Aliran Modal Asing Mulai Masuk IHSG, Simak Rekomendasi Saham Pekan Ini

JAKARTA, - Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Dimas Krisna Ramadhani mengatakan, pada Kamis lalu asing kembali mencatatkan aliran modal yang masuk atau inflow di IHSG sebesar Rp 1,2 triliun.
Apabila inflow ini terus berlanjut secara konsisten maka membuka peluang bagi IHSG untuk membentuk level ATH barunya.
“Secara historikal, nominal inflow yang besar biasanya menjadi titik awal perubahan trend yang sebelumnya terjadi, dalam case saat ini artinya bisa mulai dilihat IHSG akan melanjutkan kenaikannya pasca koreksi yang terjadi di Mei-Juni lalu,” kata Dimas dalam analisisnya.
Dia bilang, selama inflow terus terjadi dengan konsisten beberapa minggu kedepan, maka membuka peluang besar bagi IHSG membentuk ATH barunya.
Baca juga: IHSG Sepekan Terkoreksi Tipis, Ini Deretan Saham Paling Boncos
Apabila dianalisis lebih lanjut, dalam 2 minggu terakhir mulai ada aliran dana asing yang masuk ke dalam sektor yang selama ini ditinggalkan, seperti properti dan telekomunikasi.
“Oleh karenanya, para pelaku pasar bisa mengamati pergerakan sektor tersebut maupun turunannya untuk beberapa waktu mendatang," lanjut Dimas.
Sentimen pandangan gubernur The Fed mengenai penurunan suku bunga juga masih membayangi pasar dimana pada Senin lalu Jerome Powell menyampaikan pandangannya di depan Economic Club Washington DC mengenai keadaan AS saat ini dan ekonomi global.
Dalam kesempatan tersebut gubernur The Fed menyampaikan bahwa The Fed akan tetap mengacu kepada data inflasi yang ada untuk memutuskan kebijakan suku bunganya.
Baca juga: Keponakan Prabowo Jadi Wamenkeu, Pasar Saham Tetap Hijau
Berbicara tentang potensi market pada 22-26 Juli 2024, Dimas mengimbau para trader untuk memerhatikan sejumlah sentimen, yakni PDB AS Kuartal II 2024, Laporan Kinerja kuartal II 2024 emiten di IHSG dan Core PCE AS bulan Juni.
Dia bilang, pada Kamis besok AS akan mengumumkan pertumbuhan PDBnya untuk kuartal II ini dan menurut konsensus bahwa PDB AS kuartal II akan mencatatkan pertumbuhan sebesar 2 persen atau lebih tinggi dari catatan kuartal I yang hanya sebesar 1,4 persen.
"Jika dilihat dari pertumbuhan PDB dalam 3 kuartal terakhir, laju pertumbuhan PDB AS menunjukan pertumbuhan terendah sejak mengalami kontraksi pada semester I 2022 yang lalu. Hal ini juga yang bisa memicu The Fed dalam mengambil keputusan suku bunganya dengan melihat data PDB tersebut yang menggambarkan kondisi ekonomi AS saat ini," jelas dia.
Baca juga: Resep Andry Hakim Sukses Cuan Miliaran Rupiah dari Investasi Saham, Kombinasi 3 Hal Ini
Terkini Lainnya
- DPR Soroti Potensi Penerapan Kebijakan Berbasis Pengurangan Risiko
- Saham BYD Melonjak Usai Gandeng DeepSeek untuk Teknologi AI
- Jawa Barat Genjot Investasi Rp 270 Triliun, Target Pertumbuhan Ekonomi 5,6 Persen
- BI Bakal Kucurkan Likuiditas Rp 80 Triliun untuk Program 3 Juta Rumah
- Kurang dari Sebulan Menjabat, Achmad Muchtasyar Dicopot dari Dirjen Migas
- BTN Yakin Aset Tembus Rp 500 Triliun Tahun Ini
- Keponakan Luhut Pandu Sjahrir Resmi Gabung Danantara
- Kebijakan Tarif Baja dan Alumunium dari Trump Bisa Pengaruhi Ekonomi Global
- Menakar Potensi dan Tantangan Pengembangan Web3 di Indonesia
- DPR dan Pertamina Tinjau Distribusi Elpiji 3 Kg: Pasokan Aman, Tak Perlu "Panic Buying"
- Hadapi Tren Koreksi IHSG, Bos BEI: "It's Time to Buy"
- Mitigasi Dampak Perubahan Iklim, PLN Dapatkan Dukungan Hibah 6,5 Juta Euro
- OJK Sebut Total Kerugian Dana Korban "Scam" Rp 700,2 Miliar
- Pertamina Hulu Energi Temukan Cadangan Eksplorasi Terbesar dalam 15 Tahun
- 5 Dukungan OJK dalam Program 3 Juta Rumah, Termasuk Perluas Akses KPR
- Keponakan Luhut Pandu Sjahrir Resmi Gabung Danantara
- Dirjen Migas Dikabarkan Dicopot, Ini Kata Kementerian ESDM
- Semen Indonesia Hadirkan Produk Bata Interlock yang Tahan Gempa, Digunakan di IKN
- Buka Gerai Ke-111, ERHA Ultimate Tebar Promo Cashback hingga 10 Persen
- ASDP Raup Laba Rp 365 Miliar pada Semester I 2024
- KAI Properti Dukung Kemandirian Sekolah di Malang
- INKA Hanya Mampu Remajakan 2 Rangkaian KRL, Kemenhub Tak Permasalahkan Diganti KRL Baru dari China