Menyelisik Dinamika Harga CPO
HARGA minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) menunjukkan tekanan di pasar global. Hal ini mencerminkan tantangan yang dihadapi komoditas ini di tengah fluktuasi pasar minyak nabati dan minyak mentah dunia.
Data yang dihimpun dari Bappebti, pada perdagangan 15 Juli 2024, harga CPO di Bursa Malaysia turun, melanjutkan tren negatif yang terjadi selama pekan sebelumnya.
Penurunan ini tidak hanya dipengaruhi harga minyak kedelai dan minyak mentah yang juga melemah, tetapi juga peningkatan produksi yang tidak diimbangi dengan kenaikan permintaan.
Harga Referensi (HR) CPO yang dihimpun Kementerian Perdagangan Indonesia Tahun 2024 mengalami penurunan signifikan sebesar 11,22 persen pada Mei ke Juni 2024. Hal ini mencerminkan dinamika pasar global yang kompleks.
Mekanisme penetapan HR yang melibatkan tiga sumber harga internasional menunjukkan upaya untuk mendapatkan referensi harga yang akurat dan representatif.
Kondisi ini perlu dikaji lebih lanjut mengingat dampak dari dinamika harga CPO yang sangat luas bagi pasar domestik.
Dalam jangka pendek, CPO diperkirakan akan mengalami konsolidasi dengan kemungkinan rebound jika mampu menembus level resistensi terdekat, meskipun tekanan dari kelebihan penawaran tetap ada.
Indikator teknikal menunjukkan kondisi oversold, yang membuka peluang untuk pembalikan arah harga.
Namun, dalam jangka menengah, harga CPO kemungkinan besar akan tetap fluktuatif karena ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan, serta dampak dari harga minyak kedelai dan minyak mentah yang lebih rendah.
Potensi risiko bagi pelaku industri meliputi kelebihan penawaran, fluktuasi harga pesaing, dan kebijakan perdagangan yang tidak menguntungkan.
Di sisi lain, peluang dapat ditemukan dalam diversifikasi produk, peningkatan efisiensi produksi, dan ekspansi ke pasar baru.
Imbas penurunan harga CPO
Penurunan harga CPO yang signifikan seperti terjadi pada 15 Juli 2024, memberikan dampak beragam pada berbagai sektor terkait.
Bagi petani kelapa sawit, harga yang lebih rendah berarti pendapatan menurun. Hal ini dapat mengurangi profitabilitas dan memengaruhi kesejahteraan petani, terutama yang bergantung pada pendapatan dari kelapa sawit sebagai sumber utama penghidupan.
Di sisi lain, industri pengolahan CPO juga menghadapi tantangan serupa. Penurunan harga CPO mengurangi margin keuntungan mereka, yang dapat mengakibatkan pengurangan produksi atau penutupan pabrik jika harga tetap rendah dalam jangka waktu lama.
Inflasi domestik juga dapat terpengaruh oleh fluktuasi harga CPO, terutama melalui harga minyak goreng yang merupakan produk turunan utama.
Terkini Lainnya
- PPN Bangun Rumah Sendiri Bakal Naik Tahun Depan, Segini Besarannya
- Manuver BI Menjaga Rupiah dan Mendorong Ekonomi
- Selama Sepekan, Modal Asing Rp 1,31 Triliun Meninggalkan RI
- [POPULER MONEY] Daftar Kereta Tarif "Go Show" dari Jakarta | Kendaraan Tertentu Bakal Dilarang Pakai BBM Subsidi
- Apakah Kendaraan Anda Terkena Tilang Elektronik? Ini Cara Ceknya
- Satu Lagi BPR Tumbang, OJK Cabut Izin Nature Primadana Capital
- Penerapan ESG Dinilai Sudah Jadi Kebutuhan
- Apa Itu Paylater? Ini Penjelasan dan Risikonya
- Emiten Hary Tanoesoedibjo Resmi Akuisisi Tripar Multivision Senilai Rp 300 Miliar
- Didesak Gelar Munaslub, Kadin Sebut Ada Upaya Mengancam Keharmonisan
- Aset Depo KRL Depok Meningkat, PNBP Naik 3 Kali Lipat
- Bapanas Targetkan Produksi Beras Nasional 35 Juta Ton pada 2025
- Catat, Ini Jadwal CPNS Kemendikbudristek Tahun 2024
- Menakar Potensi Bisnis Waralaba Makanan Asli Indonesia
- Penyediaan BBM Subsidi Rendah Sulfur Dilakukan Bertahap, Dimulai dari Jakarta
- Cara Tarik Tunai Saldo GoPay di ATM BCA dan Bank Lain
- Cara Daftar Livin' by Mandiri Tanpa Harus ke Bank
- [POPULER MONEY] Soal Inisial T Pengendali Judi "Online" RI, Ini Respons Menkominfo | Jakarta, Kaltim, Kaltara Sudah Keluar dari "Middle Income Trap"
- Sandang Nama Baru, Stasiun LRT Pancoran Berubah Jadi “Pancoran Bank BJB”
- Cara Bayar Tilang Elektronik via BRImo