pattonfanatic.com

Akhiri Kuartal Ketiga, Wall Street Kembali Cetak Rekor

Ilustrasi bursa saham New York Stock Exchange (NYSE) atau Wall Street.
Lihat Foto

NEW YORK, - Pasar saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street kembali cetak rekor baru. Indeks S&P 500 dan Dow Jones menutup perdagangan Senin (30/9/2024) waktu setempat dengan rekor tertinggi.

Indeks Industri Dow Jones naik 17,15 poin, atau 0,04 persen menjadi 42.330,15. Sedangkan, indeks S&P 500 naik 0,42 persen dan ditutup pada 5.762,48. Kedua indeks itu mencetak rekor tertinggi baru pada penutupan awal pekan ini.

Sementara itu, indeks Nasdaq Composite naik 0,38 persen dan berakhir pada level 18.189,17.

Pasar saham AS menguat menjelang penutupan perdagangan. Hal ini sekaligus menghapus penurunan yang terjadi setelah komentar dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell.

Baca juga: IHSG Turun 2,2 Persen ke Level 7.527, Cetak Rekor Terendah dalam Sebulan

Ia mengatakan, penurunan suku bunga lebih lanjut mungkin akan terjadi, tetapi memperingatkan bank sentral tidak memiliki rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Jika ekonomi bergerak seperti yang diharapkan, ia bilang, akan terdapat dua kali penurunan suku bunga masing-masing 25 basis poin (bps) tahun ini.

“Ini bukanlah komite yang merasa terburu-buru untuk memangkas suku bunga dengan cepat,” kata Powell.

Tindakan hari Senin menandai akhir bulan dan kuartal yang kuat tetapi bergejolak untuk tiga indeks utama.

Pasar mengalami awal yang sulit pada bulan yang secara historis merupakan bulan terlemah bagi pasar saham, tetapi bangkit kembali setelah The Fed memangkas suku bunga hingga setengah poin yang sangat besar.

Sepanjang September, indeks Dow naik 1,9 persen, dan Nasdaq yang didominasi saham teknologi naik 2,7 persen.

Indeks S&P 500 naik 2 persen, dan mencatat September sebagai bulan positif pertamanya sejak 2019.

CEO Bowersock Capital Partners Emily Bowersock Hill mengatakan, pasar saham bertahan dari kuartal terlemah sepanjang sejarah tahun ini.

“Pasar saham kemungkinan akan tetap bertahan setidaknya hingga akhir tahun, karena laba tetap kuat, suku bunga menurun, dan konsumen masih berbelanja,” ujar dia.

Meskipun investor secara umum optimistis menjelang akhir tahun, Oktober memiliki sejarah yang meresahkan bagi pasar.

Bukan tanpa alasan, Oktober dikenal sebagai masa volatilitas ekstrem, dengan beberapa penurunan Wall Street yang paling menonjol terjadi selama bulan tersebut.

Baca juga: 5 Saham Bank Paling Mahal di Indonesia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat