Sri Mulyani Beberkan Penyebab Rupiah Tertekan
JAKARTA, - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membeberkan penyebab nilai tukar rupiah tertekan oleh dollar AS selama beberapa bulan terakhir. Tekanan ini utamanya disebabkan oleh sentimen global.
Bendahara negara menjelaskan, tekanan terhadap rupiah datang dari arah kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed). Tingkat suku bunga The Fed, Fed Fund Rate, di level 5,5 persen diproyeksi belum akan turun dalam waktu dekat.
"Bahkan yang paling optimis penurunannya hanya 1 kali pada tahun ini," kata dia, dalam konferensi pers, APBN KiTa, Kamis (27/6/2024).
Baca juga: IHSG Awal Sesi Lanjutkan Penguatan, Rupiah Masih Lesu
Arah kebijakan suku bunga yang di luar ekspektasi itu membuat "pasar" kecewa. Hal ini pun membuat investor kembali menempatkan dananya ke instrumen investasi berkaitan dengan dollar AS, seperti obligasi pemerintah AS.
Pada saat bersamaan, defisit anggaran negara AS semakin melebar, sehingga membutuhkan pembiayaan utang lebih besar. Akibatnya, pemerintah Negeri Paman Sam semakin gencar menerbitkan obligasi.
Dengan semakin masifnya penerbitan, Sri Mulyani bilang, harga obligasi pemerintah AS turun. Akan tetapi, imbal hasil atau yield yang ditawarkan tetap stabil di kisaran 4,25 persen.
"Kemudian menyebabkan penguatan dollar indeks, yang kemudian menyebabkan depresiasi termasuk rupiah kita," ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani menyebutkan, sampai dengan pengujung Mei lalu, nilai tukar rupiah berada di level Rp 16.431 per dollar AS. Nilai ini telah terdepresiasi 6,58 persen dari posisi awal tahun 2024.
Posisi depresiasi itu masih lebih baik dibanding dengan mata uang negara lain. Bahkan, Sri Mulyani membandingkan kondisi rupiah dengan yen Jepang yang terus terdepresiasi dan mencapai level terendah sejak 1986.
Walaupun demikian, Sri Mulyani memastikan, pergerakan nilai tukar rupiah yang cenderung melemah bakal menjadi perhatian pemerintah. Ini utamanya berkaitan dengan dampak depresiasi terhadap kas negara.
"Jadi memang kita melihat dari pasar keuangan, pasar global, dan bonds itu menjadi salah satu yang perlu untuk diwaspadai, karena dinamikanya muncul, dan terjadi rembesan ke dalam, adalah melalui pasar keuangan ini," ucapnya.
Baca juga: IHSG Awal Sesi Lanjutkan Penguatan, Rupiah Masih Lesu
Terkini Lainnya
- Kemenhub Bentuk Pusat Integrasi Data Maritim buat Tingkatkan Keselamatan Pelayaran
- Cara Mendapatkan Diskon Tiket Kereta Reduksi bagi Dosen dan Alumni UNSOED
- Usai Dilengserkan dari Ketum Kadin, Arsjad Rasid Akan Sampaikan Sikap Bersama 21 Kadin Provinsi
- Cara Transfer Mandiri ke DANA via Aplikasi Livin'
- Ini Kata Anindya Bakrie Usai Terpilih Jadi Ketum Kadin Indonesia lewat Munaslub
- Cara Bayar Tilang Elektronik via BRImo dan ATM BRI
- BGR Logistik Salurkan Bansos Beras ke Papua, Total 23,6 Juta Ton
- Catat, Ini Passing Grade SKD CPNS 2024
- Dua BUMN Masuk Daftar Time World's Best Companies 2024, Erick Thohir: Angkat Citra Positif Indonesia
- Pimpinan Munaslub Beberkan Alasan Lengserkan Arsjad Rasjid dari Ketum Kadin
- Kinerja Semester I-2024 Elnusa, Selesaikan Survei Seismik hingga Pendapatan Naik
- Dihadiri Bamsoet dan Rosan, Munaslub Kadin Lengserkan Arsjad dan Tunjuk Anindya Jadi Ketum
- Kemendag Sebut Indonesia Ingin Tingkatkan Ekspor ke Kawasan Arab Teluk
- PLN EPI Gandeng Pupuk Indonesia dan ACWA Power Bangun Ekosistem Hidrogen Hijau
- Pendidikan Jadi Kunci Utama Meraih Manfaat Indonesia Emas 2045
- Usai Dilengserkan dari Ketum Kadin, Arsjad Rasid Akan Sampaikan Sikap Bersama 21 Kadin Provinsi
- Dihadiri Bamsoet dan Rosan, Munaslub Kadin Lengserkan Arsjad dan Tunjuk Anindya Jadi Ketum
- Komitmen Lestarikan Lingkungan, PLN Sediakan Mesin Daur Ulang Sampah di Lingkungan Kantor
- Adakah Cara Mengetahui PIN ATM dari Buku Tabungan?
- Bantuan Pangan Dilanjutkan sampai Desember 2024, Presiden: Hitung-hitungan APBN Bisa...
- Big Tech Monopoli Ekosistem Digital, Pemerintah Diminta Intervensi Lewat Regulasi
- APBN Defisit Rp 21,8 Triliun, Ini Penyebabnya