pattonfanatic.com

Soal Investor Khawatir dengan APBN Prabowo, Bos BI: Hanya Persepsi, Belum Tentu Benar

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (14/6/2024).
Lihat Foto

JAKARTA, - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan, salah satu pemicu pelemahan rupiah selama beberapa pekan terakhir ialah adanya kekhawatiran investor terhadap keberlanjutan fiskal Indonesia di bawah pemerintahan mendatang yang bakal dipimpin Presiden terpilih, Prabowo Subianto.

Perry menyebutkan, kekhawatiran itu menjadi salah satu sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah dalam jangka waktu pendek.

"Muncul presepsi, persepsi belum tentu bener loh. Jangan diyakini kalau persepsi. Persepsi akan sustainibiltas fiskal ke depan," tutur dia, dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, di Gedung BI, Jakarta, Kamis (20/6/2024).

Baca juga: Gubernur BI Beberkan Pemicu Rupiah Tertekan hingga Tembus Rp 16.400 Per Dollar AS

"Ini persepsi. Persepsi ini kan faktor-faktor teknikal jangka pendek," sambungnya.

Imbas dari sentimen jangka pendek itu, nilai tukar rupiah tercatat telah melemah 0,70 persen sejak akhir Mei hingga 19 Juni lalu.

Sementara jika dibandingkan posisi awal tahun ini (year to date), kurs rupiah sudah terkoreksi hingga 5,92 persen sampai dengan 19 Juni.

Meskipun demikian, Perry bilang, jika melihat faktor fundamental, nilai tukar rupiah seharusnya berada dalam tren penguatan.

Faktor fundamental yang dimaksud ialah tingkat inflasi yang kian menyusut, pertumbuhan ekonomi yang positif, serta defisit transaksi berjalan yang terjaga.

Oleh karenanya, walaupun masih berada dalam tren depresiasi, Perry meyakini, nilai tukar rupiah ke depan bakal berada dalam tren penguatan.

"Apakah Bank Indonesia masi meyakini rupiah ke depan akan menguat? Yes. Fundamentalnya akan menguat," ucap dia.

Sebagai informasi, selama beberapa pekan terakhir, arah kebijakan fiskal, yang terefleksikan dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), pemerintahan era Prabowo Subianto memang menjadi sorotan.

Pada pekan lalu, lembaga keuangan AS, Morgan Stanley, menurunkan peringkat saham-saham Indonesia menjadi "underweight" untuk pasar Asia dan emerging markets.

Salah satu pemicu diturunkannya rekomendasi tersebut ialah kekhawatiran terhadap arah kebijakan fiskal dalam waktu dekat pada era pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

"Kami melihat ketidakpastian jangka pendek terkait arah kebijakan fiskal ke depan," tulis ahli strategi Morgan Stanley, dikutip Rabu (12/6/2024).

Dalam catatan yang sama, Morgan Stanley menyoroti potensi beban APBN yang semakin besar, seiring dengan adanya program-program yang dijanjikan Prabowo-Gibran, seperti program makan siang dan susu gratis.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat