pattonfanatic.com

“Urban Farming” Ala Warga Kelurahan Palmerah, Bertani di Atap Masjid...

Ketua Kelompok Tani Kebun Pertanian Perkotaan At-Taufiq, Ahmat Djazuli  saat mencek Urban Farming di atap Masjid, Sabtu (13/7/2024)
Lihat Foto

JAKARTA, - Siapa sangka dengan menyulap atap masjid menjadi Urban Farming bisa membuat warga Kelurahan Palmerah tak hanya bisa mengonsumsi hasil panen secara gratis namun juga memberikan tambahan pendapatan.

Urban Farming yang merupakan kegiatan bercocok tanam di kawasan perkotaan dengan memanfaatkan lahan yang terbatas, menjadi salah satu pilihan yang bisa dilakukan masyarakat perkotaan untuk mendapatkan berbagai manfaat mulai dari menciptakan lahan hijau, mengurangi panas dan polusi udara, dan bonusnya adalah mendapatkan nilai keekonomian.

Hal inilah yang dirasakan oleh Kelompok Kebun Pertanian Perkotaan At-Taufiq RT 009 RW 017, Kelurahan Palmerah.

Ketua Kelompok Tani Kebun Pertanian Perkotaan At-Taufiq, Ahmat Djazuli menceritakan, awal kelompok kebunnya mengelola Urban Farming pada tahun 2018 silam. Saat itu kelompok pertaniannya mendapatkan undangan dari Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta untuk belajar mengenai Urban Farming.

Baca juga: “Urban Farming” Diharapkan Dorong Ekonomi Masyarakat

Selama kegiatan itu, semua peserta diberi edukasi mengenai cara pengelolaan Urban Farming hingga diberikan beberapa jenis bibit sayur-sayuran untuk dibawa pulang dengan harapan sosialisasi itu bisa langsung diimplementasikan oleh peserta.

Dari sanalah kelompok Kebun Pertanian Perkotaan At-Taufiq mempunyai modal untuk terjun bercocok tanam menggunakan konsep Urban Farming.

Namun lahan yang digunakan pertama kali adalah kawasan yang dekat dengan rumah-rumah warga yang minim dari cahaya matahari. Oleh karena itu produk-produk sayuran hidroponik yang sempat disemai tidak tumbuh optimal, sehingga kelompok kelompok Kebun Pertanian Perkotaan At-Taufiq memindahkan semua tanamannya ke kawasan taman yang tidak jauh dari lokasi sebelumnya.

Di taman itu, semua tanamanan hidroponik tumbuh subur. Kelompok tani itu bisa memanen 3-4 kali dalam waktu sebulan.

“Awalnya bibit yang kami tanami itu sayuran yang ditanam secara hidroponik seperti kangkung, bayam, pakcoy. Dan Alhamdulillahnya sukses tumbuhnya bahkan hasil panen kami pada saat itu bisa kami jual,” ujarnya saat ditemui , Sabtu (13/7/2024).

Namun tak selang berapa lama, kelompok tani itu mendapat teguran dari Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Kecamatan Palmerah karena semua produk sayurnya ditanam di wilayah taman. Alasannya karena lahan yang peruntukkanya untuk taman tidak cocok untuk tanaman produktif sayur-sayuran.

Ahmat Djazuli yang juga merupakan pengurus masjid At-Taufiq, memiliki ide untuk memanfaatkan atap masjid itu. Lokasi masjid itu pun tidak jauh dari kawasan taman sebelumnya.

“Karena untuk tanaman yang produktif yang direkomendasikan adalah harus di kawasan yang jauh dari jangkauan anak-anak, terus yang mendapatkan banyak cahaya. Nah saya berpikir bagaimana kalau dipakai atap masjid saja,” ungkapnya.

Pada 2019, Djazuli bersama anggota kelompok tani lainnya mulai mengubah atap masjid yang awalnya penyimpanan seng hingga barang-barang lain yang tak terpakai, menjadi kawasan Urban Farming.

Di atas lahan yang memiliki panjang 15 meter dan lebar 10 meter itu ditanami tumbuhan sayur-mayur serta buah-buahan. Pihaknya juga mulai mendapatkan banyak jenis bibit baru mulai dari tomat cheery, timun suri, cabai, hingga anggur.

Semua tanamannya tumbuh subur. Dia menyebutkan timur suri hasil produksi kelompok tani itu pernah sampai mencapai bobot 3,8 kilogram beratnya hanya untuk 1 buah saja.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat