pattonfanatic.com

Cerita Du Anyam, Bawa Anyaman Ibu-ibu Flores Terbang ke Eropa

Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) mengapresiasi perjalanan 10 tahun Du Anyam yang telah berhasil memperkenalkan hasil karya para wirausaha perempuan, khususnya para mama di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) ke kancah global.
Lihat Foto

JAKARTA, - Dengan memanfaatkan kekayaan alam Indonesia dan memberdayakan ibu-ibu di Indonesia Timur, produk anyaman daun lontar yang diproduksi oleh Du Anyam telah berhasil menembus pasar global.

Bagi Du Anyam hal yang paling penting dalam membangun bisnisnya bukan hanya sekadar mendapatkan omzet tapi bagaimana bisa menambah pundi-pundi penghasilan bagi ibu-ibu di Nusa Tenggara Timur (NTT) sehingga pelan-pelan ekonominya pun terbantu.

Bercerita ke belakang, Du Anyam sendiri dibangun pada tahun 2014 oleh 3 perempuan yang sudah bersahabat sejak SMP.

Founder Du Anyam, Hanna Keraf mengatakan, selama menjalin pertemanan mereka, mereka melihat ada peluang besar untuk membangun bisnis yang tidak hanya bermanfaat untuk mereka tapi juga daerahnya.

“Kami memilih anyaman karena kami melihat ibu-ibu di Flores Timur sangat ahli dalam menganyam yang sudah diajarkan sejak mereka sekolah. Dan kami memilih daun lontar karena di sekeliling kami, di Flores, lontar sangat banyak. Sehingga kami berfikir dan bercita-cita bisa membawa produk anyaman ibu-ibu Flores ke semua negara,” ujarnya saat dijumpai belum lama ini.

Baca juga: Kerajinan Tangan Anyaman dan Peluang Bisnis Internasional

Du Anyam sendiri berasal dari dua kata, yaitu “Du’a” yang berasal dari bahasa lokal daerah Flores, berarti Ibu dan ‘Anyam’ yang berarti anyaman, sehingga Du Anyam bermakna anyaman ibu-ibu.

Meski tak mudah, pelan-pelan Du Anyam terus memberikan dampak sosial yang dapat dirasakan oleh pengrajin anyaman, khususnya pengrajin wanita. Hal itu dibuktikan oleh Du Anyam dengan memberdayakan sebanyak kurang lebih 1.200 pengrajin perempuan.

“Pengrajin yang kami berdayakan berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Papua yang memproduksi anyaman kulit pohon waru, hingga Kalimantan Selatan yang memproduksi anyaman purun,” tutur Hanna.

Baca juga: Kisah Sukses Toko MamaJA, dari Berjualan Masker hingga Jadi Pilihan Utama Ibu Rumah Tangga di Lazada

Adapun hingga September 2023, Du Anyam telah mengirimkan 13 kontainer produk untuk memenuhi permintaan pasar domestik dan internasional.

Produk anyaman lontar dari NTT kini telah hadir di 52 negara dari negara-negara Asia Tenggara hingga Eropa dengan target penjualan lebih dari 450.000 produk hingga 2028.

Sementara untuk penjualan dalam negeri, Du Anyam sudah ada di berbagai loka pasar (marketplace). Du Anyam sering juga mendapatkan orderan untuk merchandise berbagai perusahaan. Bahkan Du Anyam pernah menjadi salah satu produk merchandise Asian Games 2018 dan banyak event-event lainnya.

Saat merenungi satu dekade perjalanan ini, Du Anyam tetap berkomitmen pada nilai-nilai inti seperti pemberdayaan perempuan, keberlanjutan, dan pelestarian budaya. Perjalanan 10 tahun ini juga jadi bukti Du Anyam sebagai kewirausahaan sosial bisa bertahan sampai sekarang dan teguh pada komitmen awal.

“Kami berkomitmen untuk terus berinvestasi dalam pengembangan keterampilan para penganyam, memperluas pasar, dan berinovasi dalam produk-produk kami. Ke depan, kami akan terus berupaya untuk berkontribusi pada ekonomi hijau yang berkelanjutan,” kata Hanna.

Baca juga: Cerita Anissa Bangun Bisnis Rempah-rempah hingga Raup Omzet Rp 500 Juta

Sementara itu salah satu ibu yang menjadi penganyam dan sekaligus menjadi weaving assistant di Du Anyam, Agnes Liparebon, merasa bersyukur dengan kehadiran Du Anyam di Larantuka. Sebab hadirnya Du Anyam bisa membuat ekonomi keluarganya jauh lebih baik dari sebelumnya.

“Apabila sebelumnya hasil anyaman kami dijual di pasar harganya tidak menentu, sejak ada Du Anyam meski kami diberi target tapi kami dapat penghasilan sesuai UMR di sini dan tentu ekonomi kami di keluarga semakin membaik,” katanya.

Tak hanya itu, dirinya juga merasa bangga karena hasil olahan tangannya bersama ibu-ibu lain bisa sampai ke luar negeri. “Bangga sekali karena anyaman saya sampai ke Singapura. Siapa sangka kami yang di Timur tapi produk anyaman kami sudah ke luar negeri,” ungkapnya.

Baca juga: Sukses Cetak Wirausaha Tangguh, Menteri Teten Apresiasi Program Pertamina UMK Academy


Hal ini juga diamini oleh Imelda Minah Manuk. Baginya Du Anyam bukan hanya sekadar menjadi tempat untuk mencari rupiah tapi juga menjadi rumah keduanya. “Yang biasanya kami hanya sibuk di rumah tapi kini hampir tiap hari berkumpul di rumah produksi untuk menganyam karena kami ada target produksi. Jadi memang ini menjadi rumah kedua saya,” katanya.

Imelda juga mengaku bangga karena sejak di Du Anyam dirinya lebih dikenal oleh banyak orang lantaran sering diliput oleh media dan sering dikirim ke berbagai kota memberikan pelatihan ke ibu-ibu yang lainnya.

“Saya sangat bangga sekali dengan Du Anyam ini, saya bisa terkenal di mana-mana. Sekalipun saya tidak sekolah, terus terang, kami ini SDM-nya rendah tapi kami tetap dipercayakan. Saya sampai di Papua, saya hadapi dengan orang yang punya titel, yang awalnya saya enggak nyakin saya bisa ngomong di depan orang ternyata bisa,” katanya.

Baca juga: Soal Wajib Sertifikat Halal di Oktober, Kemenkop-UKM Minta Kemenag Permudah Layanan untuk UMKM

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat