pattonfanatic.com

Solusi Apindo untuk Atasi Jumlah Kelas Menengah yang Terus Menurun

Ketua Apindo Shinta W Kamdani dalam Konferensi Pers terkait Tapera bersama Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) di kantor Apindo, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (31/5/2024).
Lihat Foto

JAKARTA, - Ketua Asosiasi Penguasa Indonesia (Apindo), Shinta W Kamdani mengatakan, salah satu solusi untuk mengatasi situasi penurunan kelas menengah di Indonesia adalah menciptakan lapangan kerja.

Namun, hal tersebut tak bisa hanya bergantung kepada sektor industri saja. Menurut Shinta, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) juga bisa diandalkan sebagai solusi lapangan kerja baru.

"Kami melihat memang dari segi kuncinya kan di penciptaan lapangan pekerjaan. Dan itu kembali lagi itu bagaimana kita enggak bisa bergantung pada industri tapi juga kepada UMKM, jadi kita juga merupakan salah satu driver untuk meningkatkan kelas menengah," ujar Shinta di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (4/9/2024).

Baca juga: Beban Pengeluaran Kelas Menengah yang Terus Melonjak, Terutama buat Transportasi

Sejalan dengan hal itu, Shinta juga menekankan perlunya stimulus kepada UMKM agar bisa terus produktif.

Misalnya saja lewat pengkondisian iklim usaha yang memberdayakan UMKM.

"Saya melihatnya itu lebih kepada bagaimana iklim usaha ya, kalau kita lihat UMKM kan peningkatan daripada UMKM supaya naik, dia bisa tumbuh ini kan dia harus diberdayakan, ini sebenarnya menjadi kuncinya karena kelas menengah banyak di situ juga," jelas Shinta.

Shinta pun menekankan, stimulus bagi UMKM tidak selalu dalam bentuk teknis seperti keringanan pajak.

Melainkan kemudahan berusaha yang berkaitan dengan biaya bisnis juga diperlukan.

Baca juga: Subsidi Tarif KRL Berbasis NIK Bisa Tambah Beban Kelas Menengah

 


Diberitakan sebelumnya, jumlah masyarakat tergolong kelas menengah yang "turun kelas" bertambah.

Hal ini sebagaimana ditunjukan oleh data Badan Pusat Statistik (BPS).

Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk tergolong kelas menengah pada tahun 2024 mencapai 47,85 juta jiwa.

Jumlah masyarakat kelas menengah itu tercatat turun dari tahun 2023 yang mencapai 48,27 juta jiwa.

Adapun jumlah masyarakat kelas menengah tercatat terus menurun setiap tahunnya sejak 2019.

Tercatat jumlah penduduk kelas menengah mencapai 57,33 juta jiwa (21,45 persen) pada 2019, 53,83 juta jiwa (19,82 persen) pada 2021, 49,51 juta jiwa (18,06 persen) pada 2022, 48,27 juta jiwa (17,44 persen) pada 2023, dan 47,85 juta jiwa (17,13 persen) pada 2024.

Baca juga: Kala Kebijakan Pajak Menekan Masyarakat Kelas Menengah...

Menurut Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, kinerja industri manufaktur yang melemah menjadi salah satu pemicu maraknya fenomena kelas menengah yang kian menyusut.

Tertekannya kinerja industri manufaktur memicu pelaku usaha melakukan efisiensi secara masif, sehingga berdampak terhadap pemangkasan tenaga kerja.

"Deindustrialisasi prematur atau menurunnya porsi industri terhadap PDB juga berimbas ke PHK massal," kata dia, kepada , Kamis (29/8/2024).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat