pattonfanatic.com

Daya Beli Masyarakat Melemah, Sektor Jasa Keuangan Masih Melaju

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam Risk and Governance Summit (RGS) 2023, Kamis (30/11/2023).
Lihat Foto

JAKARTA, - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai fenomena deflasi selama 4 bulan berturut-turut dan jutaan kelas menengah "turun kelas" belum berdampak signifikan terhadap sektor jasa keuangan nasional.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar Mengatakan, hal itu terefleksikan dari data-data penyaluran kredit serta pembiayaan industri jasa keuangan yang masih tumbuh double digit.

Di sektor perbankan, laju pertumbuhan kredit semakin pesat, yakni mencapai 12,40 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 7.515 triliun pada Juli 2024.

Baca juga: Solusi Apindo untuk Atasi Jumlah Kelas Menengah yang Terus Menurun

Kemudian, di sektor perusahaan pembiayaan, penyaluran pembiayaan masih tumbuh dua digit, namun melambat, ke 10,53 persen, menjadi Rp 494,10 triliun pada Juli 2024.

Lalu outstanding pembiayaan yang disalurkan lewat financial technology peer to peer lending (fintech P2P lending) tumbuh tinggi 23,97 persen menjadi Rp 69,39 triliun.

"Itu dapat untuk kemudian kita simpulkan bahwa terjadinya deflasi dan penurunan jumlah kelas menengah itu dilihat dari angka-angka yang ada dalam sektor jasa keuangan nampaknya belum memperlihatkan atau tidak memperlihatkan dampak yang signifikan," tutur Mahendra dalam Konferensi Pers Hasil RDK Bulanan Agustus 2024, secara virtual, Jumat (6/9/2024).

Baca juga: FILONOMICS: Warisan Utang Jokowi ke Prabowo Rp 8.500 Triliun, Alarm buat Kelas Menengah

Mahendra menilai pelemahan daya beli di masyarakat sebenarnya belum terlihat, meskipun data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan indeks harga konsumen (IHK) mengalami deflasi secara bulanan (month to month/mtm) selama 4 bulan berturut-turut, yakni dari Mei hingga Agustus 2024.

Pasalnya komponen inflasi inti, yang biasanya menggambarkan daya beli masyarakat, masih mengalami inflasi sebesar sebesar 0,20 persen secara mtm pada Agustus 2024.

"Itu menunjukkan bahwa permintaan tetap memperlihatkan peningkatan," kata Mahendra.

Baca juga: Beban Pengeluaran Kelas Menengah yang Terus Melonjak, Terutama buat Transportasi

Meskipun demikian, Mahendra bilang, OJK akan bekerja sama dengan pemerintah, untuk memastikan daya beli masyarakat tetap terjaga, di tengah tanda-tanda pelemahan yang muncul.

"Tentu kita ingin terus mengupayakan terjaganya daya beli masyarakat," ucap Mahendra.

Sebagai informasi, tanda-tanda pelemahan daya beli masyarakat semakin terlihat setelah BPS merilis data IHK Agustus 2024 yang mencatatkan deflasi sebesar 0,03 persen secara mtm.

Baca juga: Pulihkan Kelas Menengah, Prabowo-Gibran Larang Kontraktor Konglomerat Garap 2 Juta Rumah di Pedesaan

Dengan demikian, Indonesia mengalami deflasi selama 4 bulan berturut-turut pada Mei - Agustus 2024, di mana pada Mei terjadi deflasi sebesar 0,03 persen, Juni sebesar 0,08 persen, Juli sebesar 0,18 persen, dan Agustus sebesar 0,03 persen.

Bersamaan dengan itu, terdapat juga fenomena jutaan masyarakat tergolong kelas menengah "turun kelas" setiap tahunnya pada periode 2019-2024.

BPS mencatat jumlah penduduk kelas menengah mencapai 57,33 juta jiwa (21,45 persen) pada 2019, 53,83 juta jiwa (19,82 persen) pada 2021, 49,51 juta jiwa (18,06 persen) pada 2022, 48,27 juta jiwa (17,44 persen) pada 2023, dan 47,85 juta jiwa (17,13 persen) pada 2024.

Baca juga: Bukti Nyata Pentingnya Kelas Menengah bagi Perekonomian Nasional

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat