Mengatasi Kombinasi Mematikan: PHK dan Turunnya Kelas Menengah
INDONESIA saat ini berada di persimpangan yang sangat menentukan dalam sejarah ekonominya.
Di tengah ketidakpastian global yang semakin meningkat, negara kita dihadapkan pada kombinasi mematikan yang berpotensi mengancam stabilitas sosial dan ekonomi: meningkatnya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) dan menyusutnya jumlah kelas menengah.
Fenomena ini bukan hanya sekadar angka statistik; ini adalah cerminan dari tantangan mendasar yang dihadapi oleh perekonomian kita.
Data menunjukkan bahwa pada paruh pertama 2024, lebih dari 32.000 pekerja kehilangan pekerjaan, terutama di sektor-sektor padat karya seperti tekstil dan manufaktur, dengan gelombang PHK yang kini juga merembet ke startup.
PHK ini tidak hanya merusak ekonomi keluarga, tetapi juga mengurangi daya beli masyarakat secara keseluruhan, yang pada akhirnya memperlambat laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Bagi ribuan pekerja yang kehilangan mata pencaharian mereka, dampaknya terasa langsung dan keras, menciptakan ketidakpastian yang mendalam dalam kehidupan sehari-hari.
Pelemahan kelas menengah dan dampaknya
Di sisi lain, kelas menengah yang selama ini menjadi penopang utama konsumsi domestik juga mengalami penurunan signifikan.
Pada 2019, jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai sekitar 57 juta orang. Namun, pada tahun 2024, jumlah ini menyusut menjadi sekitar 47,85 juta.
Penurunan ini bukan sekadar angka; ini adalah sinyal bahwa ada masalah struktural dalam perekonomian kita.
Berkurangnya kelas menengah berarti melemahnya daya beli masyarakat, menurunnya konsumsi domestik, dan meningkatnya kerentanan ekonomi terhadap guncangan eksternal. Ketika kelas menengah menyusut, pilar penting stabilitas ekonomi kita ikut terancam.
Mengatasi kombinasi mematikan ini memerlukan strategi yang lebih cermat dan berani. Kita tidak bisa hanya mengandalkan kebijakan yang telah ada. Diperlukan langkah-langkah komprehensif yang mampu mengatasi masalah saat ini sambil membangun fondasi yang kuat untuk masa depan.
Salah satu pendekatan yang perlu dipertimbangkan adalah penguatan ekosistem industri yang mampu menciptakan produk bernilai tinggi dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Namun, kita harus realistis dalam menentukan fokus strategis ini.
Sektor pertanian dan produk berbasis sumber daya alam mungkin menjadi titik awal yang lebih logis mengingat kondisi geografis dan ketersediaan sumber daya di Indonesia.
Namun, ini bukanlah solusi instan. Membangun industri yang kompetitif memerlukan waktu, investasi, dan komitmen yang kuat dari berbagai pihak.
Misalnya, upaya untuk meningkatkan produksi lokal di sektor pertanian dapat membantu mengurangi ketergantungan pada impor, tetapi ini memerlukan dukungan kebijakan yang konsisten serta pembangunan infrastruktur memadai.
Terkini Lainnya
- LRT Jabodebek Komitmen Terapkan K3, Ini yang Dilakukan
- Cara Cek Saldo Rekening BRI via WhatsApp
- Direktur Bank OCBC NISP Joseph Chan Fook Onn Mengundurkan Diri
- VKTR Operasikan 20 Bus Listrik dengan TKDN 40 Persen untuk TransJakarta
- Adopsi Teknologi Blockchain UMKM
- Pertamina International Shipping Buka Peluang Bisnis Muatan "Green Cargo" Pada 2025
- Saham DGWG Naik 15,65 Persen pada Hari Pertama Melantai di Bursa
- BRI Raup Rp 1,6 Triliun dari Transaksi AgenBRILink Sepanjang 2024
- Pelindo Layani 1,9 Juta Penumpang dan 130.000 Kendaraan Selama Libur Nataru
- Saham OBAT Melonjak di Hari Pertama IPO, Raup Rp 59,5 Miliar
- Bakal Berlaku Semester II, Kenapa Cukai Minuman Berpemanis Diterapkan?
- 3 Manfaat Asuransi Jiwa yang Jarang Diketahui Orang
- Mayoritas Harga Pangan Dilaporkan Turun, Cabai Rawit Merah Rp 72.690 per Kg
- Emiten Milik Aguan CBDK Resmi IPO, Saham Langsung ARA
- Simak Daftar Kurs Rupiah di 5 Bank Besar di Indonesia
- Bos BRI Prediksi The Fed Turunkan Suku Bunga 25 Basis Poin
- Jaga Transaksi Lebih Aman dan Nyaman, DANA Hadirkan Fitur DANA Protection dengan Jaminan Uang Kembali 100 Persen
- 2 Cara Mengubah Metode Pembayaran di Lazada Antiribet
- BRI Fokus Benahi Kualitas Kredit Mikro
- Ojol dan Kurir Demo, Ini Respons Grab