pattonfanatic.com

Langkah Kejutan Bank Sentral Jepang dan Implikasinya bagi Indonesia

Ilustrasi ekonomi Jepang, perekonomian Jepang.
Lihat Foto

TIDAK seperti biasanya, Bank Sentral Jepang atau Bank of Japan (BoJ) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya menjadi 0,25 persen dari semula 0-0,I persen (cnbcindonesia.com, 31/07/2024).

Langkah tersebut mengejutkan karena selama ini Boj terkenal sebagai bank sentral yang sangat konservatif dalam menjaga suku bunga acuan sangat rendah.

Suku bunga acuan tersebut sampai nol persen. Bahkan jika menggunakan suku bunga acuan riil (suku bunga nominal dikurangi tingkat inflasi), maka suku bunga acuan Jepang minus.

Suku bunga acuan rendah ini memang sengaja ditetapkan oleh beberapa bank sentral negara maju, termasuk Jepang, supaya uang yang ada tidak disimpan dan menjadi kurang produktif, tetapi diinvestasikan sehingga menjadi lebih produktif.

Di samping itu, suku bunga acuan yang rendah juga akan mendorong investasi karena biasanya investasi dibiayai dari pinjaman yang mengacu pada suku bunga acuan.

Investasi punya serangkaian dampak positif, antara lain memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan negara dari pajak, dan lain-lain.

Di samping berbeda dengan kebiasaan selama ini, langkah BoJ menaikkan suku bunga acuannya juga mengejutkan di tengah adanya rumor bahwa Bank Sentral AS, yaitu The Fed- Bank Sentral yang diacu kebijakannya oleh hampir semua bank sentral di dunia – akan menurunkan suku bunga acuannya kira-kira pada September 2024 mendatang, seiring dengan makin menurunnya inflasi di AS.

Langkah kejutan BoJ tersebut masih ditambah lagi langkah kejutan lain, yaitu dengan melakukan kebijakan moneter ketat (tight money policy).

Bentuk dari kebijakan moneter ketat tersebut adalah BoJ akan mengurangi pembelian obligasi bulanan menjadi sekitar setengahnya, yaitu menjadi JPY 3 triliun (19,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 317,5 triliun), dari JPY 6 triliun saat ini, mulai Januari-Maret 2026 mendatang.

Implikasi bagi Indonesia

Langkah BoJ tersebut tentu punya implikasi bagi Indonesia, sebab Jepang merupakan mitra ekonomi Indonesia yang cukup penting selama ini.

Ada beberapa dampak yang mungkin terjadi bagi Indonesia. Pertama, ada kemungkinan dampak pada melemahnya daya beli masyarakat Jepang terhadap produk-produk impor dari negara lain, termasuk dari Indonesia, karena naiknya suku bunga kredit, termasuk kredit konsumsi di Jepang.

Selama ini memang ekspor Indonesia ke Jepang berdasarkan data Kementerian Perdagangan RI cenderung menurun pada periode 2019-2024.

Ekspor Indonesia ke Jepang pada periode tersebut mencapai puncaknya pada 2022, yaitu sebesar 24,85 miliar dollar AS. Kemudian menurun menjadi 20,78 miliar dollar AS pada 2023 dan kembali menurun menjadi 8,72 miliar dollar AS pada periode Januari-Mei 2024.

Dengan demikian, ada kemungkinan langkah kejutan BoJ akan membuat ekspor Indonesia ke Jepang semakin menurun.

Kedua, dampak lain juga terjadi pada pinjaman Jepang ke Indonesia. Selama ini Jepang merupakan negara kreditor besar bagi Indonesia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat