BI Tak Perlu Tunggu The Fed untuk Turunkan Suku Bunga Acuan
JAKARTA, - Bank Indonesia (BI) dinilai sudah bisa untuk mulai menurunkan tingkat suku bunga acuannya. Dengan melihat perkembangan kondisi perekonomian global terkini, BI dinilai tidak perlu untuk menunggu keputusan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) terlebih dahulu.
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listyanto mengatakan, berbagai indikator perekonomian domestik dan global menunjukkan, BI sudah bisa "melonggarkan" kebijakan moneternya. Salah satu indikator yang dimaksud ialah laju inflasi domestik dan global yang kian menurun dan mendekati target.
Pada saat bersamaan, para pejabat The Fed telah mengindikasikan untuk menurunkan tingkat suku bunga acuannya dalam waktu dekat. Meskipun penurunan itu belum terealisasi, Eko menilai, BI sebenarnya sudah bisa mengambil langkah terlebih dahulu untuk menurunkan bunga acuannya dari posisi saat ini 6,25 persen.
Baca juga: Pertumbuhan Saham Wall Street Berlanjut di Tengah Penantian Penurunan Suku Bunga The Fed
"Jangan kita terlalu lama menunggu. Seolah-olah kalau tidak ada sinyal kuat atau menunggu action dari negara maju itu akan terlambat," ujar dia dalam diskusi virtual, Kamis (12/9/2024).
"Tidak ada masalah kita memulai kebijakan moneter yang lebih ekspansif, tentu dengan mempertimbangkan dinamika global," sambungnya.
Secara lebih rinci, indikator-indikator yang mendukung ruang penurunan suku bunga acuan ialah nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang belakangan bergerak cenderung menguat. Kemudian, pasokan dollar AS dalam negeri juga terjaga, dengan tingkat cadangan devisa mencapai level tertinggi, yakni 150 miliar dollar AS.
Baca juga: Apa Itu Suku Bunga Acuan BI? Ini Penjelasannya
Lebih lanjut Eko bilang, urgensi penurunan tingkat suku bunga menjadi semakin besar, seiring dengan kebutuhan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, utamanya lewat menjaga daya beli masyarakat serta tingkat investasi nasional. Tingkat suku bunga acuan yang tinggi saat ini dinilai kurang mengakomodir upaya memacu aktivitas ekonomi nasional.
"Kita butuh penurunan suku bunga saat ini," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Ekonom Indef Abdul Manap Pulungan memaparkan, tingkat suku bunga acuan yang tinggi membuat aktivitas kredit konsumsi non kredit pemilikan rumah (KPR) cenderung melambat. Sebab, dengan tingkat bunga acuan BI-Rate yang tinggi, tingkat suku bunga kredit pun terkerek.
Baca juga: Mau Beli Rumah? Simak Daftar Suku Bunga Dasar KPR Terbaru dari BTN hingga BCA
Akibatnya, kebutuhan masyarakat untuk membayar KPR menjadi lebih besar. Hal ini kemudian membuat masyarakat mengurangi konsumsi lain.
"Ini konfirmasi kelas menengah bawah tertekan dari kebijakan moneter," ucapnya.
Baca juga: Menyoal Penahanan Suku Bunga Acuan Bank Indonesia
Terkini Lainnya
- Gandeng Perusahaan Afiliasi KBFG di Indonesia, KB Bank Tingkatkan Gizi Anak Kurang Mampu
- Upaya BUMN Pos Properti Dukung E-Sport Nasional
- PT Pos Buka Peluang ke Investor yang Ingin Memanfaatkan Asetnya
- Harga Emas Terbaru Hari Ini 14 Oktober 2024 di Pegadaian
- Awali Pekan, IHSG Menguat
- Harga Emas Antam Hari Ini Senin 14 Oktober 2024, Turun Rp 5.000
- APLN Dukung Pemerintah Sediakan Hunian Terjangkau dan Tingkatkan Kualitas SDM RI
- Harga Bahan Pokok Senin 14 Oktober 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni
- Ini Strategi BTN Dukung Program 3 Juta Rumah
- SKD CPNS 2024 Dimulai Rabu Pekan ini, BKN Siapkan 339 Titik Lokasi Tes
- Prabowo Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, OJK "Pacu" Target Kredit Perbankan?
- Industri adalah "Kunci"
- Cara Cek Lokasi ATM BRI Terdekat via HP
- Cara Bayar Cicilan KPR BRI, BNI, dan BTN via Mobile Banking
- Cara Mudah Menghitung Zakat Penghasilan
- Indonesia Fokus Tingkatkan Volume Ekspor Komoditas Perkebunan
- IHSG Ditutup Menguat Intip Level 7.800, Rupiah Melemah
- Dua Opsi Lahan Tambang untuk Muhammadiyah
- Indodax Diduga Diretas, Ekonom: Kepercayaan Masyarakat terhadap Kripto Berpotensi Turun
- Mirae Asset Proyeksi IHSG Sentuh 7.915 di Akhir 2024