pattonfanatic.com

Gunakan AI, OJK Pede Kredit Macet Pinjol Bakal Turun

Ilustrasi kecerdasan buatan.
Lihat Foto

JAKARTA, - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini implementasi teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) bakal berdampak positif terhadap kinerja industri financial technology peer to peer lending (fintech P2P lending) atau pinjol.

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keaungan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman mengatakan, implementasi AI dapat meningkatkan proses analisis profil risiko di industri keuangan, termasuk pinjol.

"Sehingga dalam proses melakukan peminjaman dan inklusi keuangan akan menjadi lebih efektif dan lebih efisien dan terhindar dari risiko-risiko yang tidak perlu," kata dia, dalam gelaran acara Banking AI Day, di Jakarta, Senin (9/9/2024).

Agusman bilang, kehadiran teknologi AI yang mengolah "big data" secara cepat, dapat memperkuat proses analisis risiko pinjol, sehingga pada akhirnya dapat memitigasi risiko pembiayaan macet.

"AI dapat memberikan manfaat dalam pengembangan inovasi di sektor fintech dan sektor keuangan secara keseluruhan, dalam merekam mitigasi risiko ke depan yang perlu kita jaga dengan baik," tuturnya.

Baca juga: Wacana Subsidi Tiket KRL Berbasis NIK dan AI, Sudah Sampai Mana Pembahasannya?

Sebagai informasi, tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) pinjol sebesar 2,53 persen pada Juli 2024, turun dari 2,79 persen pada Juni 2024.

Namun, di tengah semakin masifnya implementasi teknologi AI di industri keuangan, Agusman menyoroti potensi kejahatan siber, utamanya terkait kebocoran data pribadi masyarakat.

"Banyak sekali yang merasa dirugikan karena data kita tersebar di mana-mana tanpa ada yang melindungi dan memproteksi itu," ujarnya.

Oleh karena itu, OJK bersama empat asosiasi fintech di Indonesia telah meluncurkan Panduan Kode Etik AI pada pengujung tahun lalu.

Baca juga: Luhut Ungkap Rencana Pemerintah Gunakan AI untuk Salurkan BBM Subsidi


Panduan tersebut diharapkan dapat menyusun 'code of conduct' dalam rangka mengoptimalkan fungsi AI, sehingga dapat memberikan manfaat dalam pengembangan Inovasi di sektor fintech dan memitigasi risiko yang muncul di kemudian hari.

"Dengan kerangka regulasi yang kuat, pengembangan yang berkelanjutan, serta penerapan AI yang etis dan bertanggung jawab, Indonesia memiliki potensi yang luar biasa untuk menjadi pemain utama dalam AI di sektor keuangan di tingkat global," ucap Agusman.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat