Mengolah Jeruk Jadi Produk Turunan, Jaga Alam yang Berujung Cuan
MUARA ENIM, - Khairil Anam tampak sedang memetik jeruk di kebun miliknya saat ditemui di Desa Air Talas, Kecamatan Rambang Niru, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, Kamis (12/9/2024). Tangannya cekatan memilih jeruk mana yang layak petik dan pasti rasanya manis.
"Yang manis tidak selalu yang berwarna kuning, yang agak kehijauan seperti ini pun juga manis. Karena memang keunggulan jeruk di desa kami ini adalah rasa manisnya," kata Khairil.
Benar saja, jeruk yang dia berikan ke rasanya manis, sekejap buah jeruk yang diberikan sudah habis dilahap.
Khairil hanya salah satu dari warga Desa Air Talas yang memiliki kebun jeruk di rumahnya, ada sekitar 350 kepala keluarga di Desa Air Talas, sebagian besar adalah transmigran asal Bali yang sudah lama menetap di sana. Pekerjaan mereka sebagian besar berkebun, komoditasnya beragam seperti sawit, karet, dan jeruk. Jeruk kemudian menjadi primadona di desa ini, bibitnya didatangkan dari Bali dan memiliki karakteristik buah yang manis. Tidak heran semua kepala keluarga di desa ini memiliki kebun jeruk.
Baca juga: Menakar Peluang dari Bisnis Laundry, Usaha yang Cocok bagi Pemula
Kebun jeruk di desa ini dapat dipanen tiga kali dalam setahun, dan total produksi bisa mencapai 300 ton per tahunnya.
Seperti kebanyakan kebun jeruk, maka tidak semua pohon berbuah manis. Tidak sedikit juga ada pohon yang berbuah asam. Kepala Desa Air Talas I Gede Arsana mengatakan dalam satu kebun pasti ada pohon jeruk berbuah asam. Biasanya buah yang asam ini dipetik lalu dijual kepada pedagang untuk dijadikan minuman jeruk peras.
"Dulu jeruk yang asam itu kita jual ke Prabumulih, untuk dijadikan bahan dasar minuman jeruk peras. Sayangnya daya tampung pedagang tidak cukup besar paling sekilo dua kilo, akhirnya banyak jeruk asam yang tidak tertampung dan busuk," kata I Gede Arsana.
Baca juga: Menakar Potensi Bisnis Waralaba Makanan Asli Indonesia
Mitra binaan Pertamina EP Limau Field
Permasalahan di masyarakat ini yang kemudian oleh Pertamina EP (PEP) Limau Field coba dicari jalan keluarnya. PEP Limau Field kemudian menggandeng warga Desa Air Talas untuk membentuk kelompok guna memanfaatkan dan membuat produk turunan dari buah jeruk asam.
Pada 2022 melalui program Gema Dewata (Gerakan Ekonomi Masyarakat Desa Wujudkan Air Talas Mandiri) terbentuklah kelompok Bude Arta. Kelompok ini dilatih untuk mengelola jeruk menjadi produk turunan seperti pie susu, sirup jeruk, dan selai jeruk.
Pembinaan yang dilakukan PEP Limau Field ini secara tidak langsung menambah kompentensi warga desa yang awalnya hanya berkebun jeruk, kini memiliki kemampuan baru dalam mengolah dan membuat produk turunan dari jeruk. Penjualan pun semakin meningkat.
Menurut data yang dibagikan oleh PEP Limau Field, penjualan Bude Arta meningkat sebanyak 59 persen, dari sebelumnya Rp 411.111 per bulan, menjadi Rp 1.000.000 per bulan.
Baca juga: Tips Memilih Bisnis Franchise agar Tak Menyesal
Senior Manager PT Pertamina EP Limau Field, A Rachman Para Buana, menyatakan keberhasilan PT Pertamina Limau Field dalam merealisasikan program-program yang ada di Desa Air Talas ini tidak lepas dari kemampuan perusahaan dalam membaca potensi desa yang sejalan dengan inti bisnis (core business) perusahaan. “Dengan pendekatan ini, perusahaan bisa tumbuh bersama masyarakat, dan saling dukung,” tandasnya.
Mengembangkan produk lain
Keberhasilan kelompok Bude Arta memproduksi produk turunan dari jeruk, membuat warga Desa Air Talas terpacu untuk membuat inovasi lainnya dengan membuat kelompok baru.
Terkini Lainnya
- Bank Saqu Sukses Tarik Minat Generasi Muda di Synchronize Festival 2024
- PLN Alirkan Listrik Bersih ke 224 Desa, Paling Banyak Indonesia Timur
- Produsen Sarung Tangan Karet Prediksi Penjualan Naik hingga 40 Persen hingga Akhir Tahun
- Kini Belanja di Ranch Market Farmers Market Bisa Pakai Paylater Kredivo
- ITDC Beri Penjelasan soal Kabar Sengketa Lahan di Mandalika
- Siasat BCA Syariah Jaga Pembiayaan Konsumer di Tengah Pelemahan Daya Beli
- Tegaskan Uang Rp 75.000 Masih Berlaku sebagai Alat Pembayaran, BI: Masyarakat Tidak Seharusnya Menolak
- Tegaskan iPhone 16 Belum Bisa Beredar di Indonesia, Kemenperin: Kalau Ada yang Sudah Jual, itu Ilegal
- Deflasi 5 Bulan Beruntun, Menperin: Karena Barang Impor Banyak Masuk ke Indonesia
- Jadi Role Model Sektor Petrokimia, Pupuk Kaltim Raih The Best State Owned Enterprise di TOP BUMN Awards 2024
- PT Pamapersada Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya
- OJK Cabut Izin Usaha Perusahaan Pembiayaan Rindang Sejahtera Finance
- Jadi Ketua Dewan Pertimbangan Kadin, Arsjad Rasjid Tak Hadiri Pengumuman Pengurus
- Umumkan Separuh Pengurus Baru Kadin Indonesia, Anindya: 50 Persennya Setelah 20 Oktober
- Era Suku Bunga Tinggi Berakhir, Harga Emas Bakal Kian "Berkilau"?
- Mengapa Singapura Sangat Membutuhkan Pasir Laut dari RI?
- Lima Perusahaan RI Masuk Daftar Perusahaan Terbaik Dunia 2024
- Tak Akui Munaslub Kadin, Arsjad Rasjid Bakal Tempuh Jalur Hukum
- Ekspor Pasir Laut: Dilarang Megawati dan SBY, Diizinkan Lagi di Era Jokowi
- Batal Konpers di Kantor Kadin, Arsjad Rasjid: Kami Dihalangi Oknum