pattonfanatic.com

Manfaat dan Kerugian Menjadi Kutu Loncat dalam Karier

Ilustrasi pegawai, bekerja di kantor.
Lihat Foto

JAKARTA, - Dalam karier dikenal istilah kutu loncat, yakni mereka yang suka berpindah-pindah pekerjaan. Bagi perusahaan, kutu loncat dianggap berisiko untuk hengkang dari perusahaan itu.

Kerap kali, HRD perusahaan juga akan mengabaikan kandidat yang kutu loncat dan mencari kandidat lain yang menunjukkan masa kerja yang lebih lama di CV mereka.

Dikutip dari Forbes, Selasa (17/9/2024), kutu loncat adalah orang yang berganti pekerjaan dalam waktu kurang dari dua tahun di satu perusahaan atau memiliki lebih dari tiga perusahaan dalam riwayat karier lebih dari lima hingga 10 tahun.

Baca juga: Apa Itu Kutu Loncat dalam Pekerjaan dan Dampaknya ke Karier?

Ilustrasi pegawai, bekerja di kantor.PEXELS/VISUALTAG MX Ilustrasi pegawai, bekerja di kantor.

Meskipun, selama bertahun-tahun, orang yang suka berpindah-pindah pekerjaan tidak dipandang baik, stigma terhadap kutu loncat mulai berkurang.

Bagian sumber daya manusia, akuisisi bakat internal, agensi rekrutmen, dan HRD menjadi lebih nyaman mewawancarai pelamar dengan beberapa kali pindah pekerjaan di CV mereka.

Penting untuk melihat konteks keseluruhan. Seseorang mungkin memiliki kesenjangan pekerjaan karena mereka diberhentikan selama krisis keuangan atau pada awal pandemi.

Mereka bisa saja bekerja di perusahaan yang sedang mengalami kesulitan sehingga memberlakukan langkah-langkah pemotongan biaya, termasuk memberhentikan karyawan.

Dapat dipahami, pekerja yang lebih muda mungkin sering berpindah-pindah di awal karier mereka karena mereka mencoba menemukan pekerjaan yang tepat.

Baca juga: Bolehkah Menjadi “Kutu Loncat” dalam Karier?

Nah, apa sebenarnya manfaat dan kerugian menjadi kutu loncat dalam karier?

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat