pattonfanatic.com

Dulu Terbuang, Pinang di Musi Rawas Kini Jadi Sumber Uang

Junior Officer Communication Relations Regional1 Pertamina, Fajar Adha Zulmawan (tengah), didampingi oleh Camat STL Ulu Terawas Muhammad Pahip, berfoto bersama sebelum  menaman pohon pinang di kantor Kecamatan STL Ulu Terawas,  Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, Jumat (13/9/2024). Setelah dibina oleh Pertamina EP Pendopo Field, warga Kecamatan STL Ulu terawas menjadikan pinang sebagai primadona, karena memiliki nilai jual baik lokal maupun global
Lihat Foto

MUSI RAWAS, - Sebuah mobil bak terbuka masuk ke halaman rumah, saat sedang menikmati sajian makan siang yang disajikan Suhartini warga Desa Sukakarya, Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, Jumat (13/9/2024).

"Sebentar mas, kayaknya ini mau menjual pinang," kata Suhartini sembari beranjak.

Tidak lama dua orang pria keluar dari mobil, kemudian menurunkan karung yang ada di dalam mobil.

Benar saja karung besar tersebut berisikan pinang kering. Suhartini cekatan mengambil timbangan dan mencatat berat pinang dalam karung tersebut.

Baca juga: Cerita Anissa Bangun Bisnis Rempah-rempah hingga Raup Omzet Rp 500 Juta

Suhartini (kiri), Ketua Kelompok Wanita Tani Melati, mencatat berat biji pinang kiriman warga, di Desa Sukakarya, Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, Jumat (13/9/2024). Kelompok Wanita tani melati merupakan kelompok binaan PT Pertamina EP Pendopo Field yang memanfaatkan pinang untuk produk turunan seperti minuman bandrek, korosi inhibitor, hingga memiliki nilai jual ekspor./RODERICK ADRIAN Suhartini (kiri), Ketua Kelompok Wanita Tani Melati, mencatat berat biji pinang kiriman warga, di Desa Sukakarya, Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, Jumat (13/9/2024). Kelompok Wanita tani melati merupakan kelompok binaan PT Pertamina EP Pendopo Field yang memanfaatkan pinang untuk produk turunan seperti minuman bandrek, korosi inhibitor, hingga memiliki nilai jual ekspor.

"Di Desa Sukakarya ini, pinang dijual ke saya, dan nantinya akan dikumpulkan untuk kemudian dijual atau dieskpor ke luar negeri," kata Suhartini yang juga merupakan Ketua Kelompok Wanita Tani di Desa Sukakarya.

Aktivitas ini sudah menjadi keseharian Suhartini dalam beberapa tahun terakhir. Pinang naik daun dan memiliki nilai jual.

"Dulu itu pinang enggak ada harganya, pohonnya banyak, tapi hanya dicari pas acara lomba 17 agustus, selebihnya gak dicari lagi," kenang Suhartini.

Mitra binaan Pertamina EP Pendopo Field

Namun hal itu berubah saat covid-19 melanda. Ibu-ibu di Desa Sukakarya mencoba mencari penghasilan tambahan karena banyak pemutusan hubungan kerja.

Gayung bersambut, Pertamina EP (PEP) Pendopo Field memberikan pendampingan untuk menganalisa potensi apa yang ada di Desa Sukakarya.

Anggota Kelompok Wanita Tani Melati, mengemas bandrek ekstrak pinang, di Desa Sukakarya, Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, Jumat (13/9/2024). Kelompok Wanita tani melati merupakan kelompok binaan PT Pertamina EP Pendopo Field yang memanfaatkan pinang untuk produk turunan seperti minuman bandrek, korosi inhibitor, hingga memiliki nilai jual ekspor./RODERICK ADRIAN Anggota Kelompok Wanita Tani Melati, mengemas bandrek ekstrak pinang, di Desa Sukakarya, Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, Jumat (13/9/2024). Kelompok Wanita tani melati merupakan kelompok binaan PT Pertamina EP Pendopo Field yang memanfaatkan pinang untuk produk turunan seperti minuman bandrek, korosi inhibitor, hingga memiliki nilai jual ekspor.

Pinang kemudian dilihat memiliki potensi, lalu dikembangkan oleh warga desa. Pada awalnya pinang dibuat ekstraknya untuk bahan campuran untuk kopi hingga bandrek.

Kini, melangkah dengan inovasi baru yaitu penggunaan ekstrak buah pinang sebagai korosi inhibitor, dan mendorong ekspor pinang.

Senior Manager Pendopo Field, I Wayan Sumerta, mengungkapkan pemanfaatan ekstrak buah pinang sebagai korosi inhibitor merupakan bagian dari Creating Shared Value (CSV) atau menciptakan nilai bersama. Berkolaborasi dengan Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM), PEP Pendopo Field berhasil memformulasikan korosi inhibitor alami.

“Korosi inhibitor alami ini tidak hanya lebih ekonomis, tetapi juga lebih ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan,” ungkap Wayan.

Berdasarkan kajian Fakultas MIPA UGM, biaya produksi cairan antikorosi dari biji pinang tua berkisar antara Rp 27.268 hingga Rp 37.555 per liter, jauh lebih murah dibandingkan dengan cairan inhibitor berbasis bahan kimia yang harganya mencapai Rp 34.000 hingga Rp 51.750 per liter. Oleh sebab itu, penggunaan korosi inhibitor alami dapat menghemat biaya sebesar 13 persen hingga 27 persen.

Baca juga: Berhasil Raih Omzet hingga Rp 1 Miliar, Madame Malla Buktikan Shopee Live Kanal Penjualan Efektif

Anggota Kelompok Wanita Tani Melati, menunjukkan biji pinang kering, di Desa Sukakarya, Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, Jumat (13/9/2024). Kelompok Wanita tani melati merupakan kelompok binaan PT Pertamina EP Pendopo Field yang memanfaatkan pinang untuk produk turunan seperti minuman bandrek, korosi inhibitor, hingga memiliki nilai jual ekspor./RODERICK ADRIAN Anggota Kelompok Wanita Tani Melati, menunjukkan biji pinang kering, di Desa Sukakarya, Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, Jumat (13/9/2024). Kelompok Wanita tani melati merupakan kelompok binaan PT Pertamina EP Pendopo Field yang memanfaatkan pinang untuk produk turunan seperti minuman bandrek, korosi inhibitor, hingga memiliki nilai jual ekspor.

Tidak berhenti di situ saja, PEP Pendopo Field bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Musi Rawas, Pemerintah Kecamatan STL Ulu Terawas, dan sejumlah pemerintah desa mendorong agar pinang juga diekspor.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat