pattonfanatic.com

Kemenaker Sebut Penurunan Kelas Menengah Berkaitan dengan Pandemi Covid-19

Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), Anwar Sanusi ditemui usai acara Halalbihalal Pegawai Kemenaker di kantor Kemenaker, Jakarta, Selasa (16/4/2024).
Lihat Foto

JAKARTA, - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) Anwar Sanusi mengatakan, penurunan jumlah kelas menengah di Indonesia ada kaitannya dengan pandemi Covid-19.

Menurut Anwar, pemulihan ekonomi nasional tidak mudah setelah pandemi.

"Hal ini (penurunan kelas ekonomi) sedikit banyak terkait dengan pandemi Covid-19 dan upaya pemulihan ekonomi nasional yang tidak mudah paska pandemi," ujar Anwar kepada , Selasa (10/9/2024).

"Beberapa ahli bahkan mengatakan pandemi Covid-19 menyebabkan luka mendalam (scarring effect), yaitu semacam “traumatik ekonomi” bagi para pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan terkait aktivitas ekonomi mereka. Hal ini turut menjadi tantangan bagi pemulihan ekonomi nasional," jelasnya.

Baca juga: Kemenaker: Kunci Utama Kelas Menengah Kuat adalah Kualitas SDM

Meski begitu, Anwar menyebut pemerintah pemerintah sebenarnya tidak tinggal diam dan telah mengeluarkan sejumlah paket kebijakan. Khususnya dari sisi ketenagakerjaan.

Pertama, di masa pandemi pemerintah telah mengeluarkan kebijakan bantuan subsidi upah (BSU) untuk menjaga daya beli agar kelas menengah tidak mengalami luka yang mendalam lagi.

"Selain itu, pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan yang lebih mendasar lagi, yaitu terkait dengan revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi," tegasnya.

Sebab, kata Anwar, kunci utama untuk menciptakan kelas menengah yang kuat adalah kualitas sumber daya manusia (SDM).

Ia menekankan, SDM yang baik akan mampu menduduki pekerjaan-pekerjaan kelas menengah yang memberikan nilai tambah tinggi.

Baca juga: 46.000 Pekerja Kena PHK hingga Agustus 2024, Kemenaker: Jawa Tengah Nomor Satu...

Diberitakan sebelumnya, jumlah masyarakat tergolong kelas menengah mengalami penurunan.

Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk tergolong kelas menengah pada tahun 2024 mencapai 47,85 juta jiwa.

Jumlah masyarakat kelas menengah itu tercatat turun dari tahun 2023 yang mencapai 48,27 juta jiwa.

Adapun jumlah masyarakat kelas menengah tercatat terus menurun setiap tahunnya sejak 2019.

Tercatat jumlah penduduk kelas menengah mencapai 57,33 juta jiwa (21,45 persen) pada 2019, 53,83 juta jiwa (19,82 persen) pada 2021, 49,51 juta jiwa (18,06 persen) pada 2022, 48,27 juta jiwa (17,44 persen) pada 2023, dan 47,85 juta jiwa (17,13 persen) pada 2024.

Baca juga: Strategi Menaker Ida untuk Dongkrak Kelas Menengah Indonesia

 


Menurut Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, kinerja industri manufaktur yang melemah menjadi salah satu pemicu maraknya fenomena kelas menengah yang kian menyusut.

Tertekannya kinerja industri manufaktur memicu pelaku usaha melakukan efisiensi secara masif, sehingga berdampak terhadap pemangkasan tenaga kerja.

"Deindustrialisasi prematur atau menurunnya porsi industri terhadap PDB juga berimbas ke PHK massal," kata dia, kepada , Kamis (29/8/2024).

Baca juga: Pulihkan Kelas Menengah, Prabowo-Gibran Larang Kontraktor Konglomerat Garap 2 Juta Rumah di Pedesaan

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat