pattonfanatic.com

Hilirisasi Perikanan dan Alternatif Minum Susu Gratis

Ilustrasi nelayan menangkap ikan.
Lihat Foto

INDONESIA merupakan negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia. Potensi kelautan ini tersebar pada 5,8 juta km persegi yang terdiri dari wilayah teritorial dan wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI).

Berdasarkan data dari Bank Dunia (2021), ekonomi laut berkontribusi menjadikan Indonesia memiliki sektor perikanan terbesar kedua di dunia dengan total nilai sekitar 27 miliar dollar AS terhadap PDB dan memenuhi 50 persen kebutuhan protein masyarakat.

Potensi ini diperkirakan akan terus meningkat hingga mampu menyerap lebih dari 45 juta orang atau 40 persen total angkatan kerja Indonesia (Menteri KKP, 2020).

Namun sayangnya, menurut data Menteri KKP (2024), kontribusi ekonomi PDB sektor kemaritiman dari tahun 2020 hingga 2023 hanya berkisar 14 persen.

Persentase ini lebih kecil dibandingkan PDB negara yang potensi lautnya lebih kecil ketimbang Indonesia, seperti Islandia, Jepang, Korea Selatan, Norwegia, Thailand, dan Tiongkok yang kontribusi bidang kelautannya rata-rata sudah di atas 30 persen PDB.

Blue economy menawarkan solusi holistik melalui pemanfaatan modal sumber daya alam dengan penggunaan teknologi berkelanjutan. Hilirisasi, agro-maritim industri, dan inovasi memainkan peran krusial dalam mewujudkan hal tersebut.

Cita-cita untuk menjalankan ekonomi biru (blue economy) masih menemui banyak tantangan. Nelayan masuk dalam profesi termiskin di Indonesia. Hal ini diperparah dengan anomali iklim yang memengaruhi hasil tangkapan nelayan.

Menurut data BPS Desember 2023, nilai tukar nelayan (NTN) turun 0,99 persen dibandingkan rata-rata NTN pada 2022, yaitu hanya sebesar 105,40 yang berarti nelayan belum cukup mendapatkan keuntungan dari mata pencahariannya.

Hal ini menjadi penyebab turunnya minat anak muda menjadi nelayan karena tidak menjamin masa depan mereka.

Bahkan, data Kompas pada November 2023, memperkirakan jumlah petani dan nelayan akan berkurang hingga 1 juta orang pada 2030.

Karakteristik Indonesia dengan sumber daya alam, tenaga kerja yang berlimpah dengan keterampilan sederhana, dipandang potensial untuk menerapkan strategi industri berbasis luas (broadbase industry).

Strategi ini diharapkan mampu menjawab fenomena yang terjadi di masyarakat nelayan saat ini. Sentuhan teknologi madya melengkapi agar peralatan industri lebih mudah untuk dioperasikan oleh masyarakat.

Industri ini dapat diterapkan dalam skala kecil hingga besar dengan merangkul banyak pihak mulai dari keterlibatan nelayan, koperasi, UMKM, bahkan investor asing sekalipun.

Salah satu industri berbasis luas dengan konsep hilirisasi adalah industri pengolahan ikan low economy fish menjadi produk bernilai tambah dengan 100 persen TKDN teknologi madya, yaitu proses pembuatan tepung Hidrolisat Protein Ikan (HPI).

Menurut Perpres No. 81 /2024, pemerintah mengharapkan terjadinya percepatan penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat