pattonfanatic.com

Konektivitas dan Iklim Investasi

Aktivitas bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (29/3/2021). Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia.
Lihat Foto

MINGGU ini, saya berkesempatan memfasilitasi diskusi kelompok terarah (focus group discussion) dengan beberapa pelaku usaha di salah satu provinsi di Kalimantan.

Salah satu peserta, seorang pemilik perkebunan kakao di wilayah pedalaman, membagikan pengalamannya dalam mengangkut kakao.

Ia memilih jalur sungai menggunakan kapal karena lebih efisien dibandingkan perjalanan darat yang memakan waktu lebih lama. Pengusaha tersebut menekankan pentingnya memastikan akses logistik yang baik sebagai prioritas utama.

Menurut dia, sebelum memikirkan insentif atau kebijakan pendukung lain, yang terpenting adalah memastikan bahwa jalur logistik lancar.

Dengan infrastruktur memadai, para pelaku usaha akan lebih mudah untuk beroperasi dan mengembangkan bisnisnya.

Poin ini semakin relevan jika kita melihat Laporan Indeks Kinerja Logistik (Logistic Performance Index - LPI) dari Bank Dunia.

Dalam edisi terbaru tahun 2023, Indonesia berada di peringkat ke-61 dari skala global, dengan skor 3.0. Skala penilaian LPI ini berkisar antara 1 (kinerja) terburuk, hingga 5 (terbaik).

LPI mengukur kinerja logistik negara berdasarkan enam komponen utama. Pertama, efisiensi dalam manajemen bea cukai dan perbatasan.

Kedua, kualitas infrastruktur perdagangan dan transportasi. Ketiga, kemudahan mengatur biaya pengiriman yang kompetitif, terutama melalui jalur laut.

Keempat, tingkat kompetensi dan kualitas layanan logistik. Kelima, kemampuan untuk melacak pengiriman barang. Keenam, frekuensi dan ketepatan waktu dalam mencapai tujuan pengiriman.

Di kawasan Asia Tenggara, Singapura menempati peringkat ke-1 dengan skor 4,3. Posisi ini sekaligus menempatkan negara kota tersebut sebagai peringkat ke-1 secara global.

Selanjutnya, Malaysia menempati peringkat ke-2 dengan skor 3,6. Thailand menyusul sebagai peringkat ke-3 dengan skor 3,5. Posisi selanjutnya adalah Filipina dan Vietnam menyusul dengan skor 3,3.

Indonesia dengan posisi ke-6 memiliki skor 3,0, skor ini terdistribusi secara merata di enam komponen, antara 2,8 hingga 3,3.

Skor tersebut menggambarkan tantangan yang masih dihadapi Indonesia dalam memperbaiki infrastruktur logistiknya. Di bawah Indonesia, Kamboja dan Laos memiliki skor 2,4.

Daya saing

Tidak dapat dipungkiri, biaya logistik sangat berpengaruh terhadap daya saing. Semakin tinggi biaya logistik, semakin besar beban biaya yang harus ditanggung.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat