pattonfanatic.com

Wall Street Tertekan Saham-saham Teknologi, Dow Cetak Rekor Tertinggi

Ilustrasi bursa saham New York Stock Exchange (NYSE) atau Wall Street.
Lihat Foto

NEW YORK, - Saham-saham di Bursa New York AS (Wall Street) ditutup di zona merah pada akhir perdagangan Senin (26/8/2024) waktu setempat atau Selasa Pagi.

Sementara Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) justru berhasil mencetak rekor tertinggi baru. Hal ini mencerminkan optimisme investor yang bangkit dari aksi jual tajam awal bulan.

Indeks yang berisikan 30 saham tersebut ditutup naik 65,44 poin, atau 0,16 persen, pada 41.240,52. Dow sempat melonjak lebih dari 200 poin, atau 0,6 persen, mencetak rekor perdagangan harian baru.

Berbeda dengan Dow, indeks S&P 500 mengalami penurunan 0,32 persen menjadi 5.616,84, sementara Nasdaq Komposit melemah 0,85 persen, mengakhiri perdagangan di level 17.725,76. Pelemahan ini dipicu oleh tekanan di sektor teknologi, yang membuat kedua indeks tersebut merosot meski ada dorongan dari sektor lain.

Baca juga: IHSG dan Rupiah Menguat di Akhir Perdagangan

Sektor energi dalam S&P 500 mencatat kenaikan lebih dari 1 persen, sementara sektor teknologi justru turun 1 persen. Salah satu raksasa teknologi, Nvidia, ditutup melemah 2,3 persen menjelang laporan keuangan yang akan dirilis Rabu mendatang.

Rilis laporan keuangan tersebut dianggap sebagai peristiwa penting bagi pasar di tengah tren kecerdasan buatan yang selama ini mendukung pasar bullish. Saham-saham chip lainnya seperti Broadcom dan Micron juga turut mengalami penurunan.

"Saya pikir ada sedikit kekhawatiran di sektor teknologi terkait dengan laba Nvidia yang akan datang," ujar analis di Baird, Ross Mayfield, mengutip CNBC.

"Pasar berada dalam kondisi yang cukup sehat, tetapi sangat sulit untuk membuat kemajuan besar jika sektor teknologi melemah bobotnya terlalu besar dalam indeks dan saat ini, sektor tersebut tampak seperti menjadi beban,” tambahnya.

Pasar mengawali Agustus dengan tekanan, dipicu oleh kekhawatiran atas kemungkinan resesi dan likuidasi posisi hedge fund populer terkait yen Jepang yang menarik saham dari level rekornya. Pada 5 Agustus lalu, S&P 500 jatuh 3 persen, mencatatkan kerugian satu hari terbesar sejak 2022. Pada hari yang sama, Dow juga mengalami aksi jual terburuk dalam dua tahun terakhir, turun lebih dari 1.000 poin. Sejak saat itu, ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve dan perbaikan data ekonomi AS telah mendorong kenaikan saham.

S&P 500 telah melonjak 8 persen sejak 5 Agustus dan kini hanya kurang dari 1 persen dari rekor tertingginya yang dicapai pada pertengahan Juli. Sementara itu, Dow juga naik lebih dari 6 persen. Pemulihan ini juga tecermin pada indeks Russell 2000 yang juga mengalami kenaikan setelah komentar dari Ketua Fed Jerome Powell. Pekan lalu, saham-saham mendapat dorongan dari pernyataan Powell yang memberikan sinyal tentang kemungkinan penurunan suku bunga.

Wall Street telah lama menantikan penurunan suku bunga, terutama setelah data ekonomi yang mengkhawatirkan pada awal Agustus memicu aksi jual dan meningkatkan kekhawatiran bahwa biaya pinjaman yang tinggi dapat merusak ekonomi AS. Powell tidak memberikan kepastian mengenai kapan atau seberapa besar penurunan suku bunga akan dilakukan. Namun, menurut FedWatch dari CME Group, para investor tetap yakin bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada pertemuan kebijakan di bulan September.

"Kami memperkirakan mereka akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September, November, dan Desember, karena mereka ingin pasar tahu bahwa mereka tidak ketinggalan, tetapi pada saat yang sama, mereka ingin memastikan tidak terlalu cepat melakukan pemotongan," kata Kepala Strategi Investasi di CFRA Research, Sam Stovall.

Baca juga: Isu Gandeng Muhammadiyah Warnai Penguatan Saham BTN

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat