: RI Mampu Produksi Ponsel Pintar Berkualitas
- Serikat Pekerja eFishery Sudah Bersiap Hadapi Kemungkinan PHK Massal
- Efek Pemangkasan BI Rate: Peluang Cuan di Pasar Reksadana
- Rp 5 Triliun Dana dari APBD Tersedot untuk Makan Bergizi Gratis
- Airlangga Yakin Paket Kebijakan Bakal Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi, Lampaui Proyeksi Bank Dunia dan BI
- Apa Itu Gapeka Kereta Api yang Berlaku 1 Februari 2025? Ini Penjelasan KAI
- Makan Bergizi Butuh Tambahan Anggaran Rp 100 Triliun untuk Jangkau 82,9 Juta Penerima
- Watsons Gelar Pesta Diskon Skincare dan Kosmetik di Sun Plaza Medan
- Cara Daftar sebagai Merchant QRIS
- Asosiasi Tegaskan Komitmen Lindungi Anak-anak dari Produk Tembakau Alternatif
- Induksi Elektromagnetik Disebut Jadi Penyebab Besi Proyek Jatuh, MRT Jakart: Masih Terlalu Dini
- Cara Cek Mutasi Rekening di BCA Mobile