pattonfanatic.com

Peringatan Keras Deflasi Empat Bulan Berturut-turut di 2024

Pedagang kebutuhan pokok seperti sayur-sayuran, ikan, dan daging ayam di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (1/5/2013).
Lihat Foto

DI UJUNG pemerintahannya, Presiden Jokowi harus menghadapi kenyataan merosotnya indikator ekonomi makro berupa terjadinya deflasi di Agustus 2024.

Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengumumkan bahwa pada Agutus 2024, telah terjadi deflasi (dari bulan ke bulan/month to month) sebesar - 0,03 persen, meski secara tahun ke tahun (Year on Year) masih terjadi inflasi 2,15 persen (Cnbcindonesia.com, 2/9/2024).

Penyumbang deflasi terbesar di Agustus 2024 adalah makanan, minuman, dan tembakau.

Baca juga: Indonesia Catat Deflasi Empat Bulan secara Berturut-turut

Deflasi pada Agustus 2024 merupakan deflasi keempat berturut-turut di Indonesia. Tiga bulan berturut-turut sebelumnya, juga mengalami deflasi bulan ke bulan, yaitu: Mei 2024 sebesar - 0,03 persen, Juni 2024 sebesar - 0,08 persen, dan Juli 2024 sebesar - 0,18 persen.

Deflasi kali ini harusnya dibaca sebagai peringatan keras bahwa kondisi ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja.

Deflasi kali ini mencerminkan penurunan daya beli masyarakat Indonesia, khususnya di kelas menengah yang sudah banyak dibicarakan.

Deflasi empat bulan berturut-turut baru kali ini dialami sejak deflasi sembilan bulan berturut-turut di tahun 1999, ketika krisis ekonomi belum berakhir, yang merupakan krisis lanjutan sejak 1997/1998.

Pada 1999, terjadi deflasi selama sembilan bulan berturut-turut, yaitu pada Maret (-0,18 persen), April (-0,68 persen), Mei (-0,28 persen), Juni (-0,34 persen), Juli (-1,05 persen), Agustus (-0,71 persen), September (-0,91 persen), dan Oktober (-0,09 persen).

Artinya di tahun 1999, memang deflasi terjadi karena menurunnya daya beli masyarakat sebagai akibat krisis ekonomi 1997/1998.

Jika “belajar dari sejarah”, maka deflasi empat bulan berturut-turut di tahun 2024 ini mencerminkan penurunan daya beli masyarakat.

Baca juga: Deflasi atau Inflasi: Seperti Memegang Sabun Basah

PMI juga turun

Hal tersebut diperkuat terus menurunnya pula Purchasing Manager Index (PMI) Indonesia selama enam bulan berturut-turut sejak April 2024.

PMI disusun berdasar indikator di sektor industri pengolahan (manufaktur) dari aspek: pesanan baru, tingkat persediaan, produksi, pengiriman oleh pemasok, dan pekerjaan yang diciptakan.

Besarnya Indeks antara nol sampai 100. Jika besarnya indeks lebih besar dari 50, maka terjadi peningkatan produksi atau ekspansi di industri manufaktur pada banding bulan sebelumnya.

Jika PMI adalah 50, maka tidak ada perubahan dalam produksi. Sementara jika lebih kecil dari 50, maka telah terjadi pengurangan produksi atau kontraksi di sektor industri manufaktur.

Pada April 2024, PMI Indonesia sebesar 52,9, turun dari 54,2 di Maret 2024. Selanjutnya di Mei (52,1), Juni (50,7), Juli (49,3), dan Agutus 2024 (48,9).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat