Tingkat Pengangguran di AS Terus Meningkat, Indikator Menuju Resesi?
- Dalam beberapa bulan terakhir, tingkat pengangguran di Amerika Serikat (AS) menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan. Ekonom New Century Advisors Claudia Sahm, yang juga pencipta "Sahm Rule", menyebut hal ini adalah tanda bahaya yang tidak boleh diabaikan oleh AS.
Dikutip dari CNBC, Rabu (19/6/2024), Sahm memperingatkan bahwa Federal Reserve (The Fed) berisiko mendorong ekonomi ke dalam kontraksi dengan tidak segera menurunkan suku bunga.
Sebagai informasi, Sahm Rule adalah indikator resesi yang menunjukkan bahwa ketika rata-rata tiga bulan tingkat pengangguran setengah poin persentase lebih tinggi daripada titik terendah dalam 12 bulan, ekonomi berada dalam resesi.
Indikator Sahm Rule ini telah terbukti efektif dalam memprediksi setiap resesi sejak 1948.
Saat ini, indikator Sahm Rule tersebut menunjukkan angka 0,37 setelah laporan ketenagakerjaan Mei yang mengungkapkan tingkat pengangguran naik menjadi 4 persen untuk pertama kalinya sejak Januari 2022.
Baca juga: Data Klaim Pengangguran AS Disambut Positif Investor, Wall Street Menghijau
Sahm mengkritik The Fed karena tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah resesi yang mungkin terjadi.
Menurut Sahm, dengan tidak mengambil tindakan sekarang, The Fed berisiko memicu resesi yang akan memaksa pembuat kebijakan untuk melakukan tindakan yang lebih drastis.
"Hasil terburuk yang mungkin terjadi pada saat ini adalah The Fed menyebabkan resesi yang tidak perlu," ujar Sahm.
Baca juga: The Fed Beri Sinyal Turunkan Suku Bunga, Rupiah Menguat Jauhi Rp 16.300 Per Dollar AS
Sahm mengatakan The Fed saat ini sedang "bermain dengan api" dan harus memperhatikan laju perubahan di pasar tenaga kerja sebagai tanda bahaya potensial di depan.
Menurut dia, menunggu "penurunan" dalam pertumbuhan pekerjaan adalah langkah yang berbahaya. Selain itu, indikator resesi didasarkan pada perubahan karena suatu alasan.
Menurut Sahm, dinamika tingkat pengangguran ini saling memengaruhi, dikarenakan jika orang kehilangan pekerjaan, mereka akan berhenti membelanjakan, dan lebih banyak orang kehilangan pekerjaan.
Baca juga: The Fed Pertahankan Suku Bunga Tetap Stabil, dan Berencana Lakukan Pemotongan Tahun Ini
Di sisi lain, meskipun tingkat pengangguran meningkat, pejabat The Fed menyatakan "sedikit" kekhawatiran tentang pasar tenaga kerja.
Sementara itu, bos The Fed Jerome Powell menjelaskan bahwa kondisi telah kembali ke sekitar di mana mereka berada pada malam pandemi relatif ketat tetapi tidak berlebihan.
Menurut barometer pilihan The Fed, inflasi berjalan pada 2,7 persen pada bulan April 2024, atau 2,8 persen ketika tidak termasuk harga energi pangan untuk pembacaan inti yang terutama difokuskan oleh pembuat kebijakan.
The Fed sendiri menargetkan inflasi AS pada 2 persen tahun ini.
Terkini Lainnya
- VKTR Operasikan 20 Bus Listrik dengan TKDN 40 Persen untuk TransJakarta
- Adopsi Teknologi Blockchain UMKM
- Pertamina International Shipping Buka Peluang Bisnis Muatan "Green Cargo" Pada 2025
- Saham DGWG Naik 15,65 Persen pada Hari Pertama Melantai di Bursa
- BRI Raup Rp 1,6 Triliun dari Transaksi AgenBRILink Sepanjang 2024
- Pelindo Layani 1,9 Juta Penumpang dan 130.000 Kendaraan Selama Libur Nataru
- Saham OBAT Melonjak di Hari Pertama IPO, Raup Rp 59,5 Miliar
- Bakal Berlaku Semester II, Kenapa Cukai Minuman Berpemanis Diterapkan?
- 3 Manfaat Asuransi Jiwa yang Jarang Diketahui Orang
- Mayoritas Harga Pangan Dilaporkan Turun, Cabai Rawit Merah Rp 72.690 per Kg
- Emiten Milik Aguan CBDK Resmi IPO, Saham Langsung ARA
- Simak Daftar Kurs Rupiah di 5 Bank Besar di Indonesia
- Peserta Lolos CPNS 2024 Wajib Isi Daftar Riwayat Hidup, Ini Caranya
- IHSG dan Rupiah Lesu di Pembukaan Awal Pekan
- Cek Harga Emas Antam 13 Januari 2025
- Ini Alasan Penyaluran Pupuk Subsidi Masih Kecil Menurut Pupuk Indonesia
- Per Juni 2024, Penyaluran Pupuk Subsidi Masih Kecil
- Gara-gara Infrastruktur Pipa Belum Tersambung, Jabar Kekurangan Pasokan Gas saat Jatim Kelebihan
- Info Lengkap Batas Waktu ATM Terblokir karena Salah PIN
- Mana Lebih Cuan, Reksa Dana Pasar Uang atau Deposito?