pattonfanatic.com

Virage Awie, Saat Olahan Bambu Menembus Dunia, tetapi Tak Lupa Akar...

Pendiri Virage Awie, yang berusaha di kerajinan bambu, Adang Muhidin saat ditemui di tempat kerajinannya di Cimareme, Ngamprah, Bandung Barat, Jumat (9/8/2024) siang WIB.  
Lihat Foto

- Bertekad, kreatif, inspiratif, dan inovatif. Beberapa kata itu mungkin yang terpatri dalam perjalanan usaha kerajinan bambu milik Adang Muhidin.

Di tangan Adang Muhidin, bambu diolah, diukir, dipahat, dan dipotong sedemikian rupa sehingga menjadi beragam produk yang jauh lebih bernilai dan berkualitas.

Virage Awie, nama usaha kerajinan bambu milik Adang. Berasal dari bahasa Sunda, Pirage Awi memiliki arti "hanya bambu". Filosofinya adalah selama ini bambu hanya dimanfaatkan untuk furnitur dan rebungnya diolah menjadi makanan. 

Jika dilihat dari nilainya, olahan bambu masih belum bernilai tinggi dan terdapat anggapan di masyarakat bahwa olahan yang "hanya bambu" itu tidak mahal. 

Maka dari itu, klaster Virage Awie memiliki misi untuk mengolah bambu sedemikian rupa supaya menjadi bermacam produk berkualitas dan bernilai lebih dibandingkan dengan olahan bambu pada umumnya.

Baca juga: Kisah Sukses Endah Bangun Bisnis Kue Macaron, Raup Omzet hingga Rp 500 Juta Per Bulan

Sempat berada di titik nadir hidupnya karena usahanya mengalami kebangkrutan, Adang berusaha bangkit hingga akhirnya menekuni usaha kerajinan bambu.

Dia pun menceritakan kisah di balik bagaimana mulanya bisa terjun ke dunia kerajinan bambu, yang menjadi jalan kisah hidupnya sampai kini.

"Tahun 2009, saya mengalami kebangkrutan. Saya waktu itu kuliah S-2 di Jerman, pulang ke Indonesia tahun 2006 bikin usaha. Tahun 2009, semuanya habis, jadi semua yang saya miliki habis," kisah Adang yang ditemui di tempat kerajinannya di Cimareme, Ngamprah, Bandung Barat, Jumat (9/8/2024) siang WIB.  

"Akhirnya, saya mencari apa sih yang harus saya lakukan dan waktu itu saya tidak punya uang dan terjerat beberapa utang yang begitu banyak," lanjut Adang, yang juga lulusan S-1 Teknik Metalurgi Unjani Bandung itu.

"Akhirnya, saya mencari inspirasi atau membuat apa sih yang belum ada di mana pun juga. Kebetulan waktu itu saya diam di masjid malam-malam melihat bambu. (Waktu tanggalnya masih) ingat, 30 April 2011, melihat bambu dan dari situ saya apa sih harus saya lakukan dengan bambu," tambah dia. 

Usai itu, Adang mengakui akhirnya pencarian sisi kreatifnya berujung pada salah satu alat musik saat sedang menonton tayangan musik di televisi.

"Kebetulan hari berikutnya saya melihat di televisi ada orkestra. Yang pertama dilihat itu biola. Setelah itu saya membuat biola dari bambu," ucap Adang.

Baca juga: Cerita Peternak Asal Sragen Raup Untung dari Ternak Ayam Pejantan

Tampak grup musik di bawah Virage Awie tengah memainkan alat musik yang umumnya terbuat dari bahan bambu di salah satu sentra kerajinan binaan BRI di Kawasan Batujajar, Bandung Barat,  Jumat (9/8/2024)./Eris Eka Jaya Tampak grup musik di bawah Virage Awie tengah memainkan alat musik yang umumnya terbuat dari bahan bambu di salah satu sentra kerajinan binaan BRI di Kawasan Batujajar, Bandung Barat, Jumat (9/8/2024).

Pameran di Java Jazz

Bermula membuat biola dari bahan bambu, lalu garis takdir membawa Adang untuk mengikuti pameran di salah satu event musik bergengsi, Java Jazz Festival.

"Alhamdulillah, selama 2011saya mulai riset membuat alat musik yang pertama itu dengan teman saya membuat biola dari bambu. Lalu membuat gitar bas. Dan ada yang menelepon untuk ikut pameran di Java Jazz 2013, padahal itu belum apa-apa waktu itu. Saya malu membawa ke Java Jazz," ucap Adang.

"Pas di Java Jazz, di sana banyak yang sangat luar biasa, yang bagus, dan yang saya bawa hanya biola dan gitar bas dari bambu yang bentuknya biasa-biasa," tambah pria berusia 50 tahun itu. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat