Kementerian BUMN Bantah Kereta Cepat Whoosh Jadi Penyebab WIKA Rugi
JAKARTA, - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membantah proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh menjadi penyebab meruginya PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).
Menurut Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga, investasi WIKA pada proyek Whoosh masih bersifat awal, alias tidak langsung memberikan keuntungan. Ia bilang, kerugian terjadi jika proyek Whoosh dinyatakan batal.
"Bukan menyumbang kerugian, di mana-mana ada investasi dulu. Misalnya, kalau bikin rumah, rugi apa enggak? Kalau tahun pertama, gimana? Dia kan untuk bisnis, bikin rugi itu kalau misalnya perusahaan kereta cepatnya enggak jalan," ucapnya saat ditemui di Kantor Perum Perhutani, Jakarta, Senin (15/7/2024).
Baca juga: Kereta Cepat Whoosh Jadi Penyebab Rugi Jumbo BUMN WIKA?
Lebih lanjut, Arya mengatakan, bisnis Whoosh justru saat ini semakin membaik. Tercermin dari frekuensi perjalanan yang mencapai 40 perjalanan dari target 60 perjalananper hari.
Selain itu, okupansi penumpang saat ini sudah meningkat mencapai 21.000 penumpang dari target 30.000 penumpang per hari.
"Bertahap kan, jadi enggak mungkin tiba-tiba. Ya orang jualan masa langsung tercapai, bertahap. Tapi kan sekarang sudah bagus," kata Arya.
Pengerjaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh digarap oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
KCIC merupakan perusahaan patungan antara konsorsium BUMN, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan konsorsium perusahaan perkeretaapian China, Beijing Yawan HSR Co.Ltd dengan skema business to business (B2B).
Konsorsium BUMN yang terlibat dalam pembangunan Whoosh yakni PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PT KAI (Persero).
Baca juga: BEI Panggil Waskita dan Wijaya Karya Terkait Dugaan Manipulasi Laporan Keuangan
Sebelumnya, Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito, menyebut dua faktor yang menjadi penyebab utama pembengkakan kerugian, yakni beban bunga dan beban lain-lain.
Beban bunga meningkat akibat perusahaan harus menerbitkan surat utang (obligasi) untuk urunan membiayai mega proyek Kereta Cepat Whoosh.
Beban lain yang ditanggung termasuk beban provisi dan beban administrasi dari utang yang diperoleh WIKA.
"Beban lain-lain ini di antaranya mulai tahun 2022 kami sudah mencatat adanya kerugian dari PSBI atau kereta cepat," ujar Agung saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR RI, dikutip pada Jumat (12/7/2024).
Baca juga: Kemenkeu: WIKA akan Dapat PMN Rp 6 Triliun
Ia menyebut, WIKA sendiri menyetor modal cukup besar ke Kereta Cepat Whoosh melalui PSBI, di mana dana yang digelontorkan mencapai Rp 6,1 triliun.
"Penyertaannya saja sudah Rp 6,1 triliun (untuk konsorsium Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung). Kemudian, yang masih dispute atau belum dibayar sekitar Rp 5,5 triliun, sehingga hampir Rp 12 triliun," beber dia.
Yang jadi masalah, dana yang disetorkan ke konsorsium untuk permodalan kereta cepat diperoleh WIKA melalui penerbitan utang. Praktis, perusahaan harus terbebani dengan beban bunga yang tinggi.
"Untuk memenuhi uang ini, mau tidak mau WIKA harus melakukan pinjaman melalui obligasi," ungkap Agung.
Baca juga: Ada Proyek Kereta Cepat Whoosh di Balik Rugi Jumbo BUMN Wijaya Karya
Terkini Lainnya
- Ramai Isu Diversifikasi Tembakau, Ini Respons Asosiasi Petani
- Elnusa Catat Laba Bersih Rp 551 Miliar di Kuartal III-2024
- Pemerintah Pastikan Indomie Halal dan Punya Daya Saing Bagus di Tengah Gempuran Produk Impor
- Indonesia Kurang Pesawat, Erick Thohir Jajaki Pengadaan dengan Boeing
- Menperin Siapkan Insentif untuk Industri terkait Kenaikan UMP
- IHSG Terkoreksi di Akhir Sesi, Rupiah Perkasa
- Sampoerna, BEI, dan IBCWE Gelar Forum WING, Bahas Solusi atas Tantangan Peran Ganda Perempuan Karier
- Aturan Terbaru Bagasi Lion Air, Catat agar Terhindar Biaya Tambahan
- Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-Kanada Ditargetkan Rampung pada 2025
- Swasembada Pangan, Mentan Ikutkan TNI AD Bangun Irigasi untuk Sawah
- Indonesia Dapat Utang Rp 7,9 Triliun dari ADB untuk Tingkatkan Inklusi Keuangan
- Asosiasi Perusahaan Produsen AC Curhat TKDN ke Menperin dan DPR, Soal Apa?
- BPH Migas Perkuat Pengawasan dan Pendistribusian BBM Subsidi melalui Kerja Sama dengan Pemda
- Bank Mandiri Siapkan Uang Tunai Rp 26 Triliun buat Nataru 2024/2025
- Penyaluran Pinjaman Jenius Tembus Rp 3,3 Triliun sampai September 2024
- IHSG Ditutup Turun 0,66 Persen, Rupiah Melemah
- Stafsus Zulhas: Kami Tegaskan, Sampai Saat Ini Tak Ada Rencana Revisi Permendag 8/2024
- Kemenkeu Buka Program Magang, Simak Syarat dan Cara Daftarnya
- Nilai Impor Indonesia dari Israel 2,76 Juta Dollar AS, Ini Barang yang Paling Banyak Masuk
- Tim Satgas Pengawasan Barang Impor Ilegal Ditarget Terbentuk Pekan Ini