Pertamina Hulu Energi Lirik Potensi Bisnis Baru dari Teknologi Penangkapan dan Penyimpanan Karbon
JAKARTA, - Subholding Upstream Pertamina PT Pertamina Hulu Energi (PHE) melirik potensi bisnis baru dari teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture storage (CCS) dan carbon capture utilization and storage (CCUS).
Corporate Secretary PHE Arya Dwi Paramita mengatakan, hal ini sesuai dengan komitmen pemerintah dalam program nol emisi karbon atau Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Serta, masuk ke dalam pilar Pertamina NZE melalui inisiatif strategis dekarbonisasi bisnis.
"Dekarbonisasi bisnis ini adalah menjalankan efisiensi energi, loss reduction dan lain sebagainya," ujar Arya, dalam webinar DETalk bertajuk “Peran Perusahaan Ekstraktif dalam Memelihara Keseimbangan Lingkungan" pada Selasa (11/6/2024).
"Dan juga adanya akselerasi green bisnis ini menjadi salah satu upaya mewujudkan dekarbonisasi di bisnis energi yang saat ini sedang dilaksanakan," lanjutnya.
Baca juga: Sebanyak 15 Proyek CCS/CCUS dalam Tahap Studi, Direncanakan Beroperasi Mulai 2030
Menurut Arya, pada 2023 lalu PHE dan Pertamina Power Indonesia (PPI) telah melaksanakan kesepakatan bersama untuk "carbon credit transaction".
Pada prinsipnya, kata dia, saat menyoroti isu karbon, maka harus juga diikuti juga dengan solusi untuk menanganinya. Di sektor hulu migas solusi itu terbuka lebar, salah satunya melalui CCS.
“Tapi memang ini masih dalam tahap studi di Jatibarang, wilayah Jawa Barat yang bekerja sama dengan perusahaan kelas dunia," kata Arya.
Baca juga: Pertagas Mulai Kembangkan Bisnis Baru, dari Bioethanol, Hidrogen, sampai CCUS
Sebelumnya, PHE dan ExxonMobil meneken kerja sama penangkapan karbon di ajang Indonesia Petroleum Association Convention and Exhibition (IPA CONVEX) ke-48 di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City pada Mei 2024 lalu.
Melalui kerja sama ini, PHE dan ExxonMobil akan mematangkan dan menyiapkan rancangan model komersial untuk pengembangan hub CCS/CCUS regional di wilayah kerja PT Pertamina Hulu Energi Offshore South East Sumatera (PHE OSES).
Kerja sama ini berpotensi untuk menyimpan karbon dioksida (CO2) domestik dan internasional melalui Asri Basin Project CCS Hub yang berada di wilayah kerja PHE OSES. Tentunya kerja sama ini jadi peluang bisnis baru dalam program Dekarbonisasi di Asia Tenggara.
Baca juga: Perkuat Komitmen NZE, PHE Teken Kerja Sama Carbon Capture dengan ExxonMobil
Potensi Indonesia di CCS/CCUS
Sebelumnya, Presiden Indonesia Petroleum Association (IPA) Yuzaini bin Md Yusof mengatakan bahwa Indonesia diperkirakan bisa menjadi pemimpin industri CCS/CCUS di kawasan Asia Tenggara.
Menurut dia, Pemerintah Indonesia sudah mengeluarkan sejumlah regulasi teknologi penyimpanan karbon. Regulasi tersebut merupakan yang pertama di kawasan Asia sehingga membuat Indonesia jadi negara terdepan dalam penerapan CCS.
"Kebijakan-kebijakan ini adalah yang pertama di Asia. Indonesia memiliki posisi yang baik untuk menjadi pemimpin regional dalam CCS," ujar Yuzaini dalam kegiatan IPA Convex di ICE BSD City, Tangerang, Selasa (14/5/2024).
Terkini Lainnya
- Dorong Kemandirian Ekonomi Umat, DMI Gandeng UMKM
- Cara Top Up DANA dari BCA dan Biayanya
- Manajemen PIK 2 Buka Suara soal Pagar Bambu Misterius di Laut
- Rincian Biaya Ganti Kartu Debit ATM BCA Terbaru Tahun 2025
- ASDP Kumpulkan 1,72 Ton Sampah Plastik lewat Reverse Vending Machine
- Dukung Gerakan Satu Juta Pohon, KAI Logistik Tanam 1.200 Pohon di Wilayah Operasional
- Tutup Layanan Marketplace, Bukalapak Bisa Makin Untung?
- Cara Beli Tiket Proliga 2025 di PLN Mobile
- Simak, Ciri-ciri Lowongan Kerja Palsu Menurut Kemenaker
- Bukalapak Tutup Layanan Produk Fisik, Mendag Bilang Begini
- Gaji UMR Bojonegoro 2025 dan Daerah Lain di Seluruh Jatim
- 22 Persen Pekerjaan Saat Ini Akan Terdisrupsi oleh AI
- Gaji UMR Magetan 2025 dan Kenaikannya 5 Tahun Terakhir
- KAI Bakal Rilis Gapeka 2025, Waktu Perjalanan Kereta Makin Singkat
- Budi Arie Sebut Anggaran Makan Bergizi Gratis Akan Ditingkatkan
- Manajemen PIK 2 Buka Suara soal Pagar Bambu Misterius di Laut
- IHSG dan Rupiah Melemah di Akhir Sesi Perdagangan
- Rupiah Kian Tertekan, Ini Pemicunya
- Soal Dugaan "Predatory Pricing" Starlink, KPPU: Kami Belum Bisa Menyimpulkan...
- Di Rusia, Menko Airlangga Kuatkan Kerja Sama Bilateral dan Terima Penghargaan dari Pemerintah Rusia
- Kementerian BUMN Ungkap Alasan Grace Natalie Jadi Komisaris MIND ID