Saham "Nyangkut", Ini Langkah yang Harus Dilakukan
JAKARTA, - Saham "nyangkut" bisa membuat investor sulit tidur. Investor saham tentu menyadari kondisi pasar modal tidak selalu bergerak naik atau turun. Namun kerap kali, investor telanjur membeli saham di harga yang tinggi yang kemudian turun dan seolah-olah tak pernah kembali ke harga beli.
Kondisi demikian dapat disebut sebagai saham yang "nyangkut". Meskipun demikian, "nyangkut" dalam pasar saham memiliki definisi yang berbeda bagi setiap orang. Pasalnya, ada investor yang dapat menelan kerugian 3-5 persen dengan tenang, tetapi sebagian lainnya mungkin akan sulit tidur melihat rapor merah pada portofolionya.
Adapun rata-rata trader dan investor mematok saham dengan kerugian 5-8 persen sebagai saham "nyangkut"
Baca juga: Investor Borong Saham Perusahaan Teknologi, Wall Street Menghijau
Untuk itu, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan ketika investor menemui saham "nyangkut" dalam portofolionya.
Head of Investment Information Mirae Asset Martha Christina menjelaskan bila saham "nyangkut", maka investor perlu meninjau ulang portofolio saham dan kinerja perusahaannya.
"Kalau memang sahamnya gorengan dan nyangkut, itu berat. Apalagi kalau harga sahamnya sudah di bawah Rp 50 gitu ya. Itu agak susah," kata dia.
Baca juga: [POPULER MONEY] Indodax Diduga Kena Hack | Mantan Bos Gojek Kembali Jual Saham GOTO
Sementara itu, investor yang memiliki pola pikir investasi di pasar saham perlu memperhatikan beberapa faktor ketika mendapati saham yang dimiliki berada di zona merah.
Pertama, investor yang memiliki semangat investasi biasanya akan menggunakan skala waktu bulanan atau tahunan. Dengan demikian, penting untuk melihat kondisi saham secara sektoral dan fundamental.
Misalnya, apakah dalam periode tertentu suatu sektor memang sedang mengalami tekanan. Atau investor dapat menilai emiten dari kinerja keuangan dan prospek bisnisnya ke depan. Hal tersebut akan membantu investor untuk memiliki pertimbangan sebelum mengambil keputusan.
Baca juga: Mantan Bos Gojek Andre Soelistyo Kembali Jual Saham GOTO
Selain itu, ia juga menyarankan investor yang memiliki saham nyangkut di satu perusahaan untuk melihat pergerakan saham kompetitor utamanya. Ketika keduanya berjalan beriringan atau dalam tren yang sama, berarti sektor tersebut memang sedang menghadapi tantangan.
Adapun, Martha memberi tips agar investor memilih saham nomor satu atau dua dari sektor yang dipilih tersebut.
"Jadi artinya memang pemain besar," imbuh dia.
Baca juga: Pertumbuhan Saham Wall Street Berlanjut di Tengah Penantian Penurunan Suku Bunga The Fed
Dalam kesempatan yang sama, Research Analyst Mirae Asset Abyan Habib Yuntoharjo menyampaikan, dalam menyikapi saham yang nyangkut, penting untuk melihat saham secara fundamental dan prospek saham ke depannya.
"Juga melihat investment horixon dari investor. Kan investor ada yang satu bulan keluar, satu tahun keluar, ada yang belasan tahun," kata dia.
Abyan menuturkan, seorang investor jangka panjang juga perlu melihat pertumbuhan laba bersih dan dividend payout ratio. Apakah mereka (emiten) bisa disiplin untuk memberikan value pada shareolders mereka," terang dia.
Baca juga: Restrukturisasi Utang Waskita Karya Buka Peluang Lepas Gembok Suspensi Saham
Pada dasarnya, emiten yang mungkin harga sahamnya turun masih memiliki kesempatan untuk naik. Salah satu hal yang dapat membuat harga saham naik adalah dengan adanya aksi korporasi.
"Investor pasti investor langsung meningkat dan juga melihat kalau ada kesempatan untuk membeli saham itu sendiri," tutup dia.
Baca juga: Pertumbuhan Saham Wall Street Berlanjut di Tengah Penantian Penurunan Suku Bunga The Fed
Terkini Lainnya
- Dorong Kebiasaan Menabung, UOB Gelar Program Savings Week
- Istana Sebut Prabowo Belum Bahas Pembentukan Kementerian Penerimaan Negara
- Perjanjian ICA-CEPA Selesai, Mendag Budi Sebut Akses Masuk Sawit ke Kanada Lebih Mudah
- Rayakan HUT Ke-34, JNE Bawa Semangat Melesat Sat Set
- Soal Kementerian Penerimaan Negara, Kemenko Perekonomian: Itu Domainnya Kemenkeu
- Elnusa Pastikan Pasokan Elpiji Lancar Jelang Natal dan Tahun Baru
- ICA-CEPA dengan Kanada Rampung secara Substantif, Ini Keuntungannya bagi RI
- AirAsia Akan Turunkan Harga Tiket Pesawat 10 Persen
- 3 Pekerjaan "Entry-Level" dengan Potensi Penghasilan 100.000 Dollar AS
- Soal Proyek Gasifikasi Batu Bara Pengganti LPG, PTBA Tunggu Penugasan Pemerintah
- Menteri KP Targetkan Ikan Nila Karawang Jadi Sumber Protein Makan Bergizi Gratis
- Banggar DPR Setujui Tambahan Anggaran Rp 5 Triliun untuk 7 Kemenko
- PMI Manufaktur Kontraksi 5 Bulan Berturut-turut, Kemenperin: Kami Tidak Heran...
- Emisi Gas Rumah Kaca Industri Terus Naik, Menperin: Penggunaan Energi Penyumbang Terbanyak
- Mentan Hentikan Sementara Impor Daging Domba, Ini Alasannya
- Istana Sebut Prabowo Belum Bahas Pembentukan Kementerian Penerimaan Negara
- Saat Jokowi Legalkan Ekspor Pasir Laut yang Sudah Dilarang 20 Tahun
- Pemerintah Imbau Pengusaha RI Hati-hati Transaksi Perbankan dengan Bangladesh
- Populasinya Tak Sampai 0,1 Persen, Mayoritas Uang di Bank Milik Orang "Super Kaya"
- Laporan Kearney: Indonesia Perlu Investasi 62 Miliar Dollar AS Per Tahun demi Mencapai Target NZE 2060
- Kementerian ESDM Kantongi Izin Bangun PLTS Apung di Waduk, Kapasitas hingga 14 GW