Kepemimpinan Baru: Menghindari Jebakan Utang di Tengah Ambisi Politik
KEBERLANJUTAN fiskal adalah isu yang selalu relevan sepanjang sejarah dan akan terus menjadi tantangan utama dalam setiap transisi kepemimpinan nasional.
Setiap pergantian pemimpin membawa visi dan arah baru bagi bangsa. Namun kebijakan fiskal, dengan segala keterbatasan dan tanggung jawabnya, adalah pengingat bahwa perubahan politik harus berjalan seiring dengan keberlanjutan ekonomi.
Dalam konteks Indonesia, setiap transisi kepemimpinan selalu diiringi oleh ekspektasi perubahan kebijakan yang seringkali berorientasi pada janji-janji populis.
Akan tetapi, di balik euforia pergantian rezim, ada kenyataan pahit yang jarang dibahas secara terbuka: kebijakan fiskal yang tidak terencana dengan baik akan menghambat visi besar dari pemimpin manapun.
Di sinilah keberlanjutan fiskal menjadi landasan penting yang menentukan apakah perubahan yang dijanjikan dapat direalisasikan atau justru hanya menjadi ilusi di tengah badai ekonomi global.
Ambisi dan realitas
Setiap pemimpin baru di Indonesia, baik di tingkat nasional maupun daerah, menghadapi dilema besar: bagaimana memenuhi janji politik yang ambisius tanpa memperburuk kondisi fiskal negara?
RAPBN 2025 mencerminkan ketegangan ini, dengan proyeksi optimistis mengenai pertumbuhan ekonomi yang dihadapkan pada kenyataan keterbatasan anggaran.
Pemimpin baru sering kali didorong untuk meluncurkan proyek-proyek infrastruktur besar demi menunjukkan pencapaian cepat.
Namun kondisi fiskal terbatas, terutama dengan utang publik yang sudah mencapai lebih dari 40 persen PDB pada 2024, memaksa kebijakan lebih hati-hati.
Pemilihan antara mendorong pertumbuhan melalui kebijakan fiskal ekspansif atau menjaga stabilitas fiskal seringkali menjadi pilihan sulit yang harus dihadapi.
Tekanan untuk menepati janji kampanye sering kali mendorong pemerintah baru mengambil kebijakan fiskal yang mengandalkan utang, baik melalui pinjaman luar negeri maupun penerbitan obligasi.
Meskipun ini memberikan solusi pembiayaan jangka pendek, beban utang yang semakin besar menambah tekanan fiskal di masa mendatang.
Pada 2024, pembayaran bunga utang sudah menghabiskan hampir 20 persen total pengeluaran negara, yang menandakan bahwa tanpa reformasi dalam pengelolaan utang, keberlanjutan fiskal akan semakin terancam.
Ambisi politik yang tidak didukung strategi fiskal yang kuat justru menempatkan ekonomi negara dalam posisi rentan, di mana utang menjadi solusi sementara yang menunda masalah hingga pemerintahan berikutnya.
Lebih jauh, ketergantungan pada kebijakan fiskal ekspansif juga menciptakan ilusi pertumbuhan ekonomi yang tidak berkelanjutan.
Terkini Lainnya
- Gappri Khawatir Kenaikan Harga Jual Eceran SKT Berdampak ke Industri Hasil Tembakau
- Strategi DBS Indonesia Jaga Pertumbuhan Kredit Konsumer di Tengah Pelemahan Daya Beli Masyarakat
- Bank Mandiri Mantapkan Komitmen Ekonomi Berkelanjutan pada COP 29 di Azerbaijan
- Targetkan Harga Tiket Pesawat Turun, Wamenhub: Kado Natal dan Tahun Baru
- Bank Mandiri Taspen Luncurkan Program Usaha Toko Frozen Mantap
- DBS Indonesia Manfaatkan Momen Lonjakan Paylater untuk Dongkrak Kredit Konsumsi
- Ini Daftar Barang yang Terdampak dan Tidak Terdampak PPN 12 Persen
- Tingkatkan Keamanan Data BUMN, Erick Thohir Gandeng Amazon Web Services
- Menuju Satu Dekade Memberi Manfaat, Pemerintah Terus Dorong KUR untuk Usaha Produktif
- Pembebasan Bea Masuk Susu Impor Dikeluhkan Peternak, Ini Kata Dirjen Bea Cukai
- Bidik Nasabah Menengah ke Atas, BTN Hadirkan Kartu Debit BTN Prospera
- Soal Kereta Otonom IKN, DJKA Kemenhub: Kita Tunggu Sampai Akhir Tahun
- CEO Nvidia Jensen Huang: Anda Tidak Akan Kehilangan Pekerjaan karena AI, tapi...
- Berapa Biaya Administrasi Bank BCA per Bulan?
- Kementan Ajukan Perpres Wajibkan Industri Serap Produksi Susu Peternak Lokal, Mentan: Mensesneg Setuju
- CEO Nvidia Jensen Huang: Anda Tidak Akan Kehilangan Pekerjaan karena AI, tapi...
- CEO Nvidia ke Jakarta, Prabowo "Video Call" dari Peru
- Apa Itu Inflasi? Ini Penjelasan dan Penyebabnya
- Perpres Nomor 100 Tahun 2024 Terbit, KPPU Mulai Percepatan Transformasi Kelembagaan
- Cara Mendapatkan Diskon Tiket Kereta Reduksi bagi Dosen dan Alumni UNNES
- [POPULER MONEY] Indodax Diduga Kena "Hack" | Mantan Bos Gojek Kembali Jual Saham GOTO
- Cara Mendapatkan Diskon Tiket Kereta Reduksi bagi Dosen dan Alumni UNY