Pasca-Jokowi, Indonesia di Ambang "Triple" Defisit
POKOK-pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) tahun 2025, dibahas saat kecemasan pasar pada sustainability APBN Indonesia yang berimbas pada pelemahan kurs rupiah hingga menyentuh Rp 16.500 per dollar AS.
Risiko fiskal menanti di tengah depresiasi rupiah yang gap-nya cukup dalam, hampir 9,33 persen dari asumsi makro APBN 2025 sebesar Rp 15.000 per dollar AS.
Depresiasi rupiah tentu memicu risiko fiskal. Beban pembiayaan utang valas jatuh tempo akan meningkat, beban subsisi energi, demikian pun biaya impor.
Setali tiga uang, Indonesia di ambang triple defisit, yakni defisit anggaran (APBN), defisit transaksi berjalan, dan neraca perdagangan yang surplusnya menipis, di tubir defisit. Apa yang terjadi bila triple defisit?
Kombinasi defisit anggaran, defisit neraca transaksi berjalan, dan defisit neraca perdagangan dapat menciptakan situasi yang kompleks dan menantang bagi perekonomian Indonesia.
Kondisi ini dapat memperburuk kerentanan ekonomi, menurunkan daya saing, dan menghambat pertumbuhan ekonomi tahun depan.
Dalam asumsi dasar Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF), tampak postur kumulatif RAPBN terlihat tambun sebesar Rp 3.500 triliun.
Bisa dimaklumi, RAPBN 2025 mengakomodasi politik anggaran transisi, menimbang bejibun janji politik yang telah ditabur presiden dan wakil presiden RI terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming saat kampanye Pilpres 2024.
Janji politik tersebut idealnya tercermin dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) sebagai pijakan penyusunan RAPBN 2025 dan penjabaran visi misi presiden dan wakil presiden terpilih di Pemilu 2024.
Dalam asumsi dasar KEM-PPKF 2025, RAPBN direncanakan meningkat 14,59 persen - 15,18 persen dari tahun APBN 2024 sebesar Rp 3.325,1 triliun.
Peningkatan besaran RAPBN 2025, didorong oleh pengeluaran mandatory, dan rencana makan gratis yang menelan anggaran sekitar Rp 400 triliun.
Ekspansi fiskal demikian, berkonsekuensi pada semakin melebarnya defisit anggaran. Dalam asumsi dasar 2025, defisit anggaran menjadi 2,45 persen hingga 2,82 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Dus, dalam asumsi dasar 2025, defisit keseimbangan primer (primary balance) pun mengalami peningkatan dari 0,11 persen menjadi 0,30 persen hingga 0,61 persen terhadap PDB; yang berarti bahwa pemerintah masih gali lubang tutup lubang.
Kendati rasio defisit anggaran masih dalam batas toleransi undang-undang, namun semakin melebarnya defisit, justru membuat ruang fiskal semakin tidak fleksibel terhadap belanja produktif APBN yang memiliki multiplier effect terhadap ekonomi.
Yang mencemaskan adalah, meningkatnya RAPBN 2025, dipicu pengeluaran untuk konsumsi dalam satu program dengan porsi anggaran cukup besar, yakni untuk makan dan minum susu gratis.
Terkini Lainnya
- Persiapan Munas IX, Kadin Ingatkan Semua Proses Harus Sesuai Aturan
- Catat, Ini Tarif Listrik per kWh Selama Oktober 2024
- Konflik Timur Tengah Memanas, Pengamat Sebut Impor Pangan Bisa Jadi Solusi Redam Kenaikan Harga Pangan
- GASPOL | 10 Tahun Jokowi, Jalan Tol Jadi Primadona: Prabowo Akan Lanjutkan?
- Apa Saja Penyebab Deflasi?
- China Jajaki Pembangunan Tanggul Laut Pantura
- Cara Cek Jumlah Pelamar Formasi CPNS 2024 di SSCASN
- Sederet Upaya BEI Tingkatkan Nilai Transaksi Invesor di Pasar Modal
- OJK Bidik Target Pembukaan 8,7 Juta Akses Inklusi Keuangan dalam BIK 2024
- OJK Targetkan Anti Scam Center Rilis Tahun Ini
- Kadin Indonesia Tunggu Arahan Pemerintahan Prabowo Soal Jadwal Pelaksanaan Munas Selanjutnya
- Pabrik Kaca Terbesar se-Asia Tenggara di Batang Mulai Produksi Tahun ini, Ekspor hingga ke Eropa
- OJK: Maraknya PHK Sejalan dengan Modus Penipuan Keuangan
- Industri Otomotif Tunjukkan Tren Positif, Menperin: Potensinya Masih Terbuka Luas
- Pulau Nusa Penida dan Gili Matra Ditetapkan sebagai Kawasan Perairan Sensitif yang Dilindungi
- Kadin Indonesia Tunggu Arahan Pemerintahan Prabowo Soal Jadwal Pelaksanaan Munas Selanjutnya
- Wall Street Ditutup Menguat Berkah Kenaikan Harga Saham Teknologi
- PPATK Temukan Indikasi Transaksi Judi "Online" lewat Pinjol, Bos OJK Buka Suara
- Sorotan Bank Dunia Terhadap Program Makan Siang Gratis
- Ditopang Bea Masuk, Penerimaan Bea dan Cukai Batam Tembus Rp 176 Miliar Per Mei 2024
- Emiten Kebab Baba Rafi (RAFI) Tebar Dividen Rp 1 Miliar untuk Pemegang Saham