Krisis jika Meremehkan Hal Mendasar
KOMISI I DPR RI menyebut peretasan Pusat Data Nasional Sementara (PDSN) 2 Surabaya yang dikelola oleh Telkom Sigma sebuah ‘kebodohan’.
Ketua Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian menyebutnya, ‘salah tata kelola’.
Sementara Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menyebutnya, ‘sistem dan kebijakan di sana lemah’.
Saat krisis telah terjadi, kompleksitas ragam alasan dan hasrat untuk saling menyalahkan pun menguat. Seringkali, semua itu terjadi akibat kita meremehkan hal-hal prinsip mendasar.
Menurut SecureITWorld, pusat informasi keamanan siber global ternama, urutan dalam prinsip dasar Keamanan Siber adalah (1) pembatasan akses admin, (2) backup data, (3) otentikasi multifaktor, (4) miliki Incident Response Plan, (5) perangkat lunak harus selalu versi terbaru, (6) program sosialisasi keamanan siber, dan (7) pasang firewall.
Setidaknya empat poin mendasar dari SecureITWorld dalam krisis Kominfo berpotensi dilanggar.
Dalam hal pembatasan akses, Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid mengatakan, ada indikasi kelalaian dari pegawai PT Telkom yang mengakibatkan sistem PDSN di Surabaya diretas.
Dalam hal backup data, kerumitan kebijakan politik dan birokrasi internal kementerian dan lembaga memperparah masalah.
Terkait Incident Response Team, itu saja masih menjadi rekomendasi dari BSSN ke Kominfo untuk membentuk Computer Security Incident Response Team (CSIRT) khusus PDNS.
Sementara dalam hal kemutakhiran perangkat lunak, saat itu, VMware di PDSN bukanlah versi yang terbaru.
Istilah unforced error populer di olahraga tenis, yang definisinya adalah ‘salah sendiri’ atau blunder. Lawan mendapatkan poin bukan karena keahlian atau upaya mereka, melainkan akibat kesalahan kita sendiri.
Unforced error dalam pengelolaan dan keamanan data negara ini adalah ketika tata kelola antara Kemenkominfo dan BSSN dibiarkan berantakan, regulasi dibuat rumit birokratis, sehingga hari ini peretas bisa ‘menyandera’ data-data penting negara dan meminta tebusan sebesar 8 juta dollar AS (Rp 131 miliar) untuk pembebasannya.
Tidak hanya bisa menimbulkan unforced error yang berujung krisis di dunia bisnis, meremehkan hal-hal yang mendasar juga bisa merenggut nyawa.
Prinsip mendasar
Pada 1930, Boeing B-17 Flying Fortress sibuk bekerja dalam Perang Dunia, mengebom musuh Barat saat itu, seperti Jerman dan Jepang.
Namun, rentetan insiden terjadi di tahun 1935, 1936, dan 1939 yang menyebabkan tiga awak pesawat cedera dan beberapa meninggal dunia.
Terkini Lainnya
- Nyepi dan Lebaran Berdekatan, Menhub Usulkan Pekerja WFA Jelang Libur
- Berawal dari Iseng, Perempuan 25 Tahun Ini Raup Cuan dari Youtube Shopping Affiliates
- Muhammadiyah: Tidak Semua Perguruan Tinggi Siap Kelola Tambang
- LRT Jabodebek Pasang CCTV di Area Parkir Sepeda Stasiun
- Bahlil Pastikan Diskon Tarif Listrik 50 Persen Tak Akan Diperpanjang
- Gaji UMR Mataram 2025, Tertinggi di NTB
- Hasil Pemeriksaan Nelayan yang Mengaku Pasang Pagar Laut Diungkap
- Cara Melihat LHKPN Pejabat Negara secara Online, Ini Panduannya
- Ekonom: Ketentuan Baru Devisa Hasil Ekspor Bisa Beratkan Pengusaha
- Rupiah Menguat Ditopang Sentimen Revisi PP DHE SDA dan Pidato Trump
- Gaji UMR Lombok 2025: Mataram dan Seluruh Pulau Lombok NTB
- Kesal Pagar Laut Tak Kunjung Tuntas, Anggota DPR Copot Lencana Saat Rapat dengan KKP
- Membangun Desa dengan Memperbaiki Sistem Logistik
- Jumlah Perusahaan AS yang Ingin Pindahkan Pabrik dari China Sentuh Rekor Tertinggi
- Bulog Ditargetkan Serap 3 Juta Ton Beras hingga April, Usul Ada Fleksibilitas Harga Pembelian
- Bahlil Pastikan Diskon Tarif Listrik 50 Persen Tak Akan Diperpanjang
- Korban PHK Tahun Lalu Tembus 77.965, Paling Banyak di Jakarta
- Per 1 Juli, Ini Tanggal Tagihan dan Jatuh Tempo Paylater BCA Terbaru
- NIK Sebagai NPWP Berlaku per 1 Juli, Ini Cara Pemadanannya
- Bahan Pokok Sabtu 29 Juni 2024: Harga Ikan Kembung Naik, Bawang Merah Turun
- Data Ditjen Perhubungan Udara Bocor, Kemenhub Pastikan Tak Ganggu Operasional
- Soal Zonasi Penjualan Rokok di RPP Kesehatan, Peritel: Pelaksanaannya Bagaimana? Bawa Meteran?