Kekhawatiran Pemerintah Indonesia Gagal Jadi Negara Maju
JAKARTA, - Pemerintah menargetkan, Indonesia dapat masuk ke dalam kategori negara maju pada 2045. Namun, pemerintah mengakui adanya kekhawatiran "mimpi" itu gagal terealisasi, dan Indonesia masuk dalam jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap.
Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan, untuk terlepas dari middle income trap, pendapatan nasional bruto alias Gross National Income (GNI) per kapita Indonesia perlu mencapai level 7.500 dollar AS pada 2029. Angka itu dapat terealisasi jika pertumbuhan ekonomi mencapai 6 persen secara berkelanjutan.
Dengan angka pertumbuhan tersebut, maka peluang Indonesia menjadi negara maju pada 2045 menjadi terbuka. Sebab, dengan jumlah penduduk dunia yang terus bertambah, Indonesia sudah mencipatakan fondasi yang kuat untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi tinggi yang berkelanjutan.
Baca juga: Menko Airlangga Targetkan Pendapatan Per Kapita 30.000 Dollar AS Jika RI Gabung OECD
"Kalau kita bisa mencapai 7.500 dollar AS per kapita, maka window opportunity dalam 2025 ke 2029 mudah-mudahan membawa kita on track mencapai (GNI per kapita) 26.000 dollar AS ke atas pada 2045," ujar dia, dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR RI, Kamis (13/6/2024).
Namun demikian, Suharso mengaku khawatir dengan target Indonesia menjadi negara maju pada 2045 jika angka GNI per kapita di level 7.500 dollar AS pada 2029 tidak tercapai.
Sebagai informasi, berdasarkan data Bank Duni, GNI per kapita Indonesia baru mencapai 4.580 dollar AS pada 2022. Dengan demikian, terdapat selisih sebesar 2.920 dollar AS dari target yang disebutkan Suharso.
"Kalau ini enggak tercapai, kami khawatir, seperti kekhawatiran kita semua," katanya.
Lebih lanjut Suharso menilai, upaya untuk menjadi negara maju akan semakin sulit ke depan. Ini seiring dengan jumlah populasi dunia yang bertambah.
Berdasarkan perhitungan Bappenas, jumlah penduduk dunia akan bertambah 1 miliar menjadi 9 miliar penduduk pada 2048. Semakin banyaknya jumlah manusia akan memperketat persaingan perebutan "kue" dari aktivitas ekonomi di berbagai negara.
"Kalau kita tidak aware, kita lewat itu, saya setuju itu," ucapnya.
Baca juga: Mau Kuliah Gratis Seperti di Negara Maju? Sri Mulyani: Pajaknya 70 Persen Per Orang
Terkini Lainnya
- Catat, Ini Passing Grade SKD CPNS 2024
- Dua BUMN Masuk Daftar Time World's Best Companies 2024, Erick Thohir: Angkat Citra Positif Indonesia
- Pimpinan Munaslub Beberkan Alasan Lengserkan Arsjad Rasjid dari Ketum Kadin
- Kinerja Semester I-2024 Elnusa, Selesaikan Survei Seismik hingga Pendapatan Naik
- Dihadiri Bamsoet dan Rosan, Munaslub Kadin Lengserkan Arsjad dan Tunjuk Anindya Jadi Ketum
- Kemendag Sebut Indonesia Ingin Tingkatkan Ekspor ke Kawasan Arab Teluk
- PLN EPI Gandeng Pupuk Indonesia dan ACWA Power Bangun Ekosistem Hidrogen Hijau
- Pendidikan Jadi Kunci Utama Meraih Manfaat Indonesia Emas 2045
- PT Pamapersada Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Persyaratannya
- Libur Panjang Akhir Pekan, Penumpang Whoosh Meningkat 25 Persen
- Catat, Ini Jadwal KA Priority Periode September 2024 dan Rutenya
- Asa Menjaga Lingkungan Hidup dari Langkah Kecil Daur Ulang Sampah
- Indonesia Harus Persiapkan Bahan Bakar Alternatif untuk Armada Maritim
- 7 Contoh Yang Termasuk Pajak Pusat
- Marine Solutions Summit 2024, Wadah Pelaku Bisnis Maritim Siasati Tantangan Global
- Cara Bayar Virtual Account BCA via Internet Banking
- Simak Cara Beli Tiket Jakarta Fair 2024 secara Online
- Kalla Group Terapkan ESG dalam Pengembangan Bisnis dan Budaya Perusahaan
- Ragam Langkah Ajinomoto untuk Ciptakan Bisnis yang Ramah Lingkungan
- [POPULER MONEY] Ramalan Terbaru Bank Dunia terhadap Ekonomi Indonesia | Tawaran Program Prakeja bagi Gen Z yang Menganggur