Menerawang Lowongan Kerja Masa Depan di Era "Khodam" AI
HOMO LUDENS. "Insan yang bermain" menurut filsuf Belanda, Johan Huizinga, menemukan konteksnya dalam fenomena viral "cek khodam online". Bayangkan, mengecek hal gaib menggunakan teknologi online atau daring.
Antropolog Unair, Biandro Wisnuyana menyebut "cek khodam online" menjadi viral karena masyarakat Indonesia sangat suka dengan hal mistis dan cocoklogi (percocokan logika) alias utak-atik gathuk.
Dia menyebut, fenomena ini sifatnya hiburan semata saja. Dalam bahasa gaul Anak Jaksel, have fun saja atau sekadar buat lucu-lucuan saja.
Khodam sendiri dikutip dari berbagai sumber merupakan bahasa Arab yang mengandung arti pembantu. Kata ini kemudian diserap dalam bahasa Indonesia dalam KBBI menjadi khadam yang memiliki makna sama: pembantu atau pelayan.
Sejalan fenomena "cek khodam online" yang rasanya masih harus kita buktikan secara empiris, sesungguhnya sudah ada khadam, "pembantu" manusia modern yang juga tidak kasat mata, namun menjadi bagian keseharian kerja: kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Dalam laporan global Work Trend Index 2024 yang melibatkan 31.000 responden di 31 negara termasuk Indonesia, mengemuka fakta menarik: sebanyak 92 knowledge workers di Indonesia sudah memiliki "khodam" AI di tempat kerja.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan angka global, yakni 75 persen dan Asia Pasifik 83 persen.
Meski tidak seperti "khodam musang sumatera" atau "khodam rawa rontek", khadam AI sama-sama memiliki kemampuan yang bisa dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah bagi manusia, termasuk di dunia kerja.
Oleh karena itu, 76 persen karyawan di Indonesia berinitiatif untuk membawa khodam atau perangkat solusi AI mereka sendiri ke tempat kerja (Bring Your Own AI/BYOAI).
Lalu apa dampak "khodam" AI ini bagi lowongan kerja masa depan pekerja Indonesia? Mari kita terawang bersama.
Baca juga: AI Jadi Sephia di Tempat Kerja: Benci tapi Rindu
AI Jadi Keniscayaan Hari Ini
Data Work Trend Index 2024 menyebut sebanyak 69 persen pemimpin perusahaan di Indonesia secara tegas menyatakan mereka tidak akan merekrut karyawan yang tidak memiliki kemampuan menggunakan AI.
Terkini Lainnya
- Golden Westindo Artajaya Bidik Dana Segar Rp 82,28 Miliar dari IPO
- 6 Jenis Pengeluaran Pemerintah Daerah dan Penjabarannya
- Wapres: Jaminan Sosial Penting Diberikan untuk Pekerja Rentan
- AI Jadi Senjata Industri Fintech "Lawan Balik" Judi Online
- Indonesia Emas, Wapres Targetkan 99,5 Persen Pekerja Terlindungi Jaminan Sosial
- Simak Daftar Kurs Rupiah Hari Ini di 5 Bank Besar
- Asosiasi Pengusaha: PR Besar Pemerintahan Prabowo Banyak...
- Siapa Marimutu Sinivasan? Obligor Kakap BLBI yang Diduga Mau Kabur ke Malaysia
- Indonesia-Jerman Perkuat Kerja Sama Bidang Ketenagalistrikan di Ajang ISEW 2024
- Turun Rp 2.000, Cek Harga Emas Antam Terbaru, Kamis 12 September 2024
- 5 Daerah dengan APBD Terbesar di Indonesia, Jakarta Peringkat Pertama
- Kebutuhan Alat Berat Pertambangan Meningkat, United Tractors Rilis Ekskavator Kelas 30 Ton
- Harga Emas Terbaru di Pegadaian, Kamis 12 September 2024
- Minta Hentikan Pemberlakuan PP Kesehatan, Pengusaha Akan Kirim Petisi ke Jokowi dan Prabowo
- Buntut Dugaan "Hack", Bappebti Panggil Indodax
- Kemenhub Ungkap Tantangan Kelola 112 Terminal Bus Tipe A, dari Lokasi Tak Strategis hingga Sepi Peminat
- Sampah di Daerah Bisa Diolah Jadi Biomassa untuk Cofiring PLTU
- Ekonom Minta Prabowo-Gibran Tak Belanja Ugal-ugalan, Ada Apa?
- Pembangunan Rampung Tahun Ini, Kemenhub akan Operasikan Terminal Tipe A Demak Dan Air Sebakul Pada 2025
- IHSG dan Rupiah Menguat pada Penutupan Perdagangan Hari Ini