Kementerian ESDM: 146 PLTU Sudah Ikut Perdagangan Karbon di 2024
JAKARTA, - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan sudah ada 146 unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang mengikuti perdagangan karbon di 2024. Jumlah ini naik dari 2023 yang sebanyak 99 PLTU.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, berdasarkan peta jalan perdagangan karbon yang telah disusun pemerintah, untuk sub sektor pembangkit tenaga listrik ada tiga fase perdagangan.
Penerapan perdagangan karbon fase pertama dimulai pada tahun 2023-2024, fase kedua 2025-2027, serta fase ketiga 2028-2030.
"Saat ini perdagangan karbon sedang memasuki tahun kedua atau periode terakhir dari fase yang pertama. Untuk tahun ini jumlah peserta menjadi 146 unit dengan adanya tambahan kapasitas unit PLTU batu bara dengan kapasitas lebih besar atau sama dengan 25 MW," ungkapnya dalam Webinar Perdagangan dan Bursa Karbon Indonesia, Selasa (23/7/2024).
Baca juga: Perdagangan Karbon PLN Indonesia Power Sudah Capai 2,43 Juta Ton
Menurutnya, pemerintah terus mendorong peningkatan jumlah peserta yang ikut dalam perdagangan karbon, terutama pada fase-fase berikutnya.
Perdagangan karbon akan diterapkan secara bertahap ke seluruh pembangkit tenaga listrik yang berbahan bakar fosil, baik yang terhubung kepada jaringan PLN maupun untuk penggunaan sendiri, seperti pembangkit untuk kepentingan sendiri dan pembangkit di wilayah usaha non-PLN.
"Jadi tiga fase tersebut nanti akan secara bertahap meningkatkan standar emisinya, standar emisi karbondioksida untuk pembangkit tenaga listrik, terutama yang berbasis tenaga uda atau menggunakan bahan bakar batu bara," jelas Dadan.
Baca juga: Dukung Perdagangan Karbon Indonesia, Bank Mandiri Beli 3.000 Ton Karbon
Maka dengan seiring berjalannya waktu, lanjut Dadan, standar perdagangan karbon akan semakin diperketat, seperti ketentuan batas emisi akan semakin kecil sehingga nantinya diperlukan kombinasi antara pedagang karbon dan carbon offset.
Kementerian ESDM pun mencatat hasil transaksi perdagangan karbon di 2023 mencapai 7,1 juta ton CO2 ekuivalen atau senilai Rp 84,17 miliar, di mana 7,04 juta ton di antaranya berasal dari transaksi perdagangan emisi melalui mekanisme langsung.
"Jadi kami akan terus meningkatkan dari sisi peserta yang ikut di dalam perdagangan karbon cara khusus untuk pembangkit tenaga listrik," kata Dadan.
Baca juga: Plus Minus Perdagangan Karbon
Terkini Lainnya
- Upaya BUMN Pos Properti Dukung E-Sport Nasional
- PT Pos Buka Peluang ke Investor yang Ingin Memanfaatkan Asetnya
- Harga Emas Terbaru Hari Ini 14 Oktober 2024 di Pegadaian
- Awali Pekan, IHSG Menguat
- Harga Emas Antam Hari Ini Senin 14 Oktober 2024, Turun Rp 5.000
- APLN Dukung Pemerintah Sediakan Hunian Terjangkau dan Tingkatkan Kualitas SDM RI
- Harga Bahan Pokok Senin 14 Oktober 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni
- Ini Strategi BTN Dukung Program 3 Juta Rumah
- SKD CPNS 2024 Dimulai Rabu Pekan ini, BKN Siapkan 339 Titik Lokasi Tes
- Prabowo Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, OJK "Pacu" Target Kredit Perbankan?
- Industri adalah "Kunci"
- Cara Cek Lokasi ATM BRI Terdekat via HP
- Cara Bayar Cicilan KPR BRI, BNI, dan BTN via Mobile Banking
- Cara Mudah Menghitung Zakat Penghasilan
- Japfa Comfeed Tebar Dividen Interim Rp 813,93 Miliar, Cek Jadwalnya
- Pertumbuhan Sektor Manufaktur Indonesia Lebih Besar dari Negara-negara ASEAN
- Bagaimana Kondisi Ekonomi dan Pasar Keuangan RI hingga Akhir Tahun?
- Bank DKI Dukung Digitalisasi Pembayaran Transportasi Publik di Jakarta
- Jokowi Wariskan "Tumpukan" Utang ke Prabowo, Menko Airlangga: Yang Penting Dijaga...
- Manfaatkan Layanan Indibiz by Telkom, UKM Daerah Bisa Pantau Asetnya dari Jarak Jauh