SKK Migas Sebut Resesi AS Bisa Berdampak ke Sektor Hulu Migas
JAKARTA, - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menilai, resesi ekonomi Amerika Serikat (AS) pasti akan berdampak pada industri hulu migas Indonesia.
Hal ini berkaitan dengan potensi AS mengalami resesi seiring dengan rilis data jumlah pembukaan lapangan kerja yang tidak sesuai ekspektasi, dan meningkatnya jumlah pengangguran di negara tersebut.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Hudi Suryodipuro mengatakan, ekonomi AS terkoneksi secara global sehingga gejolaknya akan berdampak ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Baca juga: Muncul Sinyal Resesi AS, Apa Dampaknya bagi Ekonomi Indonesia?
"Kalau bicara (potensi resesi) AS, itu pasti akan ada dampaknya. Tapi dampaknya seperti apa, kita harus lihat juga," ujarnya saat ditemui di Kantor SKK Migas, Jakarta, Rabu (7/8/2024).
Ia menuturkan, dampak ekonomi itu harus dilihat dari sisi kebijakan yang akan dikeluarkan Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) terkait suku bunga acuan untuk mengatasi resesi di Negeri Paman Sam tersebut.
Hudi bilang, saat ini SKK migas masih terus mengamati pergerakan ekonomi AS dan dampaknya ke Indonesia, terutama pada sektor hulu migas.
"Ini kita masih melihat, evaluasilah terkait dengan dampak. Kalau umpamanya, karena mereka sangat ter-connected dengan global economy, itu saya rasa sih ada (dampaknya), tapi sejauh mana dan seperti apa, itu yang kita juga masih lihat," ungkapnya.
Terkait kekhawatiran perusahaan migas asal AS, ExxonMobil, bakal menahan investasinya di Indonesia terkait kondisi pelemahan di negara adidaya tersebut, Hudi bilang saat ini belum ada sinyal ExxonMobil mau menahan investasinya di Blok Cepu.
"Sampai sekarang, kita masih belum mendapatkan indikasi Exxon Mobil mau melakukan hal tersebut. Exxon Mobil juga sedang melakukan beberapa joint study di Indonesia," kata dia.
Sebelumnya, data menunjukkan lapangan kerja AS pada Juli 2024 hanya tumbuh 114.000, jauh dari pertumbuhan di Juni 2024 yang sebanyak 179.000 lapangan kerja.
Sejalan dengan itu, angka pengangguran di AS melonjak jadi 4,3 persen di Juli 2024 dari sebelumnya 4,1 persen di Juni 2024. Data terbaru ini menjadi sinyal awal potensi resesi ekonomi AS.
Baca juga: Peluang bagi Ekonomi Indonesia di Tengah Ancaman Resesi AS
Terkini Lainnya
- Apakah Kendaraan Anda Terkena Tilang Elektronik? Ini Cara Ceknya
- Satu Lagi BPR Tumbang, OJK Cabut Izin Nature Primadana Capital
- Penerapan ESG Dinilai Sudah Jadi Kebutuhan
- Apa Itu Paylater? Ini Penjelasan dan Risikonya
- Emiten Hary Tanoesoedibjo Resmi Akuisisi Tripar Multivision Senilai Rp 300 Miliar
- Didesak Gelar Munaslub, Kadin Sebut Ada Upaya Mengancam Keharmonisan
- Aset Depo KRL Depok Meningkat, PNBP Naik 3 Kali Lipat
- Bapanas Targetkan Produksi Beras Nasional 35 Juta Ton pada 2025
- Catat, Ini Jadwal CPNS Kemendikbudristek Tahun 2024
- Menakar Potensi Bisnis Waralaba Makanan Asli Indonesia
- Penyediaan BBM Subsidi Rendah Sulfur Dilakukan Bertahap, Dimulai dari Jakarta
- OJK Beri Sanksi kepada Jiwasraya dan Berdikari Insurance
- Pemerintah "Gaspol" Belanja untuk Jaga Pertumbuhan Ekonomi
- Libur Panjang, 70.000 Tiket Kereta Cepat Whoosh Sudah Terjual
- Hari Ketiga ISEW 2024, Bahas Tantangan Investasi dan Regulasi pada Proyek Energi Terbarukan
- Cathay Pacific Pesan 30 Pesawat Berbadan Lebar Airbus A330-900
- QRIS Adalah Kepanjangan dari Apa?
- Mandiri Sekuritas: Rupiah Bisa di Bawah Rp 16.000 pada Kuartal III-2024
- Cara Bayar Pakai QRIS BRI via BRImo Praktis dan Antiribet
- Kemenhub Terima Hibah Tanah dari Pemda untuk Bangun Pelabuhan Salakan