Pogram 3 Juta Rumah Prabowo, Bagaimana Dampaknya ke BTN?
JAKARTA, - Agenda prioritas pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di sektor perumahan dinilai bakal menempatkan kembali PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) sebagai tulang punggung program.
Bank BUMN spesialis KPR ini telah memainkan peran penting dalam menyalurkan KPR bersubsidi dan menjadi ujung tombak penekan angka backlog selama program sejuta rumah berjalan pada masa pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Program tersebut bakal dilanjutkan pemerintahan Prabowo bahkan terus ditingkatkan. Dari target 1 juta rumah pertahun, meningkat menjadi 3 juta rumah pertahun. Proyek ini juga diharapkan menjadi tulang punggung target pertumbuhan ekonomi karena multiplier effect sektor perumahan akan menggerakkan sektor bisnis lainnya. Pemerintah disebut-sebut akan membentuk kementerian perumahan tersendiri untuk memastikan visi itu terwujud.
Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah menyatakan, konsistensi emiten berkode BBTN ini dalam menjalankan mandat pemerintah mendatangkan banyak konsekuensi, termasuk ke kinerja keuangan. Dengan menyalurkan KPR subsidi ke segmen MBR, yang besaran bunganya terbilang rendah dan tidak bisa diubah, BTN tidak dapat menikmati marjin tinggi.
“BTN melayani dua sisi secara simultan, yakni pengembang kelas menengah bawah dan konsumen di segmen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Tanpa keberpihakan dan konsistensi, sulit membayangkan jutaan rumah subsidi bisa terbangun dan terbeli oleh masyarakat kecil,” kata dia dalam keterangan, dikutip Selasa (30/9/2024).
Baca juga: Aset BTN Tumbuh 26 Persen dalam 5 Tahun, Ini Penopangnya
Skema KPR subsidi (FLPP) sebut dia, berbeda dengan KUR. Bank penyalur KUR dapat menetapkan bunga kredit sesuai harga pasar tapi selisih bunganya ditanggung pemerintah. Jadi, nasabah tetap dapat bunga murah dan bank penyalur tetap menikmati marjin tinggi.
“FLPP tidak seperti itu. Andai skema KPR bersubsidi menggunakan skema KUR, dampak ke marjin BTN pasti jauh lebih baik,” kata Piter.
Oleh karena itu sebut Piter, terbilang wajar jika net interest marjin (NIM) BTN lebih tertinggal dibandingkan bank lainnya, bahkan di bawah rata-rata industri. Tekanan marjin makin menjadi jadi ketika bunga acuan BI merangkak naik seiring perubahan kebijakan the Fed demi memerangi inflasi tinggi. BTN harus membayar bunga simpanan lebih mahal sementara kenaikan biaya dana ini tidak serta merta dikompensasikan dalam bentuk kenaikan bunga kredit.
NIM BTN sempat di bawah 3 persen di era bunga tinggi lantaran pendapatan bunga bersih tergerus oleh lonjakan biaya dana.
“Belakangan BTN agresif mengembangkan segmen bisnis komersial dan produk high yield loan. Kombinasi antara efek penurunan bunga acuan dan inovasi di produk komersial serta bermarjin tinggi, saya kira akan mengembalikan tingkat marjin atau profitabilitas BTN ke level yang ideal,” kata Piter.
Kinerja 5 tahun
Terlepas dari persoalan di tingkat marjin, kinerja BTN selama lima tahun terakhir terbilang tumbuh signifikan. Agenda besar pemerintah dalam menekan angka blacklog melambungkan aset dan penyaluran kredit BTN.
Pada semester I-2024, aset BTN mencapai Rp 455,60 triliun tumbuh 26,13 persen dari Rp 361,20 triliun pada 2020. Corporate Secretary BTN Ramon Armando mengatakan transformasi dan inovasi menjadi kunci penguatan kinerja perseroan terutama dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan keuangan termasuk KPR. Dengan transformasi tersebut, BTN tidak hanya memperkuat pembiayaan perumahan tapi juga memperluas ke lini bisnis lainnya.
“Selama lima tahun terakhir, BTN terus berbenah diri dan menjalankan transformasi di berbagai aspek, baik bisnis, operasional, teknologi, kultur, maupun sumber daya manusia (human capital),” ujar Corporate Secretary BTN Ramon Armando di Jakarta, Jumat (27/9/2024).
Menurut dia, transformasi tersebut bertujuannya untuk meningkatkan kinerja dan memperkuat kualitas bisnis agar perseroan dapat menciptakan pertumbuhan yang lebih baik dan berkelanjutan di masa depan. "Serta memberikan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan," sebutnya.
Peningkatan aset BTN tersebut juga didorong penyaluran kredit dan pembiayaan syariah yang melaju selama lima tahun terakhir. Per Semester I-2024, kredit dan pembiayaan BTN berada di posisi Rp 352,06 triliun atau naik 35,35 persen dari Rp 260,11 triliun pada akhir 2020.
Sementara dari sisi laba, BTN membukukan laba bersih Rp 3,5 triliun per semester I-2024 meningkat 118,75 persen jika dibandingkan dengan laba bersih pada 2020 sebesar Rp 1,6 triliun.
Baca juga: Kredit BTN Tumbuh 13,05 Persen Per Agustus 2024, DPK Meningkat 16,4 Persen
Terkini Lainnya
- Serangan Siber Mengintai, Lindungi Data Perusahaan dengan Penggunaan Peranti yang Tepat
- UMP Sumut 2025 Naik Jadi Rp 2,9 Juta Berlaku 1 Januari
- Pendaftaran Mudik Gratis Nataru Kemenhub Dibuka, Ini Cara Daftarnya
- WeNetwork Dorong Transformasi Kepemimpinan untuk Indonesia Emas
- Pupuk Kaltim Dukung Pelestarian Ekosistem Perairan
- OJK: Penerapan Asuransi Wajib Kendaraan Bermotor Masih Tunggu Peraturan Pemerintah
- Vietnam Turunkan PPN Jadi 8 Persen, Menko Airlangga: Beda Negara, Beda Kebijakan...
- Periode Libur Nataru, Pelabuhan Penyeberangan Terapkan Skema Khusus
- OJK Sebut PPN 12 Persen Bakal Pengaruhi Daya Beli Masyarakat
- Nikmati Gaya Hidup Lebih Mudah, Ini Cara Apply Kartu Kredit Online lewat myBCA
- Digempur Risiko Geopolitik Global, OJK: Sektor Jasa Keuangan Stabil
- Harga Minyak Mentah Indonesia Turun Jadi 71,83 Dollar AS Per Barrel
- BPKH Catatkan Pencapaian Signifikan Selama Tujuh Tahun Beroperasi
- Apa Kabar Rupiah Digital? Ini Perkembangannya Menurut BI
- KCI Prediksi Penumpang Commuter Line Tembus 19,4 Juta Orang Selama Nataru 2024/2025
- Kadin Sebut Arsjad Rasjid Masih Jabat Ketum sampai Munas Digelar
- Sistem Pembayaran 2030: Sinergi Keynes dan Klasik
- Aplikasi BTN Mobile, Pelopor Digitalisasi KPR di Indonesia dengan Fitur Cari Properti Terintegrasi
- Munas Kadin Akan Kembali Digelar, Kubu Anindya Bakrie-Arsjad Rasjid Sama-sama Masuk Susunan Panitia
- September 2024 Deflasi 0,17 Persen, BPS: Deflasi Kelima Pada 2024