Bocoran OJK, Volume Perdagangan Bursa Karbon hingga Juli 2024 Belum Sesuai Ekspektasi
JAKARTA, - Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal OJK RI Djustini Septiana mengatakan, berdasarkan laporan transaksi perdagangan karbon melalui bursa karbon sampai dengan 3 Juli 2024 kemarin, akumulasi volume peradangan karbon sebanyak 608.740 ton CO2, ekuivalen atau senilai 36,78 miliar.
Sedangkan total frekuensi, Djustini mengatakan ada sebanyak 82 kali dan sejumlah unit karbon yang sudah di retire sebanyak 417.475 ton CO2 ekuivalen. Dia bilang, berbagai bursa karbon telah didirikan di sejumlah negara seperti Malaysia, China, Korea Selatan, dan Jepang.
“Pada 26 September 2023 lalu, Presiden RI meresmikan perdagangan karbon melalui bursa karbon Indonesia atau kita sebut IDX Carbon yang merupakan salah satu upaya untuk mendukung target pemenuhan emisi tahun 2030,” jelas Djustini di Jakarta, Kamis (4/7/2024).
Baca juga: Transaksi Bursa Karbon Minim, Pengusaha Berikan Rekomendasi untuk OJK
Namun demikian, Direktur Pengawasan Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lufaldy Ernanda mengatakan pencapaian tersebut masih jauh dari target OJK.
“Kalau di-compare dengan ekspektasi kita, itu masih jauh. Tapi secara overall kita melihat perkembangannya sangat slow, padahal dari awal sudah kita petakan potensinya,” kata Lufaldy.
Lufaldy bilang, kala itu ada keterbatasan waktu, untuk melakukan peluncuran bursa karbon. Dia bilang, prosesnya dipercepat menjadi 6 bulan dan akhirnya bisa di launching.
“Saat kita launching jauh dari potensi yang kita bidik Rp 3.000 triliun, ini hanya Rp 36 miliar, jadi masih jauh,” tambahnya.
Baca juga: OJK: Transaksi di Bursa Karbon Masih Kecil
Djustini menambahkan, dalam mencapai target emisi tersebut Indonesia memprioritaskan lima sektor utama yang meliputi sektor energi, minerba, Industrial Processes and Product Use (IPPU), pertanian dan perdagangan.
“Perdagangan unit karbon di bursa karbon menunjukkan perkembangan yang menggembirakan jika dibangingan dengan perkembagnan bursa karbon di kawasan Asia, seperti Malaysia maupun Jepang. Namun demikian jika ditinjau dari bursa karbon di Indonesia perkembangan tersebut masih bisa ditingkatkan kedepannya,” tambahnya.
Djustini bilang, untuk penguna jasa bursa karbon yang telah terdafatar di IDX Carbon, ada sebanyak 67 entitas atau institusi. Lebih lanjut sebagai upaya meningkatkan perdagnagan unit karbon dan ekosistem perdagangan karbon di Indonesia, peran dan para pengambil keputusan, seperti kementerian, pelaku usaha, sangat penting.
Terkini Lainnya
- Kelola WK Coastal Plain, Bumi Siak Pusako Mulai Survei Seismik
- 6 Fungsi APBD Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2003
- Golden Westindo Artajaya Bidik Dana Segar Rp 82,28 Miliar dari IPO
- 6 Jenis Pengeluaran Pemerintah Daerah dan Penjabarannya
- Wapres: Jaminan Sosial Penting Diberikan untuk Pekerja Rentan
- AI Jadi Senjata Industri Fintech "Lawan Balik" Judi Online
- Indonesia Emas, Wapres Targetkan 99,5 Persen Pekerja Terlindungi Jaminan Sosial
- Simak Daftar Kurs Rupiah Hari Ini di 5 Bank Besar
- Asosiasi Pengusaha: PR Besar Pemerintahan Prabowo Banyak...
- Siapa Marimutu Sinivasan? Obligor Kakap BLBI yang Diduga Mau Kabur ke Malaysia
- Indonesia-Jerman Perkuat Kerja Sama Bidang Ketenagalistrikan di Ajang ISEW 2024
- Turun Rp 2.000, Cek Harga Emas Antam Terbaru, Kamis 12 September 2024
- 5 Daerah dengan APBD Terbesar di Indonesia, Jakarta Peringkat Pertama
- Kebutuhan Alat Berat Pertambangan Meningkat, United Tractors Rilis Ekskavator Kelas 30 Ton
- Harga Emas Terbaru di Pegadaian, Kamis 12 September 2024
- Asosiasi Pengusaha: PR Besar Pemerintahan Prabowo Banyak...
- Kemenhub Ungkap Tantangan Kelola 112 Terminal Bus Tipe A, dari Lokasi Tak Strategis hingga Sepi Peminat
- Sampah di Daerah Bisa Diolah Jadi Biomassa untuk Cofiring PLTU
- Ekonom Minta Prabowo-Gibran Tak Belanja Ugal-ugalan, Ada Apa?
- Pembangunan Rampung Tahun Ini, Kemenhub akan Operasikan Terminal Tipe A Demak Dan Air Sebakul Pada 2025
- IHSG dan Rupiah Menguat pada Penutupan Perdagangan Hari Ini