Deflasi 3 Bulan Berturut-turut, Tanda Nyata Daya Beli Melemah?

JAKARTA, - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,18 persen secara bulanan (month to month/mtm) pada Juli 2024. Deflasi ini menjadi kali ketiga secara berturut-turut sejak Mei 2024.
Direktur Eksekutif Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, deflasi yang terjadi selama 3 bulan berturut-turut menjadi "alarm" tersendiri bagi perekonomian Indonesia. Pasalnya, momen musiman deflasi seharusnya hanya terjadi pada periode pasca Lebaran setiap tahunnya.
"Deflasi justru menunjukkan ada yang tidak beres dari geliat ekonomi khususnya pasca Lebaran," ujar dia kepada , Kamis (1/8/2024).
Baca juga: Indonesia Alami Deflasi 3 Bulan Berturut-turut, Juli Angkanya 0,18 Persen
Menurutnya, deflasi yang terjadi sejak Mei 2024 menandakan adanya pelemahan daya beli masyarakat. Ia bilang pelemahan daya beli utamanya dirasakan oleh kelompok menengah.
"Indikator pelemahan daya beli kelas menengah bisa terlihat dari penurunan penjualan kendaraan bermotor, NPL (non performing loan) KPR (kredit pemilikan rumah) naik, dan tabungan perorangan yang tumbuhnya melambat," tutur Bhima.
Bukan hanya pelemahan daya beli masyarakat, Bhima menyebutkan deflasi juga berpotensi berdampak buruk terhadap pelaku usaha. Pasalnya deflasi juga mengindikasikan, pelaku usaha menahan kenaikan harga di level konsumen.
Baca juga: Spiral Deflasi dan Merosotnya Keyakinan Konsumen Indonesia
"Khawatir harga ritel naik banyak konsumen yang tidak sanggup dan menurunkan omzet penjualan," kata Bhima.
Namun demikian, Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti enggan menyimpulkan, deflasi yang terjadi selama 3 bulan berturut-turut tidak serta-merta menandakan adanya pelemahan daya beli. Menurutnya, perlu pendalaman lebih lanjut untuk menentukan adanya fenomena pelemahan daya beli.
"Untuk menyimpulkan apakah defasi ini merupakan indikator melesunya daya beli masyarakat ini harus hati-hati," ucapnya.
Sebagai informasi, BPS melaporkan, pada Juli 2024 terjadi deflasi sebesar 0,18 persen secara bulan. Angka deflasi itu lebih tinggi dari bulan sebelumnya, yakni 0,08 persen, ataupun dari Mei 2024 sebesar 0,03 persen.
Baca juga: BPS Laporkan Deflasi 0,08 Persen pada Juni 2024
Terkini Lainnya
- Menperin: Masyarakat Sedang Tidak Belanja Otomotif, Penjualan Menurun
- Profil Jahja Setiaatmadja, Dirut yang Akan Jadi Presiden Komisaris BCA
- KAI Operasikan 13 Kereta Ekonomi Subdisi, Harga Tiket Mulai Rp 27.000
- Rasionalitas Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen di Tengah Efisiensi Anggaran
- Pemerintah Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 2025 Capai 5,2 Persen, Simak Proyeksi dari BI, Bank Dunia, hingga Ekonom
- Siapa Pelaksana Program Makan Siang Gratis?
- Freeport Pasok Emas Batangan 125 Kg ke Antam Pertama Kalinya
- Apa Kepanjangan dari MBG?
- Pastikan Perlintasan Sebidang yang Dikelolanya Beroperasi Nomal, KAI: Tidak Ada Pengurangan Petugas Jaga
- Ada Aktivitas Ormas di Kawasan Industri, Menperin: Menghambat Investasi
- Mengintip Profil Calon Presdir BCA Hendra Lembong yang Bakal Gantikan Jahja Setiaatmadja
- Anggaran Kementerian BUMN Kena Pangkas Rp 115,6 Miliar, Ini Efisiensi yang Dilakukan Erick Thohir
- Unilever Indonesia Cetak Laba Bersih Rp 3,4 Triliun pada 2024
- Hendra Lembong Bakal Jadi Dirut BCA, Manajemen: Bagian Rencana Suksesi ke Depan
- Ironi Antrian Mengular Elpiji 3 Kg di Tengah Angka Kemiskinan Terendah
- Pakai Teknologi Waste to Wealth, Banyumas Olah Ratusan Ton Sampah Harian Jadi Kompos hingga Paving Block
- Inflasi Pendidikan Naik karena Tahun Ajaran Baru
- Bos BI: Digitalisasi Keuangan Menyelamatkan Ekonomi RI dari Pandemi Covid-19
- 6 Cara Melihat Mutasi Rekening BRI lewat HP dan ATM
- 3 Cara Cek Mutasi Rekening BRI Lewat HP Antiribet