pattonfanatic.com

Konsumsi Rumah Tangga "Flat", Daya Beli Masyarakat Melemah?

Ilustrasi pasar tradisional.
Lihat Foto

JAKARTA, - Sumber utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, konsumsi rumah tangga, bergerak stagnan pada kuartal II-2024. Padahal, pada periode tersebut terdapat sentimen sejumlah momen hari besar keagamaan serta libur sekolah yang mendongkrak aktivitas konsumsi masyarakat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,93 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal II-2024. Angka pertumbuhan ini sedikit lebih tinggi dibanding kuartal I-2024, yakni sebesar 4,91 persen secara yoy.

Bahkan, jika dibandingkan dengan kuartal II-2023, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat. Tercatat pada kuartal II tahun lalu, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,22 persen secara yoy.

Baca juga: Penurunan Daya Beli Masyarakat Ikut Gerus Laba Adira Finance Semester I-2024

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud mengatakan, sub kelompok dari konsumsi rumah tangga sebenarnya masih mengalami pertumbuhan positif. Hal ini seiring dengan adanya momentum hari libur keagamaan dan momen libur sekolah.

Namun demikian, terdapat sejumlah sub kelompok konsumsi rumah tangga yang laju pertumbuhannya tidak sepesat tahun lalu. Sejumlah sub kelompok yang laju pertumbuhannya tidak lebih pesat ialah pakaian dan transportasi.

"Jadi untuk sub kelompok atau komoditas pakaian dan transportasi mengalami pertumbuhan yang meskipun positif tapi tidak setinggi pertumbuhan tahun lalu," tutur Edy, dalam konferensi pers, di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (5/8/2024).

Lebih lanjut Edy menjelaskan, perlambatan pertumbuhan sub kelompok pakaian tercermin dari indeks perdagangan eceran riil yang melambat. Sementara perlambatan pertumbuhan sub kelompok transportasi tercermin dari perlambatan penjualan whole sale sepeda motor.

Kemudian, perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga secara tahunan, juga disebabkan perubahan pola konsumsi. Edy bilang, pada kuartal II tahun lalu terdapat momentum Ramadhan. Sementara pada tahun ini, momentum Ramadhan lebih banyak dirasakan di kuartal I.

"Sehingga konsumsi untuk persiapan Idul Fitri sudah dilakukan di triwulan I (2024) terutama untuk makanan minuman, barangkali pakaian juga sebagian juga sudah diilakukan," tutur Edy.

Daya beli dinilai terjaga

Meskipun laju pertumbuhannya cenderung "flat", BPS menilai, daya beli masyarakat terjaga pada kuartal II-2024. Hal ini ditunjukan dengan indeks penjualan ritel yang tumbuh 1,14 persen secara tahunan, penjualan domestik sepeda motor yang meningkat 4,21 persen secara tahunan, serta penerimaan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 yang tumbuh 28,41 persen secara tahunan.

Dengan berbagai indikator tersebut, konsumsi rumah tangga masih menorehkan pertumbuhan positif. Selain itu, sumber pertumbuhan ini pun masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi, dengan kontribusi 54,53 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Hal ini mendikasikan masih kuatnya permintaan domestik dan daya beli masyarakat," kata Edy.

Lebih lanjut Edy menjelaskan, dengan angka distribusi dan pertumbuhan itu, konsumsi rumah tangga berkontribusi 2,62 persen terhadap total pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024, yang mencapai 5,05 persen secara yoy.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didorong oleh banyaknya perayaan hari besar keagamaan, seperti Idul Fitri, Waisak, kenaikan Isa Al Masih, hingga Idul Adha. Selain itu, terdapat juga momen libur sekolah pada kuartal II-2024.

"Terdapat peningkatan mobilitas masyarakat selama periode libur dan hari besar keagamaan, maupun hari libur sekolah," ucap Edy.

Baca juga: Konsumsi Rumah Tangga Masih Jadi Tulang Punggung Ekonomi Indonesia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat