pattonfanatic.com

Pertamina Kaji Rencana Ubah Minyak Jelantah Jadi Avtur

Para tamu undangan berfoto di depan pesawat Boeing 737-800 yang akan melakukan uji coba terbang menggunakan Bioavtur j2.4 menuju Pelabuhan Ratu. Tangerang, Banten, Rabu (04/10/2023).
Lihat Foto

JAKARTA, - PT Pertamina (Persero) tengah mengkaji rencana penggunaan minyak jelantah atau minyak goreng bekas (used cooking oil/UCO) sebagai bahan baku untuk bioavtur atau sustainable aviation fuel (SAF).

Bioavtur merupakan bahan bakar pesawat terbang yang dihasilkan dari pencampuran avtur dengan bahan bakar nabati, seperti minyak sawit.

SVP Business Development Pertamina Wisnu Medan Santoso mengatakan, minyak jelantah menjadi pertimbangan untuk bahan baku bioavtur karena jumlahnya yang melimpah di Indonesia.

Menurutnya, Pertamina sendiri sudah memiliki teknologi yang mumpuni untuk mengubah minyak jelantah menjadi bioavtur atau SAF.

"Sebenarnya kalau dari sisi teknologi kita sudah siap, teman-teman riset kita bahkan cukup yakin kalau secara technology wise, katalisnya juga enggak kalah," ujar Wisnu dalam "Media Briefing Energizing Tomorrow" di Sarinah, Jakarta, Selasa (10/9/2024).

Baca juga: Bicara Hilirisasi, Jokowi Ingin Limbah Kelapa Jadi Bioenergi dan Bioavtur

Namun, kata dia, yang saat ini menjadi perhatian Pertamina adalah menetapkan metode yang tepat untuk pengumpulan minyak jelantah. Salah satu yang dipertimbangkan Pertamina yakni memanfaatkan jaringan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Rencananya SPBU akan dimanfaatkan untuk menampung minyak jelantah yang dikumpulkan dari masyarakat guna diolah menjadi bioavtur.

"Sampai saat ini ada beberapa alternatif yang sedang kami coba pikirkan, kira-kira memanfaatkan jaringan SPBU kami yang ada di banyak di Indonesia, bagaimana itu bisa kami manfaatkan sebagai sarana pengumpulan (minyak jelantah)," ungkapnya.

Ia bilang, adanya tempat pengumpulan minyak jelantah itu akan membuat bahan baku (feedstock) dari minyak nabati untuk kebutuhan bioavtur menjadi mudah diakses oleh perusahaan.

Kendati begitu, Wisnu menekankan, pemanfaatan SPBU tersebut masih dalam diskusi di internal perusahaan, belum ditetapkan sebagai kebijakan dalam pengembangan bioavtur atau SAF.

"Terus terang ini belum firm, baru eksplorasi, baru brainstorming, tapi tanpa feedstock yang cukup memang agak sulit mengembangkan proyeknya," kata Wisnu.

Baca juga: SAF, Bioavtur Minyak Sawit Pertama Bikinan Pertamina, Diuji Coba Perdana di Pesawat Garuda

 


Lebih lanjut, ia mengatakan, sejalan dengan rencana pengembangan SAF, Pertamina saat ini tengah membangun Green Refinery Cilacap yang memiliki kapasitas produksi biofuel mencapai 6.000 barrel.

Kilang ini memiliki teknologi yang dapat memproduksi hydrotreated vegetable oil (HVO), atau bahan bakar dengan komponen nabati.

Selain itu, juga mampu memproduksi produk bionafta dan bioavtur atau SAF yang berbahan baku minyak inti kelapa sawit dengan diolah bersamaan avtur fosil melalui metode co-processing.

"Saat ini di Cilacap ada pilot project yang dibangun dengan (kapasitas) 6.000 barrel per hari (biofuel)," kata dia.

"Cuma memang yang paling ideal sih (manfaatkan) minyak jelantah, karena diterima oleh Corsia (Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation), dan dari sisi ketersediaan juga sebetulnya paling oke," tambah Wisnu.

Baca juga: Harga Tiket Pesawat Berpotensi Naik akibat Penggunaan Bioavtur

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat