pattonfanatic.com

2 Perusahaan Eropa Batal Investasi di Sonic Bay, Ini Kata Anak Buah Bahlil

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia melakukan pertemuan dengan Chief Executive Officer (CEO) Badische Anilin und Soda Fabrik (BASF) Martin Brudermüller di Paviliun Indonesia, Davos, Swiss, Selasa (17/1/2023) waktu setempat.
Lihat Foto

JAKARTA, - Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memastikan mundurnya dua perusahaan asal Eropa yakni BASF dan Eramet dari proyek Sonic Bay di Maluku Utara tidak menurunkan minat investor asing untuk berinvestasi ke sektor hilirisasi di Indonesia.

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan mengatakan, kedua investor itu batal berinvestasi karena adanya perubahan kondisi pasar nikel global, terutama pada pilihan nikel yang menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.

Perubahan tersebut membuat kedua perusahaan raksasa asal Eropa itu melakukan berbagai evaluasi lalu memutuskan bahwa tidak diperlukan lagi investasi suplai material baterai kendaraan listrik.

Baca juga: BASF dan Eramet Kompak Mundur dari Proyek Sonic Bay Senilai Rp 42 Triliun

"Kami dari awal terus mengawal rencana investasi ini. Namun pada perjalanannya, perusahaan beralih fokus, sehingga pada akhirnya mengeluarkan keputusan bisnis membatalkan rencana investasi proyek Sonic Bay ini," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (26/6/2024).

Menurutnya, minat investor asing di sektor hilirisasi tetap tinggi dan bahkan beberapa proyek investasi di sektor tersebut telah mencapai tahap realisasi.

Misalnya, proyek smelter tembaga terbesar di dunia milik PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur resmi beroperasi mulai 27 Juni 2024.

Ada juga, produksi masal baterai kendaraan listrik pertama di Indonesia akan dimulai oleh PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power di Karawang, Jawa Barat pada Juli 2024 dan akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.

"Kami melihat hilirisasi untuk ekosistem baterai kendaraan listrik masih sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Apalagi, baru-baru saja Indonesia mendapat peringkat 27 pada World Competitiveness Ranking (WCR) 2024. Top 3 terbaik di wilayah ASEAN," ucapnya.

Sebagai informasi, BASF dan Eramet yang telah memiliki legalitas usaha atas nama PT Eramet Halmahera Nikel rencananya akan mengembangkan proyek Sonic Bay senilai 2,6 miliar dollar AS atau setara Rp 42,64 triliun di Kawasan Industri Teluk Weda, Maluku Utara.

Proyek ini merupakan pabrik pemurnian nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) yang menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitates (MHP). Nantinya MHP yang diproduksi akan menjadi prekursor baterai listrik.

Fasilitas ini mulanya ditargetkan memiliki kapasitas produksi sebesar 67.000 ton nikel per tahun dan 7.500 ton kobalt per tahun.

Namun pada Senin (24/6/2024), baik BASF maupun Eramet mengumumkan pembatalan investasi protek Sonic Bay melalui website resmi masing-masing perusahaan.

Baca juga: Bahlil: Starlink Investasi Rp 30 Miliar dan Punya 3 Karyawan Terdaftar

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat