Dollar AS Tembus Rp 16.400, Anggaran Subsidi Energi Berpotensi Membengkak
JAKARTA, - Belanja negara untuk subsidi energi berpotensi meningkat dari pagu yang telah ditetapkan. Hal ini seiring dengan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang tengah tertekan.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus berada di atas Rp 16.000 per dollar AS selama satu bulan terakhir. Bahkan, selama lebih dari sepekan terakhir, kurs rupiah bergerak di kisaran Rp 16.400 per dollar AS.
Padahal, dalam asumsi dasar ekonomi makro 2024, nilai tukar rupiah ditetapkan sebesar Rp 15.000 per dollar AS. Angka ini digunakan dalam menentukan besaran subsidi energi di APBN 2024.
Baca juga: Mungkinkah Rupiah Kembali ke Level Rp 15.000 per Dollar AS?
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membenarkan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS bakal berdampak terhadap pos belanja negara yang menggunakan mata uang asing, seperti subsidi energi.
"Seperti subsidi listrik dan BBM yang sebagian bahannya adalah impor, maka ada efek rembesan itu dari rupiah yang bergerak ke dalam," kata dia, dalam konferensi pers, di Kantor Pusat Ditjen Pajak Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (24/6/2024).
Lebih lanjut bendahara negara menjelaskan, jika kuota subsidi energi tidak mengalami perubahan, maka pemerintah akan menanggung besaran "gap" antara harga BBM dan listrik yang ditetapkan dalam APBN dengan perkembangan saat ini. Pemerintah bakal membayarkan kekurangan itu ke PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) sebagai badan usaha penugasan pemerintah.
"Nanti akan ditagihkan oleh Pertamina dan PLN kepada pemerintah setiap kuartal," ujarnya.
Sebagai informasi, pada tahun ini pemerintah menganggarkan Rp 189,1 triliun untuk subsidi energi, yang mencakup subsidi BBM, elpiji tabung 3 kg, dan lisstik. Adapun sampai dengan April lalu, realisasi belanja subsidi energi telah mencapai Rp 42,41 triliun.
Sri Mulyani bilang, pemerintah berupaya untuk menjaga besaran subsidi energi sesuai dengan pagu yang disiapkan, meskipun rupiah tengah tertekan. Namun, ia tidak merinci upaya apa yang bakal dilakukan pemerintah.
"Sedapat mungkin kita akan bayar sesuai kemampuan keuangan negara," ucapnya.
Baca juga: Pelemahan Rupiah Bikin Maskapai Babak Belur
Terkini Lainnya
- Survei Litbang Kompas: Sering Dapat Bansos Jadi Alasan Puas terhadap Pemerintah
- Prudential dan UOB Rilis Asuransi Jiwa untuk Generasi Sandwich
- Promo Imlek di Traveloka, Ada Diskon hingga 50 Persen dan Voucher Rp 880.000
- Apa Pekerjaan Rumah Indonesia Usai Menang Sengketa Sawit dengan Uni Eropa di WTO?
- Perplexity AI Ajukan Tawaran Merger dengan TikTok AS
- Cara Tukar Minyak Jelantah Jadi Saldo e-Wallet, Dapat Rp 6.000 per Liter
- Bukalapak Hadapi Gugatan Penundaan Pembayaran Utang dari PT Harmas
- Mengungkap Peran Perusahaan Asing dalam Proyek Coretax Rp 1,3 Triliun
- Menko Airlangga Tegaskan PSN di PIK 2 Hanya untuk Ekowisata Tropical Coastland
- Elnusa Gandeng Pemda Gorontalo untuk Kelancaran Distribusi BBM Jelang Ramadhan
- PT Pamapersada Buka Lowongan Kerja untuk SMA-S1, Cek Posisi dan Syaratnya
- Tutup Rute Jakarta-Surabaya, Manajemen BBN Airlines Sebut Lakukan Evaluasi Intens
- BEI Sebut Ada 17 Perusahaan dalam Antrean IPO 2025
- Bank Mandiri Libatkan Nasabah dalam Pelestarian Lingkungan Melalui Livin’ Planet
- Pemerintah Mau Bikin Harga Tiket Mudik Murah, Penguasa PO Bus Tunggu Arahan
- Bank Dunia: Perpanjangan Bansos Dorong Defisit APBN Indonesia
- Anggaran Negara Catat Defisit Pertama Pada Mei 2024, Sebesar Rp 21,8 Triliun
- BSI International Expo 2024 Cetak Nilai Transaksi Rp 2 Triliun dengan 52.000 Pengunjung
- Pegadaian Buka Lowongan Kerja hingga 30 Juni 2024, Simak Kualifikasinya
- Tim Prabowo Sebut Anggaran Makan Bergizi Gratis Rp 71 Triliun Masih Bisa Berubah