pattonfanatic.com

Inflasi Kian Melandai, Gubernur BI: Harusnya Suku Bunga BI Turun...

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (14/6/2024).
Lihat Foto

JAKARTA, - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan, tingkat suku bunga acuan BI-Rate seharusnya sudah mulai menurun. Hal ini seiring dengan tingkat inflasi nasional yang kian menyusut.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat inflasi kian menyusut, dan mencapai 2,13 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Juli 2024. Angka ini semakin mendekati batas bawah target kisaran inflasi BI, yakni 1,5 persen.

"Mestinya BI Rate itu turun. Mestinya," kata Perry, dalam konferensi pers, di Equity Tower, Jakarta, Jumat (2/8/2024).

Lebih lanjut Perry bilang, laju inflasi yang terjaga diproyeksi berlanjut hingga tahun 2025. Oleh karenanya, BI Rate seharusnya sudah mengalami penyesuaian, dari saat ini di level 6,25 persen.

Baca juga: Tantangan BI Pasca-Kebijakan Suku Bunga Bank Sentral Jepang

Namun demikian, BI masih mempertahankan tingkat suku bunga acuannya dalam gelaran Rapat Dewan Gubernur Juli 2024 sebagai respons dari dinamika pasar keuangan global. Tingkat suku bunga acuan yang "tinggi" diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Kurs dollar AS disebut masih bergerak cenderung menguat terhadap banyak mata uang negara lain. Hal ini selaras dengan masih tingginya tingkat suku bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), sehingga memicu imbal hasil surat utang pemerintah AS dengan tenor pendek tetap tinggi.

"Dollarnya memang masih kuat, bukan karena hanya US treasury notes, arah Fed Fund Rate, tapi negara lain mulai menurunkan suku bunga mulai melemah," ujar Perry.

Dengan masih tidak menentunya pasar keuangan global, BI pun belum menurunkan suku bunga acuannya. Sebab, selain diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan menjaga inflasi, suku bunga acuan BI juga diandalkan untuk menjaga stabiltias nilai tukar rupiah.

"Memang kami harus memastikan risiko global terkendali dulu," ucap Perry.

Baca juga: OJK: Indeks Literasi Keuangan dan Inklusi Keuangan di Perkotaan Lebih Tinggi Daripada di Perdesaan

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat