Tingkat Ketimpangan Kaya-Miskin di RI Turun Per Maret 2024, Ini Pemicunya
JAKARTA, - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, tingkat ketimpangan di Indonesia yang diukur menggunakan gini ratio menurun pada Maret 2024. Penurunan ketimpangan terjadi di wilayah perkotaan dan juga perdesaan.
Sebagai informasi BPS mencatat gini ratio dengan rentang 0-1. Semakin tinggi nilai gini ratio, maka semakin tinggi ketimpangan.
Plt. Sekretaris Utama BPS Imam Machdi mengatakan, nilai gini ratio sebesar 0,379 pada Maret 2024. Angka inil lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 0,388.
"Tingkat ketimpangan yang diukur menggunakan gini ratio pada Maret 2024 sebesar 0,379 menurun dibanding Maret tahun sebelumnya," kata dia, dalam konferensi pers, di Kantor BPS, Jakarta, Senin (1/7/2024).
Baca juga: BPS Laporkan Deflasi 0,08 Persen pada Juni 2024
Jika dilihat berdasarkan data BPS, ini menjadi kali pertama tingkat ketimpangan mengalami penurunan sejak Maret 2020. Data menunjukan, semenjak pandemi Covid-19 merebak, tingkat ketimpangan cenderung meningkat setiap tahunnya.
Secara lebih rinci, tingkat ketimpangan di wilayah perkotaan sebesar 0,399 pada Maret lalu. Angka ini lebih rendah dari Maret tahun lalu sebesar 0,409.
Kemudian, tingkat ketimpangan di perdesaan sebesar 0,306. Ini juga lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu sebesar 0,313.
"Gini ratio di perkotaan lebih tinggi namun turun lebih cepat dibanding perdesaan," ujar Imam.
Baca juga: Tingginya Ketimpangan dalam Pertumbuhan Ekonomi
Lebih lanjut Imam bilang, penurunan tingkat ketimpangan dipicu oleh angka pendapatan kelompok 40 persen terbawah yang meningkat. Kenaikan pendapatan juga dialami oleh kelompok 40 persen menengah.
BPS mencatat persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah adalah sebesar 18,40 persen. Ini meningkat 0,36 persen poin dibandingkan kondisi Maret 2023 yang sebesar 18,04 persen.
Sementara itu, tingkat pengeluaran pada kelompok 40 persen menengah sebesar 35,69 persen pada Maret lalu. Ini juga meningkat dari periode pencatatan sebelumnya sebesar 35,25 persen.
"Penurunan ketimpangan sejalan dengan peningkatan pengeluaran pada kelompok 40 persen bawah dan juga kelompok 40 persen menengah," ucap Imam.
Terkini Lainnya
- Pasar Unilever di Indonesia Tergerus Boikot dan Persaingan dengan Produk Lokal
- Tarif Parkir Inap Terbaru Bandara Soekarno- Hatta dan Halim Perdanakusuma 2025
- Banyak Pabrik Tekstil Lokal Tutup, Impor dan Selundupan Dituding Jadi Biang Kerok
- LRT Jabodebek Komitmen Terapkan K3, Ini yang Dilakukan
- Cara Cek Saldo Rekening BRI via WhatsApp
- Direktur Bank OCBC NISP Joseph Chan Fook Onn Mengundurkan Diri
- VKTR Operasikan 20 Bus Listrik dengan TKDN 40 Persen untuk TransJakarta
- Adopsi Teknologi Blockchain UMKM
- Pertamina International Shipping Buka Peluang Bisnis Muatan "Green Cargo" Pada 2025
- Saham DGWG Naik 15,65 Persen pada Hari Pertama Melantai di Bursa
- BRI Raup Rp 1,6 Triliun dari Transaksi AgenBRILink Sepanjang 2024
- Pelindo Layani 1,9 Juta Penumpang dan 130.000 Kendaraan Selama Libur Nataru
- Saham OBAT Melonjak di Hari Pertama IPO, Raup Rp 59,5 Miliar
- Bakal Berlaku Semester II, Kenapa Cukai Minuman Berpemanis Diterapkan?
- 3 Manfaat Asuransi Jiwa yang Jarang Diketahui Orang
- Bakal Berlaku Semester II, Kenapa Cukai Minuman Berpemanis Diterapkan?
- Bagi Hasil Pertama Sukuk ESG BSI Bakal Dibayarkan September 2024
- Nasabah Minta OJK Kembalikan Izin Usaha Kresna Life
- Jumlah Penduduk Miskin RI Turun Jadi 25,22 Juta Orang Per Maret 2024
- Indeks Saham Terbaik dan Terburuk Asia Pasifik Semester I 2024, Ada IHSG
- Koper Penumpang Hilang Dicuri, Lion Air Ingatkan Ketentuan Membawa Barang Berharga di Pesawat