Hadapi Persaingan Produk Impor, Asosiasi Minta Bahan Baku Plastik Dalam Negeri Tidak Diproteksi
JAKARTA, - Maraknya produk plastik impor membanjiri pasar dalam negeri saat ini merupakan tantangan yang dihadapi industri hilir.
Juru bicara Forum Lintas Asosiasi Industri Plastik Hilir Indonesia (FLAIPHI) Henry Chevalier menilai, industri hilir perlu mempersiapkan diri menghadapi tantangan tersebut.
“Untuk bersaing dengan produk jadi plastik impor, industri hilir harus juga mampu memproduksi dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga produks jadi impor. Kalau tidak, impor produks jadi, baik secara legal maupun ilegal tetap akan membanjiri pasar dalam negeri,” kata Henry dalam keterangan resmi, Senin (5/8/2024).
Baca juga: Asosiasi: Perlu Pengetatan Impor Barang Jadi Plastik untuk Proteksi Industri Hilir
Dia mengatakan, kunci untuk bisa memproduksi produk jadi dengan daya saing tinggi adalah bahan baku plastik di dalam negeri yang harus lebih murah dibandingkan dengan harga BBP di negara pesaing.
Henry menilai, pemerintah tidak perlu lagi memberikan proteksi karena proteksi ini hanya akan berdampak pada mahalnya bahan baku plastik di dalam negeri.
Dia juga mengingatkan, industri hulu sampai saat ini masih mendapatkan perlindungan dari pemerintah sejak tahun 2009 yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 19 Tahun 2009 yang di dalamnya mengatur Bea Masuk terhadap Bahan Baku Plastik yang diimpor dari negara non-FTA dengan tarif bea masuk antara 10 sampai 15 persen.
Menurut Henry, terbitnya Permendag Nomor 36/2023 khusus untuk 12 HS Code ini, sudah direvisi sebanyak 3 kali yaitu menjadi Permendag Nomor 3 Tahun 2024, Permendag Nomor 7 Tahun 2024 dan Permendag Nomor 8 Tahun 2024 sudah cukup baik.
Baca juga: Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik
“Karena, tujuan utamanya adalah memberi perlindungan kepada industri barang jadi plastik dalam negeri, sesuai dengan semangat pemerintah yaitu hilirisasi,” ungkapnya.
“Jika pemerintah ingin melakukan hilirisasi, syarat utamanya adalah ketersediaan bahan baku yang akan diolah diproses oleh Industri hilir dengan harga yang murah atau setidaknya sama dengan harga dari negara pesaing,” tambahnya.
Terkini Lainnya
- PLN Indonesia Power: Hidrogen Hijau Miliki Potensi Bisnis yang Besar
- Cara Cek e-Meterai Asli atau Palsu untuk Daftar CPNS 2024
- Harga Emas Diprediksi Naik di Tengah Ketidakpastian Global
- Sri Mulyani Usul Formulasi Anggaran Pendidikan 20 Persen dari APBN Dikaji Ulang
- Dorong Generasi Muda di Asia Hidup Lebih Aktif, Sun Life Bantu Perbaiki Lapangan Basket di 6 Negara
- Permudah Akses Pembiayaan UMKM, Teten Dorong "Innovative Credit Scoring"
- Hilirisasi dan Menjaga Kelestarian Alam, Faktor Penting untuk Pertumbuhan Ekonomi RI
- Kemenkeu: Pengurangan Anggaran Subsidi Energi 2025 Bukan untuk Pembatasan BBM
- Hari Pelanggan Nasional, Bank Mandiri Bagi-bagi Bingkisan untuk Nasabah di Sulawesi
- Solusi Apindo untuk Atasi Jumlah Kelas Menengah yang Terus Menurun
- McCormick Prediksi Makanan Rasa Asam Tamarin Akan "Trending"
- Belum Ada Perintah Impor, Bulog Was-was Cadangan Beras Kian Menipis
- Perusahaan Pabrik Gula Ini Beri Kemudahan Karyawan Akses Gaji
- Aset ASDP Indonesia Ferry Naik Jadi Rp 11,05 Triliun pada 2023, Ditopang Inovasi
- Prabowo Ingin Ekonomi Tumbuh sampai 8 Persen, Mendag Zulhas: Fokus Kita Harus Genjot Ekspor
- Emiten Pelayaran ELPI Raih Kontrak Pengadaan Kapal Senilai 25,9 Juta Dollar AS
- Hari Terakhir, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 71
- Bank DKI Beri Bantuan untuk Kebutuhan Gizi Anak dengan HIV
- BTN dan PP Muhammadiyah Jajaki Peluang Kerja Sama
- Cara Transfer BSI ke LinkAja dan Sebaliknya dengan Mudah