pattonfanatic.com

Dari Modal Rp 500.000, Flashy Mampu Cetak Omzet hingga 5 Miliar Setahun

Pendiri Falshy Windy Wulandry (kiri)
Lihat Foto

BANDUNG, - Merek tas, busana, dan aksesoris asal kota Bandung, Flashy, kini menjadi salah satu rujukan fashion anak muda. Di balik bisnis yang bertahan selama 25 tahun, Falshy didirikan oleh Windy Wulandry pada 1998 bermodalkan uang Rp 500.000.

Windy bercerita, awalnya ia sangat suka dengan model tas trendi, namun sayangnya harga untuk sebuah tas yang ia suka kala itu cukup mahal. Alhasil, dia dan teman-teman kuliahnya mulai membuat model yang unik dengan harga yang terjangkau.

Awalnya, merek tas Flashy dapat dibeli pre-order dengan harga Rp 70.000-125.000 dengan warna dan bahan bulu. Seiring berjalannya waktu, Windy mulai mencoba tas berbahan parasut.

Baca juga: Izin Usaha Dicabut, TaniFund Belum Punya Tim Likuidasi

“Flashy awalnya berdiri tahun 1998, dan saya saat itu masih kuliah. Melihat tas di toko dan mall kita yang harganya Rp 200.000-an kala itu, kita akhirnya bikin sendiri, dengan desain yang unik,” ungkap Windy di Bandung, Kamis (13/6/2024).

Dia bilang, produk yang ia jugal memiliki model, dan harga yang afordable untuk anak kuliah dan SMA kala itu sehingga banyak disukai remaja.

Berbeda dengan tas-tas wanita yang dimasanya hanya ada warna-warna seperti hitam atau coklat, Flashy menghadirkan varian tas berwarna seperti merah, kuning, ataupun biru yang sesuai dan tren.

“Sudah 25 tahun membangun Flashy ini dan terus berinovasi, hingga kita memiliki mesin bordir sendiri, sablon serta berbagai model tas,” ujarnya.

Baca juga: Ini Solusi Inovatif untuk Membantu Bisnis Tumbuh di Era Digital

Windy mengungkapkan dirinya paham betul bahwa untuk menarik pasar yang lebih luas, Flashy harus punya signature style yang dapat membedakan dengan brand lain.

Setelah melakukan riset pasar, Windy memutuskan untuk menggunakan parasut sebagai material utama tas Flashy.

"Selain sifat yang versatile, harga bahan parasut juga terjangkau dan cocok dengan target pasar Flashy saat itu, yaitu murid SMA hingga kuliah," jelas Windy.

Hampir semua bahan baku Flashy berasal dari Indonesia, khususnya Jawa Barat seperti Cigondewah, Tamim dan Otista. Untuk terus mengembangkan bisnis dan mewujudkan misi untuk membantu komunitas sekitar, Flashy memberdayakan puluhan penjahit dan perajin dari Jawa Barat dan sekitarnya.

Baca juga: Melihat Prospek Kinerja dan Bisnis Aplikasi Kesehatan di Indonesia

“Saat ini, jumlah karyawan kita yang bekerja di Flashy ada sekitar 20 orang, dengan omzet per tahun kurang lebih Rp 3-5 miliar,” ungkap Windy.

Pada 2019, Flashy mulai bergabung di Tokopedia dan merasakan manfaat yang sangat signifikan. Selain efisiensi dalam hal biaya operasional, keikutsertaan di Tokopedia membantu Flashy meningkatkan penjualan dan memperluas pasar, khususnya melalui berbagai kampanye.

Flashy rutin mengikuti sejumlah kampanye, antara lain Waktu Indonesia Belanja (WIB), Cantik Fest, Parade Diskon, PayDay Sale, Beli Lokal, dan masih banyak lagi. Tokopedia menyumbang hingga 40 persen dari total omzet Flashy secara online.

Baca juga: Mengintip Peluang Usaha Gerobak Bubur Ayam

Selain itu, Flashy juga aktif membuat video di TikTok untuk meningkatkan awareness, memberikan edukasi dan hiburan pada target pasar yang disasar. Flashy juga memanfaatkan ShopTokopedia di aplikasi TikTok untuk mempermudah pengikut TikTok Flashy berbelanja produk.

Lewat ShopTokopedia, Flashy bisa menjangkau konsumen dengan usia yang lebih muda, serta mendapatkan insight yang berharga untuk pengembangan produk lebih lanjut. Kini, produk - produk Flashy tidak memiliki pasar Indonesia saja, tapi juga mancanegara seperti Malaysia dan Singapura.

Meski sudah memiliki omzet yang besar, Flashy tetap mendorong bisnis keberlanjutan dengan memanfaatkan ekonomi sirkular atau mengolah limbah produksi menjadi memiliki nilai. Seperti pemanfaatan limbah untuk dompet, ikat rambut, hingga ragam aksesoris.

Baca juga: OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat